Puji
serta syukur kami panjatkan kehadirat Alah AWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamduliah tepat pada waktunya yang berjudul Masalah-masalah Belajar. Seluruh
proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari pengarahan, bimbingan, dan
kepercayaan yang diberikan kepada kami.Oleh karena itu, izinkan kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak
..................... selaku mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Seperti
pepatah yang mengatakan ‘Tak ada gading yang tak retak’, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata
– kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf.
A. FAKTOR FAKTOR KEMUNCULAN MASALAH
B. CIRI-CIRI ANAK YANG BERMASALAH DALAM BELAJAR
C. PRINSIP-PRINSIP PERBAIKAN (REMEDIAL) DAN PENGAYAAN
DALAM BELAJAR
Masalah
merupakan ketidaksesuaian antara haraapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan atau sesuatu yang dapat menghambat
seseorang dalam mencapai tujuannya.
Masalah
dapat muncul dimana saja tak terkecuali dalam belajar. Dalam kegiatan belajar
mengajar disekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik.
Ada siswa belajar dengan giat. Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar
setengah hati. Bahkan ada sisiwa yang tidak belajar. Dilihat dari hal-hal
tersebut dapat ditemukan adanya masalah-masalah belajar yang dialami oleh
siswa.
Seorang
guru yang profesional harus mampu menemukan masalah yang dihadapi oleh siswanya
dan memberikan solusi atau jalan keluar baik berupa dorongan, motivasi atau
nasehat-nasehat yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Agar tidak berlarut-larut mengganggu proses belajarnya.
1. Apa
saja faktor-faktor penyebab terjadinya masalah dalam belajar?
2. Apa
saja ciri-ciri yang menyebabkan anak kesulitan dalam belajar?
3. Apa
saja prinsip-prinsip remedial dan pengayaan?
1. Dapat
mengetahui faktor-faktor terjadinya masalah dalam belajar.
2. Dapat
mengetahui ciri-ciri yang menyebabkan anak kesulitan dalam belajar.
3. Dapat
mengetahui prinsip-prinsip remedial dan pengayaan.
Menurut Eveline dan Nara dalam Mohammad Syarif Sumantri (2015 : 2),
belajar adalah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek
yaitu bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan
memproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan
mengaitkan dengan realitas.
Abin Syamsuddin dalam Agus Taufik, Hera L. Mikarsa, Puji L.
Priyanto (2010 :5.4) mendefinisikan bahwa belajar adalah proses mengalami
sesuatu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dan pribadi.
Konsep
Mastery Learni, kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut.
1. Anak dinyatakan gagal belajar jika dalam waktu tertentu yang
ditetapkan oleh guru tidak dapat mencapai ukuran keberhasilan tingkat
penguasaan.
2. Anak dinyatakan gagal dalam belajar jika prestasi belajarnya jauh
dibawah potensi yang diperkirakan lebih tinggi dari yang lainnya.
3. Anak SD dinyatakan gagal
dalam belajar nya jika yang bersangkutan tidak dapat mencapai tugas-tugas
perkembangan, yaitu : tidak menunjukan pola tingkah laku yang sesuai dengan
usia atau tingkat perkembangan anak SD, misalnya anak SD itu seharusnya
menunjukan rasa senang dan aktif ambil bagian dalam permainan bersama ketika
bermain dengan kawan-kawanya.
4.
Anak dinyatakan
gagal dalam belajarnya jika yang bersangkutan tidak menguasai pengetahuan
prasyarat untuk dapat mempelajari pengetahuan berikutnya.
Berikut ini dikkemukakan
faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yang dialami oleh anak
SD sebagaimana yang dirangkum oleh Abin Syamsuddin Mukmin dari pendapat Loree
dalam Agus Taufik, Hera L. Mikarsa, Puji L. Priyanto (2010: 5.30) Faktor-faktor
yang dapat melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami oleh anak SD dapat
dikelompokkan kedalam tiga faktor, yaitu
1.
Faktor stimulus
atau disebut juga sebagai learning variables
2.
Faktor organime
atau disebut sebagai organismic variable,
3.
Faktor respon
atau disebut sebagai response variables.
Menurut Ibrahim
Bafadal dalam Mohammad Syarif Sumantri (2015 :422) Program
Remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar
tertentu. Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat,
jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan
tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami
peserta didik.
Pada program
pembelajaran remedial, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar
dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang dirasa sulit.
Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial pun perlu disesuaikan
dengan kesulitan belajar yang dialami peserta didik Ibrahim Bafadal dalam Mohammad Syarif Sumantri (2015: 424)
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan
sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a. Adaptif
b. Interaktif
c. Fleksibilitasdalam metode pembelajaran dan penilaian.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin.
e. Pelayanan sepanjang waktu.
Metode yang
digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan, media
belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik
dalam menguasai materi yang diberikan Ibrahim Bafadal dalam Mohammad Syarif Sumantri (2015: 438).
Prinsip-prinsip
program pengayaan yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan
menurut Khatena dalam Mohammad Syarif
Sumantri (2015: 440).
a.
Inovasi
b.
Kegiatan yang memperkaya
c.
Merencanakan metodologi yang luas dan metode
yang lebih bervariasi.
FAKTOR
FAKTOR KEMUNCULAN MASALAH
Istilah”kesulitan” biasanya merujuk pada suatu kondisi tertentu
yang ditandai dengan adanya hambatan dalam mencapai suatu tujuan. Kesulitan
belajar dengan demikian dapat diartikan jika sebagai suatu kondisi dalam proses
belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan
atau hasil belajar yang ditetapkan. Hambatan;hambatan ini mungkin disadari oleh
anak, mungkin tidak. Hambatan-hambatan ini terbagi menjadi dua faktor yaitu,
Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akanmempengaruhi
belajar kondisi itu pertama lingkungan fisik kedua suasana emosional siswa
ketiga lingkungan sosial .
Jadi dalam hal pembelajaran problematika (masalah-masalah) dalam
pembelajaran dikategorikan kedalam dua hal berdasarkan sifatnya yaitu internal dan eksternal.
1.
Faktor Internal
Faktor yang timbul dari dalam diri
siswa baik dalam kondisi jasmani maupun rohani siswa, adapun faktor internal
dibedakan menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor internal adalah seperti berikut ini:
a.
Kesehatan
b.
Rasa aman
c.
Faktor kemampuan
intelektual
d.
Faktor efektif
seperti perasaan dan percaya diri
e.
Motivasi
f.
Kematangan
untuk belajar
g.
Usia
h.
Jenis kelamin
i.
Latar belakang sosial
j.
Kebiasaan
belajar
k.
Kemampuan
mengingat dan
l.
Kemampuan
penginderaan seperti melihat, mendengar atau merasakan
2.
Faktor Ekternal
Faktor eksternal adalah
faktor yang timbul dari luar diri siswa.
Faktor eksternal adalah seperti berikut ini:
a.
Kebersihan
rumah
b.
Udara yang
panas
c.
Ruang belajar
yang tidak memenuhi syarat
d.
Alat-alat
pelajaran yang tidak memadai
e.
Lingkungan
soaial maupun lingkungan alamiah
f.
Kualitas proses
belajar mengajar
CIRI-CIRI
ANAK YANG BERMASALAH DALAM BELAJAR
Jika diibaratkan kesulitan belajar atau kegagalan belajar itu sama dengan
penyakit, maka kesulitan dan kegagalan dalam belajaritu memiliki
gejala-gejalanya/ ciri-cirinya juga seperti dalam penyakit.
Ada beberapa konsep dalam kesulitan belajar atau kegaggalan belajar, yaitu:
konsep Mastery Learni, kegagalan belajar didefinisikan sebagai
berikut.
1.
Anak dinyatakan
gagal belajar jika dalam waktu terntenu yang ditetapkan oleh guru tidak dapat
mencapai ukuran keberhasilan tingkat penguasaan.
2.
Anak dinyatakan
gagal dalam belajar jika prestasi belajarnya jauh dibawah potensi yang
diperkirakan lebih tinggi dari yang lainnya.
3.
Anak SD dinyatakan gagal dalam belajar nya jika
yang bersangkutan tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangan, yaitu : tidak
menunjukan pola tingkah laku yang sesuai dengan usia atau tingkat perkembangan
anak SD, misalnya anak SD itu seharusnya menunjukan rasa senang dan aktif ambil
bagian dalam permainan bersama ketika bermain dengan kawan-kawanya.
4.
Anak dinyatakan
gagal dalam belajarnya jika yang bersangkutan tidak menguasai pengetahuan
prasyarat untuk dapat mempelajari pengetahuan berikutnya.
Dengan
kata lain, kriteria atau fatokan yang digunakan untuk menyatakan seseorang anak
SD mengalami kesulitan belajar atau tidak meliputi empat kriteria, yaitu: (1)
tujuan pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan, (2) kedudukan anak didalam
kelompok atau kelasnya, (3) perbandingan anatar potensi dan prestasi, dan (4)
kepribadian Selanjutnya, Abin Syamsuddin
dalam Agus Taufiq, Hera L. Mikarsa, Puji
L. Prianto (2010:5.31) merangkum pendapat para ahli tentang gejala0gejala
seseorang mengalami kesulitan belajar, yaitu:
1.
Nilai hasil
belajar (nilai hasil ulangan,anga raport) , dibawah rata-rata nilai kelas atau
kelompoknya
2.
Nilai hasil
belajar tidak sesuai dengan nila-nilai dikelas sebelumnya;
3.
Nilai hasil
belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, misalnya anak yang
sebenarnya memiliki kompetensi lebih daripada teman-temannya dalam pembelajaran
matematika tetap hanya dapat nilai cukup atau rata-rata pada mata pelajaran
tersebut;
4.
Lambat dalam
mengerjakan tugas-tugas belajar dikelas, misalnya orang lain selesai dalam 20
menit. Dia baru selesai dalam waktu 40 menit. Atau lambat dalam mengerjakan
pekerjaan rumah (PR). Bahkan sering tidak mengerjakan;
5.
Menunjukan
sikap-sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang dan melawan
guru, berpura-pura berdusta, dan sebagainya.
6.
Menunjukan
tingkah laku berkelainan seperti membolos, datang ke sekolah sering terlambat,
menggangu ketika orang lain belajar di kelas dan kegiatan di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, menyontek, serta tidak teratur dalam
belajar:
7.
Menunjukan
gejala emosional yang kurang wajar seperti sering murung, pengaruh mudah
tersinggung, tidak gembira menghadapi situasi permainan yang menyenangkan anak
seusia . tidak merasa sedih ketika mendapatkan nilai paling rendah dsb.
Latar belakang
penyebab
Berkenaan dengan latar belakang atau faktor-faktor yang menimbulkan
kesulitan belajar sesungguhnya dapat dikembalikan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak.
Berikut dikemukakan faktor-faktor yang dapat menjadi latar belakang
kesulitan belajar yang dialami oleh anak SD .
a.
Faktor stimulus
atau pengalaman belajar, meliputi: variabel dan subvariabel sebagai berikut
1)
Variabel
metode, dalam arti apakah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
menimbulkan:
a)
Kuat lemahnya
motivasi untuk belajar
b)
Intensif tidaknya
arahan pengajaran
c)
Ada tidaknya
kesempatan berlatih atau praktek
d)
Ada tidaknya
upaya dan kesempatan untuk memberikan penguatan (reinforcement)
2)
Variabel tugas
(taks variabel), mencakup
a)
Tersedia
tidaknya ruangan yang memadai
b)
Cukup tidaknya
waktu, serta tepat tidaknya penggunaan waktu tersebut untuk belajar
c)
Tersedia
tidaknya fasilitas belajar yang memadai
d)
Bagus tidaknya
hubungan manusiawi antara guru dengan anak, baik dikelas maupun diluar
b.
Faktor
organisme, yaitu anak itu sendiri sebagai individu utuh yang dapat meliputi:
1)
Karakteristik
pribadi
a)
Usia
b)
Tingkat
kecerdasan
c)
Bakat
d)
Kesiapan dan
kematangan untuk belajar
2)
Kondisi
psikofisik yang sudah dialami oleh anak pada saat belajar:
a)
Perhatian
b)
Persepsi
c)
Motivasi
d)
Keadaan lapar,
capek, lelah
e)
Stres
f)
Kecemasan
g)
Ketidaksiapan
3)
Faktor respon,
meliputi:
a)
Kognitif:
pengetahuan, pemahaman, konsep-konsep atau keterampilan pemecahan masalah
b)
Tujuan afektif
: seperti sikap-sikap, nilai, minat, dan apresiasi
c)
Tujuan tindakan
(psikomotor): menulis, bicara, membaca, menggambar, olah raga, menyanyi,
kebiasaan hidup sehat,
A.
PRINSIP-PRINSIP PERBAIKAN (REMEDIAL) DAN
PENGAYAAN DALAM BELAJAR
1. Pengertian Dan
Prinsip Pembelajaran Remedial
Menurut Ibrahim
Bafadal, (2013) Program
Remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar
tertentu. Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat,
jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan
tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami
peserta didik.
Pada program pembelajaran remedial, media
belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat mempermudah peserta didik
dalam memahami pelajaran yang dirasa sulit. Alat evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran remedial pun perlu disesuaikan dengan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik ( Ibrahim Bafadal, 2013)
2.
Prinsip-prinsip Program Remedial
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan
sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a.
Adaptif
Pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya
tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
b. Interaktif.
Pembelajaran
remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi
dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar
mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
c. Fleksibilitasdalam metode pembelajaran dan penilaian.
Pembelajaran
remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin.
Umpan
balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan
belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan
belajar yang berlarut-larut.
e. Pelayanan sepanjang waktu.
Pembelajaran
remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat
peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
3. Pengertian
Program Pengayaan
Dalam kurikulum
dirumuskan secara jelas kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang
harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur
dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta
didik mencapai standar tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah
mencapai ketuntasan. Oleh karena itu, program pengayaan dapat diartikan: memberikan
tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi
melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang
digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan, media
belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik
dalam menguasai materi yang diberikan ( Ibrahim Bafadal, 2013).
4.
Jenis-jenis Program Pengayaan
a.
Kegiatan
eksploratori, yang masih
terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan
kepada peserta didik. Sajian yang dimaksud contohnya: bisa berupa peristiwa
sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak
tercakup dalam kurikulum.
b.
Keterampilan proses, yang diperlukan
oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi
terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c.
Pemecahan masalah, yang diberikan
kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa
pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau
pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.
Pemecahan
masalah ditandai dengan:
1)
Identifikasi bidang permasalahan yang akan
dikerjakan;
2)
Penentuan fokus masalah/problem yang akan
dipecahkan;
3)
Penggunaan berbagai sumber;
4)
Pengumpulan data menggunakan teknik yang
relevan;
5)
Analisis data;
6)
Penyimpulan hasil investigasi.
5. Prinsip-prinsip
Program Pengayaan
Prinsip-prinsip program pengayaan yang perlu
diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena (1992):
a. Inovasi
Guru
perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik,
karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
b. Kegiatan yang
memperkaya.
Dalam menyusun materi dan mendisain
pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan,
membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi
dan memperkaya.
c. Merencanakan
metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi.
Misalnya dengan memberikan project,
pengembangan minat dan aktivitas-akitivitas menggugah (playful). Menerapkan
informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program
pendidikan terkini.
Sedangkan Passow (1993) menyarankan bahwa dalam
merancang program pengayaan, penting untuk memperhatikan 3 hal:
1.
Keluasan dan kedalaman dari pendekatan yang
digunakan
Pendekatan dan materi yang diberikan tidak
hanya berisi yang yang luarnya (kulit-kulitnya) saja tetapi diberikan dengan
lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas mengenai prinsip
Phytagoras, tidak hanya memberikan rumus dan pemecahan soal saja tetapi juga
memberikan pemahaman yang luas dari mulai sejarah terbentuknya hukum-hukum
phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tempo dan
kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo
dan kecepatan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. Hal ini
berkaitan dengan kecepatan daya tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga
materi dapat diberikan dengan lebih mendalam dan lebih dinamis untuk
menghindari kebosanan karena peserta didik yang telah menguasai materi
pelajaran yang diberikan di kelas.
3.
Memperhatikan isi dan tujuan dari materi yang
diberikan
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang
lebih tepat guna dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli
(1979) menyatakan bahwa program pengayaan berbeda dengan program akselerasi
karena pengayaan dirancang dengan lebih memperhatikan keunikan dan kebutuhan
individual dari peserta didik.
Berdasarkan materi pembahasan diatas bahwa di
dalam belajar terdapat masalah-masalah yang terjadi dalam proses belajar, dan
setiap anak yang mempunyai masalah dalam belajar akan terlihat ciri-cirinya,
dan masalah tersebut akan berdampak pada kegagalan dalam belajar. Tentunya guru
harus dapat mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pengayaan dan
remedial.
Dalam proses belajar sering kali siswa mengalami masalah yang dapat
membuatnya kesulitan dalam menyerap pelajaran. Masalah-masalah tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Faktor Internal ( yang muncul dari dalam diri siswa ) seperti
kesehatan, rasa aman, faktor keampuan intelektual, faktor efektif seperti
perasaan dan percaya diri,motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial , kebiasaan belajar, kemampuan mengingat dan,
kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar atau merasakan. 2. Faktor Ekternal ( yang muncul dari luar
siswa ) seperti kebersihan rumah, udara yang panas, ruang belajar yang tidak
memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadai, lingkungan soaial
maupun lingkungan alamiah, kualitas proses belajar mengajar .dan tentunya juga
kita sebagai seorang guru harus mengetahui cirri-ciri yang dimiliki siswa
apabila siswa tersebut memiliki masalah-masalah dalam belajar.
Guru memberikan
Program Remedial kepada peserta didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya
dalam satu kompetensi dasar tertentu.Pada program pembelajaran remedial guru
juga harus menyiapkan media belajar harus betul-betul disiapkan agar dapat
mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang dirasa sulit. Setelah
dilakukan remedial murid diharapkan dapat mencapai kompetensi dasar tersebut.
Eveline, S &
Hartini, N. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor:
Ghalia Indonesia.
Mikarsa, H.L., Taufik, A., & Prianto,
P.L. 2010. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mohammad, S.S.
2015. Strategi Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
No comments:
Post a Comment