1.
Uraikan
kasus atau masalah berdasarkan pengalaman yang ada di lingkungan sekolah dasar!
Ketika
saya dan teman saya satu kelompok ditugaskan untuk mengajarkan pramuka disalah
satu sekolah dasar yang ada di Banjarmasin yaitu di SDN Kuin Selatan 5, baru
saja saya ingin masuk kelas 4 untuk mengajar ternyata ada 3 orang siswa
laki-laki berkelahi di lapangan sekolah. 1 orang laki-laki tersebut dari kelas
4 yang menjadi korban dan 2 orang siswa lainnya dari kelas 5 dan 6. Saya
mencoba melerainya akan tetapi sangat sulit, mereka masih saja berkelahi di
depan saya, teman saya, dan guru lainnya. Semua guru pun juga mencoba
melerainya. Ternyata perkelahian tersebut terjadi karena siswa laki-laki kelas
4 tadi atau korban, ia memulai duluan perkelahian tersebut karena sering
mengejek dengan kata-kata kasar lalu siswa kelas 5 dan 6 tadi tidak terima lalu
bertengkar dan saling tonjok menonjok. Guru mengajak ketiga siswa tersebut
untuk berdamai dan meminta siswa tersebut masuk ke kelasnya masing-masing dulu untuk
memulai pelajaran. Saya pun mengajak siswa yang kelas 4 tadi masuk ke kelas
untuk mengikuti pembelajaran saya dan saya mencoba menenangkan ia akan tetapi
ia tetap saja marah, menangis, dan duduk di depan kelas saja tidak mau ikut
pembelajaran. Saya pun tidak mau memaksakan siswa tersebut lalu saya minta ia
duduk dan saya berikan minum air putih agar ia mulai tenang. Guru meminta ia
kekantor untuk duduk tetap saja ia tidak mau dan masih duduk di depan kelas
sambil marah dan menangis. Salah satu guru meminta saya untuk masuk kelas dan mengajar
saja dulu untuk meredakan situasi nanti sambil diajak siswa tersebut untuk
masuk mengikuti pembelajaran kata guru tersebut. Setelah itu saya mengajarlah
seperti biasa dan sesekali saya ke depan kelas untuk mengajak siswa tersebut
masuk akan tetapi ia tetap saja seperti wajah marah dan menangis pelan.
Sesekali saya juga meminta salah satu teman dekatnya untuk mengajak ia masuk
dan tetap saja ia tidak mau. Lalu saat sedang istirahat saya ajaklah berbicara dengan
salah satu guru membicarakan bagaimana cara untuk menanggapi siswa kelas 4
tersebut dan saya ceritakan semuanya yang terjadi selama saya mengajar tadi,
kata gurunya mereka sudah terbiasa melihat siswa tersebut bertengkar dan
setelah bertengkar pasti siswa tersebut tidak mau masuk kelas untuk belajar.
Saya pun meminta solusi dari guru tersebut agar siswa tersebut masuk kelas karena
akan ketinggalan pelajaran akan tetapi guru di sana juga bingung tidak tahu
harus berbuat apa dan kata gurunya siswa tersebut memang sangat nakal sekali
dan juga sulit untuk membuat ia mengerti. Setelah masuk kelas lagi untuk
melanjutkan pembelajaran sebelumnya saya mengajar seperti biasa dan saya tetap
membujuk ia beberapa kali untuk masuk kelas ia pun tetap tidak mau. Setelah jam
pulang pun saya masih menghampirinya dan memberi pengertian dan ia tetap diam
saja. Saya ingin menolong tetapi saya bingung karena baru pertama kali saya
melihat siswa SD bertengkar di depan saya sampai siswa tersebut saling tonjok
menonjok dan masih saja memendam amarahnya. Setelah itu hari sabtu depannya
saya mengajar lagi dan ternyata siswa kelas 4 tersebut berulah lagi ia
bertengkar dengan siswa yang lain lagi tidak tahu kelas berapa mungkin kelas 5
tetapi ini cuman adu mulut dan dorong mendorong saja tidak sampai parah seperti
hari sabtu sebelumnya yang sampai tonjok menonjok. Saya pun keheranan dan pada
akhirnya siswa kelas 4 tersebut duduk saja di depan kelas dengan wajah yang
marah dan seperti hari sabtu sebelumnya ia tidak mau mengikuti pembelajaran.
Saya masuk ke kelas 4 seperti biasa, saya
memulai pembelajaran dan sesekali masih membujuk ia agar masuk kelas
untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu guru pun meminta ia lebih baik untuk
pulang ke rumah saja daripada akan terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan
terulang kembali akan tetapi siswa tersebut menolaknya dan tetap duduk saja di
depan kelas sambil dengan wajahnya yang marah. Saat waktu pulang tiba saya
melihat salah satu guru dan orang tua dari siswa tersebut berbicara di depan
kantor guru tetapi respon dari orang tuanya biasa saja tidak ada rasa ingin
menegur anaknya atau bagaimana. Di sini sangat saya sayangkan dari orang tuanya
yang acuh tak acuh dengan perilaku anaknya di sekolah yang suka bertengkar dan
sering tidak mau masuk kelas untuk mengikuti pembelajaran.
2.
Paparkan
cara penyembuhan atau solusi terkait dengan membangun pengelolaan kelas yang efektif
dan sebagai upaya pembentukan karakter sejak dini!
Setelah saya uraikan kejadian diatas dapat saya simpulkan bahwa
siswa tersebut dapat dikatakan sering mencari keributan dengan siswa lain di
sekolah lalu menimbulkan perkelahian serta malas untuk mengikuti pelajaran
setelah melakukan keributan atau prestasi belajar yang rendah. Menurut saya pertama-tama
seorang guru harus memahami beberapa faktor yang menyebabkan siswa tersebut sering
mencari keributan di sekolah dan tidak mau mengikuti pelajaran atau prestasi
belajar yang rendah, hal itu seperti:
1.
Anak yang kurang kasih sayang orang tua. Ia
berulah negatif di sekolah karena ia perlu perhatian.
2.
Anak yang terkena bully dari saudara atau teman
sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan melakukan hal yang sama pada anak
lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam hingga ia
melampiaskannya di sekolah.
3.
Lingkungan yang keras dimana lingkungan
sekitarnya suka berkata kasar, mabuk-mabukkan dan lingkungan anak disekitar
rumahnya suka berkelahi yang mengakibatkan kehidupannya yang keras sampai pada
akhirnya terbawa disekolah.
4.
Lingkungan bermain yang salah karena lingkungan
bermain siswa menentukan sikap dan perilaku yang siswa itu miliki.
5.
Tidak ada kepedulian dari orang tua yang
terlalu membiarkan anaknya bebas bergaul dan bertindak tetapi tidak memberikan
pengarahan tentang hal yang positif kepada anaknya.
6.
Beban emosi yang siswa tersebut pendam karena
ini mempengaruhi perilaku siswa yang menjadikannya malas belajar, prestasi
belajar yang rendah, bahkan hubungan buruk dengan teman atau orang tua.
7.
Mood siswa yang menurun disebabkan perkelahian
sehingga ia tidak mau mengikuti pelajaran.
8.
Perasaan yang masih kurang stabil
Menurut solusi saya terlebih dahulu
sebagai guru harus bersikap sabar dan hati-hati dalam menghadapi masalah siswa
seperti ini. Guru harus bisa mengontrol emosi untuk mencari solusi yang terbaik atau paling tidak langkah apa yang
akan terjadi sembari mencerna bagaimana perkelahian di antara siswa itu bisa
terjadi. Minta siswa tersebut dan temannya yang terlibat perkelahian tadi
untuk menceritakan kejadian menurut versi mereka apa yang telah atau sedang berlangsung di antara mereka. Lalu
guru harus menunjukkan bahwa guru tidak menghakimi mereka, tetapi membantu
mencarikan jalan tengah bagi mereka untuk menghentikan perkelahian tersebut.
Biarkan salah satu berbicara terlebih
dahulu dan minta siswa lainnya untuk mendengarkan dengan baik, begitupun
seterusnya. Jika penyebab sebuah konflik atau masalah sudah jelas, baik bagi
guru ataupun bagi siswa yang terlibat perkelahian tadi, maka langkah selanjutnya adalah menunjukkan
siapa yang salah atau siapa yang memulai dan menyebabkan munculnya perkelahian.
Guru harus berbicara secara halus dan sopan agar siswa tidak takut untuk jujur,
dengan begitu guru dapat membantu mereka mengakui kesalahan yang dibuat. Setelah
muncul kesadaran dari siswa yang terlibat perkelahian tadi, maka selanjutnya guru memberikan solusi
yang bijak seperti guru bisa menjelaskan
bahwa dalam berteman tidak boleh saling menyakiti dan setiap masalah harus
diselesaikan dengan damai. Akan tetapi hal itu
tak cukup sekali untuk mengingatkan siswa mengenai permasalahan ini, jadi perlu
diulang berkali-kali. Guru meminta siswa yang
berkelahi tadi untuk saling bersalaman. Mereka harus saling berjanji untuk
tidak berkelahi lagi dan dilakukan dengan kesadaran, bukan keterpaksaan. Guru dapat
melihat bagaimana reaksi mereka ketika bersalaman atau bermaaf-maafan. Ini
sekaligus untuk mengecek ulang apakah permasalahan benar-benar telah berakhir. Guru
dapat melihat dari bahasa tubuhnya jika permasalahan belum berakhir diantara
mereka. Bukan hanya guru, melainkan para orang tua juga wajib untuk
mengajarkan indahnya perdamaian kepada anak-anaknya.
Orang tua perlu senantiasa membekali anak dengan
pengertian mengenai pergaulan di sekolah, dimana bisa saja terjadi masalah,
tapi setiap masalah harus diselesaikan dengan damai.
Untuk siswa
tersebut yang sifatnya malas belajar setelah berkelahi, prestasi belajar yang
rendah, bahkan hubungan yang buruk dengan teman atau mungkin orang tua tidak
lepas dari emosi negatif yang siswa tersebut alami atau pendam selama ini.
Menurut saya siswa tersebut berperilaku seperti itu karena kurang mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena perhatian orang tua memberi
pengaruh yang sangat besar dalam menjaga motivasi anak dalam belajar, baik di
sekolah maupun di rumah. Akibatnya adalah siswa tersebut menjadi tidak
termotivasi, berperilaku kurang baik, dan tentunya prestasi belajar siswa tersebut
menurun. Siswa yang sering mengalami masalah di sekolah sering kali mereka yang
kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Mungkin juga
lingkungan siswa tersebut yang salah.
Menurut saya cara
penyembuhan atau solusi dari siswa yang malas belajar setelah berkelahi tadi, mungkin
bisa dengan memberikan perhatian khusus pada siswa tersebut dengan cara
mendekati, memberikan nasehat yang baik, dan motivasi. Bisa juga dengan
memberitahukan masalah ini pada wali murid siswa tersebut dengan begitu orang
tua dari siswa tersebut bisa memberikan perhatian lebih. Guru juga perlu
menjelaskan kepada orang tua siswa tersebut bahwa dukungan dari orang tua itu
sangat penting untuk anaknya karena masalah yang dihadapi siswa tersebut akan
mudah diatasi dengan adanya dukungan dalam bentuk perhatian dan kasih sayang
orang tua. Cara penyembuhan atau solusi lainnya bisa juga diterapkan kepada
siswa tersebut agar mencoba meningkatkan prestasi belajarnya walaupun dalam
keadaan yang kurang stabil yaitu mendekatkan diri kepada siswa tersebut, melibatkan
siswa tersebut lebih banyak dalam proses pembelajaran, selalu memberikan
penguatan atau motivasi, memberikan perhatian lebih jika siswa tersebut
memerlukan bantuan, selalu memberikan nasehat atau teguran yang baik jika siswa
tersebut melakukan perilaku menyimpang lagi, ketika guru berkomunikasi dengan
siswa tersebut harus berbicara dengan sikap sopan dan bisa mengontrol emosi,
dan harus memberitahu atau mengingatkan siswa berkali-kali tata tertib yang ada
di kelas maupun di sekolah.
Dalam proses membantu siswa yang memiliki masalah dalam hal
malas belajar, prestasi belajar yang rendah bahkan sulit untuk diatur salah
satunya bisa menggunakan teori menurut Jones & Jones (2012:326-330)
strategi di bawah ini akan membantu pendidik dalam merespon terhadap perilaku
yang menyimpang guna menghasilkan pengaruh positif terhadap perilaku dan
perasaan siswa. Berikut hal-hal yang bisa diterapkan dalam masalah ini:
a. Guru
harus lebih sering memperhatikan kondisi kelas untuk mengetahui maupun
menanggapi ada tidaknya potensi masalah atau gangguan-gangguan kecil
b. Menyampaikan
keinginan-keinginan kepada siswa secara jelas dan terbuka
c. Guru
lebih mendekatkan diri kepada siswa yang seringkli berperilaku menyimpang
d. Libatkan
siswa tersebut lebih banyak dalam proses pembelajaran. Misalnya, dengan
melibatkan nama mereka dalam suatu cerita atau dialog dalam proses belajar.
e. Melibatkan
topik-topik menarik dalam proses pembelajaran, sebab siswa akan mudah sekali
bosan jika topik dalam pembelajaran terkesan monoton. Dalam hal ini, guru
sangat perlu untuk bersikap humoris.
f. Melakukan
kontak, baik secara lisan maupun dengan sentuhan atau kontak tubuh. Hal ini
termasuk dalam salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru, yakni
keterampilan guru dalam memberikan penguatan.
g. Sikap
perhatian guru harus lebih ditingkatkan. Misalkan ketika ada siswa yang sedang
memerlukan bantuan guru. Maka guru harus cepat tanggap dalam memberi bantuan.
h. Memberikan
isyarat kepada siswa agar siswa menghentikan perilaku yang tidak disukai oleh
guru atau perilaku menyimpang tersebut. Namun jangan menggunakan pandangan yang
menusuk atau terkesan mengintimidasi. Jika siswa tak kunjung memahami isyarat
tersebut, maka lakukanlah kontak secara langsung dengan siswa tersebut.
i.
Guru hendaknya lebih mampu dalam mengontrol
emosinya, terutama emosi kemarahan. Sebab, respon guru yang seringkali marah tidak
pada tempatnya justru akan menimbulkan ketidakpatuhuan dari siswa, akibatnya
mereka akan menilai anda arogan sehingga akan menimbulkan berbagai
perilaku-perilaku mengganggu.
j.
Komunikasi yang paling sulit namun paling
penting yang harus dikuasai oleh guru adalah sikap tetap tenang dan sabar.
Sabar dalam hal ini bukan berarti membiarkan perilaku-perilaku siswa yang
terjadi, namun bagaimana cara guru dalam menghadapi segala perilaku tersebut
sesuai tempatnya dan sesuai porsinya.
k. Tetap
mengutamakan komunikasi atau berbicara dengan sikap sopan. Sikap seperti ini
akan membuat siswa lebih menghargai dan memberikan rasa hormatnya kepada guru..
l.
Kembali mengingatkan siswa terhadap tata tertib
kelas atau prosedur yang tidak ditunjukkan oleh mereka.
No comments:
Post a Comment