BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pembaharuan dunia pendidikan ada tiga komponen yang perlu disoroti, yaitu
pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode
pembelajaran. Kurikulum harus komprehensif dan renponsif terhadap dinamika
sosial dan menyesuaikan kemajuan teknologi.Kualitas pembelajaran juga harus
ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dengan cara
penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih
memberdayakan potensi siswa.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan
dibuat untuk siswa.Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta
didik.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik
serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang
lainnya.Isi kegiatan adalah bahan atau materi ajar yang bersumbar dari
kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau
tahapan yang dilakukan pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Pembelajaran ini merupakan
cara belajar yang menggunakan kelompok dengan anggota berkemampuan berbeda.
Dalam kelompok tersebut siswa dituntut saling bekerjasama dalam menyelesaikan
masalah. Pembelajaran kooperatif dianggap belum selesai apabila ada anggota
kelompok yang belum memahami materi pelajaran yang telah dibahas. ( Isjoni, 2012:14).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka di dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal seperti yang tertulis
dibawah ini.
1.
Apa
pengertian pembelajaran kooperatif?
2.
Apa
saja kegiatan kelompok dalam pembelajaran kooperatif
3.
Apa
strategi dan kebiasaan yang mendukung pembelajaran kooperatif?
4.
Bagaimana
mengawasi pekerjaan dan perilaku siswa dalam pembelajaran kooperatif?
5.
Bagaimana
meningkatkan kemampuan kerja kelompok efektif?
6.
Bagaimana
memulai menggunakan kelompok pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan pembuatan makalah ini seperti yg tersebut dibawah ini :
1. Menjelaskan pengertian pembelajaran kooperatif.
2. Menguraikan apa saja kegiatan
kelompok dalam pembelajaran kooperatif.
3. Membahas strategi dan kebiasaan yang
mendukung pembelajaran kooperatif.
4. Menjelaskan cara mengawasi pekerjaan dan perilaku siswa dalam
pembelajaran kooperatif.
5. Menjelaskan bagaimana cara
meningkatkan kemampuan kerja kelompok efektif.
6. Membahas agaimana cara memulai
menggunakan kelompok pembelajaran kooperatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Salah satu metode pembelajaran yang
berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini
menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar
berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi
masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan
saling memberi dukungan dalam kerja kalompok untuk menuntaskan materi masalah
dalam belajar (Isjoni, 2010: 20).
Pembelajaran kooperatif merupakan istilah umum untuk
sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama
kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif
setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.Pembelajaran kooperatif juga dapat
diartikan sebagai salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual.Sistem pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem
kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur
ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah
yang mendasari pembelajaran Cooperative (pembelajaran gotong royong) dalam
pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah
makhluk sosial. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning
merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Pembelajaran kooperatif dikenal
dengan pembelajaran secara berkelompok.Tetapi belajar kooperatif lebih dari
sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena
dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan
atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi
secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara
anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi
yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan
belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota
kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
B.
Macam-Macam Model Pembelajaran
Kooperatif
Macam-Macam
Model Pembelajaran Kooperatif, diantaranya :
1. Jigsaw
Jigsaw atau model tim ahli, yaitu kelas dibagi menjadi
beberap kelompok atau tim yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang anggotanya
bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan
tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan
akademik tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok atau tim yang berbeda
memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama
dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut.
Kelompok siswa yang dimaksut adalah “kelompok pakar (expert group)”.
2.
Pasangan
Belajar (Learning Partner)
Belajar
berpasangan, bagi guru maupun murid, adalah cara paling sederhana dan paling
tidak mengancam untuk memulai pembelajaran kooperatif. Belajar berpasangan
dapat dijadikan batu loncatan untuk masuk ke bentuk-bentuk kerja sama lain yang
lebih kompleks. Pasangan duduk saling berhadapan berdasarkan baris tempat duduk
yang sudah ada dan menggeser kursi mereka agar bias berdekatan.
3.
Pembagian
Kluster Tempat Duduk Kelompok (Cluster Group Seating)
Elaine Huebner,
seorang guru di New York tengah, mengatur tempat duduk kelasmya dalam kelompok
yang terdiri atas tiga orang. Mereka saling memeriksa hasil kerja satu sama
lain sebelum mengumpulkannya, kedua teman duduk ini harus mencantumkan nama
mereka pada lembar tugas masing-masing untuk menunjukkan bahwa mereka sudah
memeriksanya.
4.
Pembelajaran Tim
(Student Team Learning)
Pembelajaran tim dapat diterapkan dengan mudah pada semua tingkatan
kelas, mulai dari kelas dua hingga kelas dua belas, dan untuk semua mata
pelajaran yang memiliki satu jawaban yang benar.
5.
Ujian Kelompok
(Team Testing)
Dalam
pembelajaran tim dan pembelajaran jigsaw, siswa mengerjakan kuis secara
sendiri-sendiri setelah menyelesaikan tugas kelompok. Dalam ujian kelompok,
siswa diharuskan mempersiapkan diri menghadapi ujian bersama dan mengerjakannya
secara bersama-sama.
6.
Proyek-proyek
Kelompok Kecil (Small-Group Project)
Sebuah bentuk pembelajaran kooperatif penting lainnya adalah metode yang
membuat siswa bekerja sama menghasilkan satu hasil tunggal. Dalam hal ini, yang
ditekankan adalah proses kerja sama seperti penyelesaian masalah kelompok,
kreativitas dan riset tim, bukan materi pembelajaran untuk ujian.
7.
Persaingan Tim
(Team Competition)
Persaingan memang dapat menciptakan permusuhan antar kelompok. Tetapi,
jika dilakukan dalam kelas yang memiliki toleransi komunitas kuat dan diatur
oleh etika kerja sama, persaingan antar kelompok justru dapat memberikan
motivasi dan menyenangkan.
Dengan kebijakan guru, persaingan antar kelompok dapat ditambahkan pada
beberapa strategi kooperatif yang dijelaskan di atas. Sebagai contoh, melalui
pembelajaran tim, sebagai bentuk pengakuan lain kepada semua tim yang berhasil
meraih nilai kemajuan tertentu, guru dapat memberikan penghargaan atau
pengakuan khusus kepada tim dengan nilai tertinggi. Demikian juga, melalui
pembelajaran jigsaw, bonus nilai ujian dapat dihadiahkan kepada para anggota
tim yang berhasil meraih nilai rata-rata ujian tertinggi.
8.
Proyek Kelas
(Whole-class project)
Proyek kelas adalah pekerjaan besar, tetapi imbalannya juga sangat besar
: seperti Moril kelas yang tinggi dan semangat serta energi kelompok yang
terbawa ke dalam kegiatan-kegiatan kooperatif lainnya.
C.
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) dapat digunakan dalam berbagai macam cara, yang meliputi :
1.
Pembelajaran
Kooperatif Formal (Formal Cooperative Learning)
Pembelajaran
kooperatif formal adalah suatu bentuk pembelajaran kooperatif dimana siswa
bekerja secara bersama-sama, pada jam pelajaran tertentu selama beberapa
minggu, untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama dengan memastikan bahwa
mereka dan teman satu kelompoknya berhasil menyelesaikan tugas belajarnya yang
diberikan dengan baik.
2.
Pembelajaran
Kooperatif Informal (Informal Cooperative Learning)
Pengajaran,
demonstrasi, film, dan rekaman video tetap bisa digunakan secara efektif
bersamaan dengan kelompok pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama dalam kelompok-kelompok
yang bersifat temporer, yang memakan waktu mulai dari beberapa menit sampai
selama satu periode pelajaran di kelas. Selama penyampaian pekajaran,
demonstrasi, atau menyaksikan film, pengelompokkan kooperatif informal singkat
dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang akan
dipelajari, untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, membantu menciptakan
ekspektasi dari apa yang akan dicakup dalam sebuah sesi pelajaran kelas, untuk
memastikan bahwa siswa memproses secara kognitif materi yang diajarkan, dan
untuk memberikan penutup bagi sesi pengajaran.
3.
Kelompok
Berbasis Kooperatif (Cooperative Based Groups)
Kelompok
kooperatif inti (cooperative based groups)
bersifat jangka panjang.Ini adalah kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif
yang heterogen dengan keanggotaan tetap yang bertahan sampai setidaknya satu
tahun dan bahkan mungkin sampai semua anggotanya lulus.
4.
Struktur
Kooperatif (Cooperative Structures)
Agar dapat
menggunakan pembelajaran kooperatif pada sebagian besar jam pelajaran, guru
harus mengidentifikasikan dan menyusun pelajaran umum secara kooperatif dan
kegiatan-kegiatan rutin mata pelajaran yang sifatnya repetitive.
D.
Mengawasi Pekerjaan dan Perilaku
Siswa
Pemantauan pekerjaan kelompok yang
baik mengharuskan guru untuk selalu berkeliling diantara kelompok, mengawasi
seisi kelas, seperti yang dilakukan dalam mengawasi kegiatan ruang kelas manapun.Cara
guru memantau pekerjaan siswa dalam kelompok bergantung pada sifat kegiatan
kelompok. Guru meggunakan berbagai indikator untuk menentukan fungsi kelompok
yang memuaskan. Para siswa biasanya memiliki tugas spesifik untuk dikerjakan
berkelompok, maka tidak sulit untuk menentukan apakah mereka melakukan kegiatan
yang benar atau tidak.
Ketika para siswa berbicara satu
sama lain mengenai tugas, maka guru bisa dengan mudah mengidentifikasi perilaku
yang pantas dan sesuai tugas. Perilaku abai-tugas yang sementara mungkin dapat
diabaikan, tetapi jika berkelanjutan, maka diperlukan adanya
intervensi.Indikator lainnya adalah tingkat dan sifat emosionalitas yang
diperlihatkan para siswa. Reaksi emosional tersebut memperlihatkan frustasi
atau potensi konflik yang meningkat, dan karena itu mereka membutuhkan
intervensi dini untuk mencegah berkembangnya masalah menjadi lebih serius
(Evertson dan Emmer, 2011 : 161).
E.
Kemampuan Kerja Kelompok Efektif
1.
Keterampilam
Sosial
Hasil yang didapat dari pembelajaran
kooperatif diantaranya adalah kemampuan sosial , kertampilan ini sangat penting
untuk mempersiapkan siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara.
Ketrampilan sosial yang dimaksud adalah bagaimana seorang siswa dapat
berkomunikasi dalam sebuah kelompok, bekerjasama, mengemukakan pendapat,
memiliki rasa setiakawan.Pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh lebih baik
dalam pembentukkan ketrampilan sosial dibandingkan pembelajaran konvensional
(Evertson dan Emmer, 2011:164).
2.
Keterampilan
Menjelaskan
Ketrampilan menjelaskan merupakan
bagian penting dalam sebuah kelompok.Dalam sebuah kelompok misalnya mendapat
tugas menjawab pertanyaan, para siswa dapat memberikan jawaban dan menjelaskan
bagaimana mereka bisa mendapatkan jawaban tersebut. Hakikat dari pembelajaran
kooperatif sendiri adalah adanya penjelasan atau tukar pendapat antar anggota
kelompok, pembelajaran tidak akan dikatakan berhasil apabila masih ada anggota
kelompok yang belum memahami materi yang sedang dibahas. Dalam hal tersebut
akan muncul peran yang sangat penting dari anggota kelompok lain yang telah
paham dengan materinya untuk menjelaskan kepada anggota kelompok lain yang
belum paham.
3.
Keterampilan
Kepemimpinan
Pembelajaran kooperatif berbentuk
kelompok, sehingga secara tidak langsung akan muncul pemimpin diskusi dalam
kelompok tersebut. Pemimpin diskusi ini memberikan kesempatan kepada anggota
lain untuk berdikusi, mengajukan pendapat dan memberikan dorongan rasa percaya
diri. Pemberian peran pemimpin atau yang lainnya sebaiknya dilakukan secara bergiliran
agar semua siswa dapat memiliki kemampuan yang sama walaupun dengan proses dan
waktu yang berbeda. Seorang guru harus menghargai kemampuan setiap siswanya
dalam menerima pembelajaran, namun tetap memperhatikan hasil yang akan dicapai
(Evertson dan Emmer, 2011:166).
F.
Memulai Menggunakan Kelompok
Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaanya terdapat urutan bagaimana memulai
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.
Pembentukan
Kelompok
Dalam
pembentukan kelompok guru membuat kelompok secara heterogen.Pembentukan
kelompok dengan memperhatikan kemampuan akademis.Pada umumnya masing-masing
kelompok beranggotakan empat orang, yang terdiri atas satu orang yang
berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan
rendah.
2.
Pemberian
Semangat Kelompok
Semangat
kelompok sangat diperlukan agar menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota
kelompok.Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan kesamaan kelompok, penggunaan
identitas kelompok atau sorak semangat kelompok.Semua itu dilakukan untuk
menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan dan dukungan dalam belajar (Isjoni,
2010:95).
3.
Penataan
Ruang Kelas
Penataan ruang kelas sangat
dipengaruhi oleh filsafat dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Dalam
model kooperatif ini guru tidak hanya narasumber, tetapi siswa juga saling
melengkapi dan guru berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator dan
evaluator. Pengaturan bangku memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar
kooperatif, sehingga semua siswa dapat guru atau papan tulis dengan
jelas.Selain itu, siswa bisa melihat dan menjangkau rekan-rekan kelompoknya
dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
G.
Pembelajaran Kooperatif di Sekolah
Dasar
Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang cocok diterapkan di Sekolah Dasar
(SD). Mengutamakan adanya kerjasama dalam suatu kelompok. Antara satu individu
dengan individu lainnya saling tergantung. Siswa dapat terlibat secara aktif
dan dapat merasa puas atas apa yang telah dikerjakan. Pembelajaran kooperatif
meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.
Sesungguhnya
dalam menghadapi kondisi yang demikian, pembelajaran kooperatif dapat
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah tersebut sebab
memiliki fungsi dan peran yang dapat menunjang kreatifitas siswa dalam
berinteraksi dan dalam bekerja sama. Dengan kinerja dan disiplin tinggi yang
dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Sebaliknya sumber daya manusia yang
tidak berkualitas, rendah disiplin dan kinerja yang dihasilkan oleh pendidikan
yang kurang berkualitas dapat merupakan pangkal dari permasalahan yang
dihadapi.
Metode-metode
pengajaran dipilih dan diujicobakan serta diterapakan dalam dunia pendidikan.
Sebab pendidikan adalah pilar utama dari berbagai sektor pembangunan
lainnya.Metode kooperatif dapat digunakan di SD sebagai model pembelajaran yang
membahas materi yang membutuhkan relasi dengan sesama dan kerja sama. Contohnya
membahas materi tentang macam-macam bentuk dan tulang daun, mengukur besar
sudut dalam segitiga, mempelajari simbol-simbol dalam peta, dan menyusun
kerangka karangan.Dengan adanya model pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih
aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sistem
pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Contoh
pembelajaran kooperatif diantaranya model jigsaw.Dalam pelaksaannya pembelajaran
kooperatif memerlukan strategi agar pembelajaran dapat berjalan secara lancar.
Guru bertindak sebagai pengawas perilaku dan kegiatan siswa. Seorang guru dapat
melakukan intervensi ke dalam kelompok apabila dibutuhkan.
Pembelajarn
kooperatif akan mempunyai hasil diluar hasil pembelajaran secara kognitif,
yaitu muncul dan berkembangnya ketrampilan-ketrampilan yang akan menjadi bekal
para siswa pada masa depan mereka. Ketrampilan tersebut adalah ketrampilan
sosial, ketrampilan menjelaskan dan ketrampilan kepemimpinan. Seorang guru
memiliki peran penting dalam proses pemerolehan ketrampilan-ketrampilan
tersebut.Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, guru terlebih dahulu
melakukan pembentukan kelompok, pemberian semangat kelompok dan penataan ruang
kelas. Banyak manfaat dari pembelajaran kooperatif, sebagai seorang guru yang
baik harus dapat menggunakan pembelajaran ini dengan bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan
Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap
Aplikatif. Jakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI).
Lickona, Thomas. 2008. Pendidikan
Karakter : Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik.
Bandung : Nusa Media.
Johnson, David. W,
Johnson, Roger. T, Holubec, Edythe. J. 2012. Colaborative Learning : Strategi
Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Bandung : Nusa Media.
Everston, Carolyn M.
& Edmund T. Emmer. 2011. Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar.
Jakarta : Kencana.
Isjoni. 2010. Pembelajaran
Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
http://threenafathy.blogspot.com/2013/05/metode-pembelajaran-kooperatif-untuk.html
(Diakses pada tanggal : 29 September 2016 pada pukul 10:20 a.m ).
No comments:
Post a Comment