Popular Posts

Wednesday, November 17, 2021

MANAJEMEN ANALISIS KEBUTUHAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan strategis dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Melalui proses pendidikan yang tepat dan berkualitas, maka suatu bangsa akan mempunyai sumber daya manusia yang memiliki keahlian, terampil, kreatif, inovatif, dan produktif yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kualitas manusia yang demikian sangat diperlukan dalam era global dan era desentralisasi sekarang sehingga SDM suatu daerah dapat membangun daerahnya sendiri dan bersaing secara nasional dan global.

Pada era globalisasi dan era informasi dengan tingkat persaingan yang sangat ketatini maka pembangunan bidang pendidikan, mutlak harus terus-menerus ditingkatkan dan disempurnakan baik kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana, dan prasarana serta lebih-lebih pernyempurnaan yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan pendidikannya, khususnya manajemen dan penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian diharapkan program pendidikan dan program pembelajaran di tingkat sekolah senantiasa dapa tmenyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan manusia Indonesia.

Salah satu kebijakan nasional dan kebijakan daerah dalam penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya penyelenggaraan pendidikan adalah perbaikan manajemen yaitu manajemen peningkatan mutu yang berbasis pada pemerintah pusat, menjadi kebijakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang selanjutnya dikenal dengan manajemen berbasis sekolah (MBS).

Manajemen berbasis sekolah pada dasarnya adalah suatu model penyelenggaraan pendidikan yang memberikan otonomi luas kepada sekolah untuk mengembangkan program pengembangan sekolah (School Development) berdasarkan kebutuhan nyata sekolah, serta memberdayakan sekolah secara lebih optimal sesuai dengan potensi sekolah masing-masing.

Keberhasilan Manajemen berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu lulusannya, pada dasarnya masih ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor structural maupun non struktural. Faktor structural mencakup: komitmen politik pemerintahan daerah dan peran pemerintah kabupaten dan kota (Dinas Pendidikan)  dalam penataan dan pembinaan kelembagaan, peraturan pemerintah daerah tentang pendidikan, kemampuan pemerintah daerah dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat daerah akan pendidikan, kurikulum, dan keuangan sekolah. Sedangkan faktor non struktural mencakup: tersedianya anggaran sekolah, sarana dan prasarana sekolah, kelembagaan sekolah, manajemen sekolah dan manajemen kepala sekolah, SDM sekolah yang tersedia, partisipasi orang tua siswa dan masyrakat lingkungan sekolah, pelaksanaan proses pembelajaran serta kultur masyarakat lingkungan sekolah.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari MBS ?

2.      Apa tujuan dan manfaat dari MBS ?

3.      Apa saja prinsip-prinsip dari MBS ?

4.      Bagaimana karakteristik dari MBS ?

 

C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian dari MBS

2.      Mengetahui dan manfaat dari MBS

3.      Mengetahui prinsip-prinsip dari MBS

4.      Mengetahui karakteristik dari MBS

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakanpedanan dari school based Manajemen (SBM). Dalam hal ini Bank Dunia (The World Bank) telah memberikan pengertian bahwa ‘’ School-base Manajement is the decentralisalio of levels of Authority to the school level . Responsibility and decision-making over school operations is transferred to principals ,teacher ,parents ,student ,and the other school Community members The school-level detiory ,however have to conform to ,or operate ,within a set of centratly determinal policies’’. (MBS adalah desentralisasi level otoritas penyelenggaraan sekolah kepada level sekolah .Tanggung jawab dan pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan atau penyelenggaraan sekolah telah diserahkan kepada kepala sekolah ,guru-guru ,para orang tua ,kadang peserta didik atau siswa ,dan anggota komunitas sekolah yang lainnya’’)(Suparian,2013:49)

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara leksikal berasal dari tiga kata ,yaitu manajemen berbasis dan sekolah adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif  untuk mencapai sasaran .Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas . Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran secara konseptual ,Malen dkk .dalam Abu Dukou (2002) mendefinisikan MBS sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan ,sebagai suatu yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang (Andang, 2014;121)

 

          Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan strategi untuk mencapai sekolah yang efektif,karena itu MBS bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan sarana dan strategi untuk mencapai tujuan.

MBS adalah suatu konsep dimana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan terjadinya proses pembelajaran,dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS pada hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah diberikan kepada sekoolah itu sendiri. Hal ini sangat penting karena yang paling memahami dan paling mengerti secara detail dan komprehensif tentang sekolah adalah sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang harus dikembangkan oleh sekkolah dan aspek apa yang harus diperkuat untuk meningkatkan mutu sekolah adalah sekolah itu sendiri.

       Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk alternative pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas ditingakat sekolah, Kewengangan pengambilan keputusan yang lebih luas ditingat sekolah, Serta partisipasi masyarakat yang relative tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Kondisi ini menuntut sekolah haru memiliki kepekaan dan kecermatan dalam mengidentifikasi tentang berbagai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan sekolah serta berbagai aspek yang perlu peningkatan.

       Dalam konteks sekolah maka Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya mengembangkan manajemen sekolah secara menyeluruh dengan penekanan pada komponen-kompoen tertentu.Manajemen berbasis sekolah yang sudah diimplementasikan sejak tahun 1999 diprioritaskan pada tiga (3) pilar yaitu Manajemen, PAKEM, dan Peran Serta Masyarakat. Sejalan dengan permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, maka pelaksanaan MBS dikembangakan menjadi tujuh (7) komponen, yaitu.: (1) kurikulum dan kegiatan pembelajaraan, (2) peserta didik, (3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya, (4) sarana dan prasarana, (5) keuangan dan pembiayaan, (6) hubungan sekolah dan masyarakat, dan (7) budaya dan lingkungan sekolah. (Suriansyah, Ahmad, dkk, 2015: 182-183)

B.     Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

       Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan sekolah secaraoptimal dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk:

1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Sekolah tentunya sangat paham dengan situasi,kondisi serta potensi yang dia miliki secarapasti.Oleh sebab itu, dalam pengembangansekolah maka sekolah akan memiliki kemampuan untuk mendayagunakan berbasis sumber yang dimilikinya secara optimal. Apabila hal ini dapat dilakukan oleh seklah maka sekolah akan dapat meningkatkan mutu sekolah.

2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga sekolah.

Sekolah yang mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk melibatkan semua warga sekolah dalam berbagai aktivitas hingga kegiatan yang menyangkut pengambilan keputusan sekolah. Dengan  keterlibatan semua warga sekolah dalam ikut serta mengambil keputusan tentang berbagai hal untuk kemajuan sekolah,maka mereka akan merasa bertangugung jawab terhadap pelaksanaan keputusan tersebut. Hal ini akan mengurangai kegelisahan bahkan protes atau penolakan mereka terhadap kebijakan sekolah.

3.      meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua murid, masyarakat, pemerintahan dan unsur lainnya tentang mutu  pelayanan di sekolah serta mutu sekolah itu sendiri.

4.      Meningkatkan suasana kompetensi yang sehat dan positif antar sekolah tentang penyelenggaraan sekolah yang bermutu dan mutu sekolah yang dicapai oleh masing-masing sekolah.

Sedangkan manfaat yang akan diperoleh oleh lembaga pendidikan/sekolah dengan diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut :

1.      Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar sekolah dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas program serta kebutuhan sekolahnya  masing-masing.

2.      Manajemen berbasis sekolah mengupayakan penyelenggaraan sekolah, khususnya pelayanan pembelajaran yang lebih baik dan bermutu bagi siswa.

3.      Memberikan kesempatan bagi sekolah meningkatkan kinerja staf secara optimal dan fleksibel.

4.      Meningkatkan pemahaman masyarakat secara lebih mendalam dan komprehensif karena mereka terlibat langsung dalam setiap kebijakan yang diambil sekolah secara bersama-sama.

5.      Dengan adanya kewenangan pengelolaan sumber daya, sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh dalam pelaksanaan tugas mengajarnya.

6.      Dengan diberikannya kesempatan kepda sekolah mengembangkan kurikulum secara luas, guru didorong berinovasi dengan melakukan berbagai peningkatan mutu hasil belajar. MBS menjamin pertisipasi staf, orangtua murid, siswa dan masyarakat luas, hal ini dapat meningkatkan komitmen dan kebersamaan dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

Dilihat dari tujuan dan manfaat implementasi MBS dalam penegelolaan sekolah jelas bahwa sebenarnya apabila sekolah dapat mengimplementasikan MBS secara baik, maka sudah dapat dipastikan peningkatan mutu sekolah akan dapat dicapai. Hal itu sangat rasional kerena semua masalah dan kelemahan sekolah beserta potensi yang dimilikinya terindentifikasi secara akurat. Apabila implementasi MBS di sekolah belum mampu memberi manfaat bagi sekolah dan percepatan peniningkatan mutu, maka ada kemungkinan terjadi keselahan dalam mengimplementasikannya baik dilihat dari prinsip MBS maupun pilar MBS itu sendiri. (Suriansyah, Ahmad, dkk, 2015: 183-184)

C.  Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah  

Ada beberapa prinsip manajemen berbasis sekolah yang perlu mendapatkan perhatian seorang kepala sekolah atau lembaga yang terkait dengan pembinaan sekolah, agar implementasi MBS dapat lebih optimal.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Keterbuakaan, artinya segaa sesuatu kegiatan yang akan dilaksanakan disekolah, guru,  staf tata usaha, komite sekolah, orang tua murid dan siswa. Tidak ada satu warga ekolah pun yang tidak paham apalagi tidak tentang berbagai kegiatan yang dilaksanakan atau akan dilaksanakan oleh sekolah.

2.      Kebersamaan,artinya dalam mengimplementasikannya manajemen berbasis sekolah, maka harus dilakukan secra bersama-sama oleh semua komponen sekolah, dengan demikian maka segala sesuatunya akan menjadi tanggung jawab bersama pula. Kebersamaan ini juga bermakna mendaya gunakan dan memberikan kesempatan kepada semua warga sekolah untuk  berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

3.      Berkelanjuan, artinya manajemen berbasis sekolah dilaksanakan secra berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian pemimpin  sekolah. Segala prinsip keterbukaan dan kebersamaan haru dilakukan secara terus menerus, bukan hanya bersifat insedental sewaktu-waktu. Sekolah harus terus menerus melakukan berbagai usaha dan mendorong keterlibatan semua warga untuk menjamin terselenggaranyaberbagai program sekolah menuju program yang bermutu.

4.      Menyeluruh, artinya aktivitas yang perlu dilakukan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah mencangkup semua kegiatan yang mempunyai konstribusi bagi keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Semua kegiatan sekolah paling tiadak ada 6 (enam) kegiatan sekolah yang harus dilakukan dalam manajemen sekolah yaitu: manajemen, peserta didik, manajemen kurikulum dan pembelajaran, manajemen ketenangan, manajajemen keungan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana serta manajemen sekolah tersebut harus didasari oleh prinsip manajemen berbasis sekolah.

5.      Pertanggungjawaban, artinya manajemen berbasis sekolah harus dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya pada atasan sekolah, tetapi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pertanggungjawaban vertikel dan horizontal uni merupakan prinsip yang memberikan kemungkinan kontrol sosial dan seluruh lapisan masyarakat terhadap kinerja sekolah.

6.      Demokratis, artinya semua keputusan dan kebijakan yang diambil sekolah,baik menyangkut aspek administratif atau edukatif merupakan hasil musyawarah semua komponen sekolah. Hal ini mendorong komitmen bersama untuk menjalankan keputusan atau kebijakan yang diambil.

7.      Kemandirian sekolah, artinya sekolah harus memulai sedikit demi sedikit untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri atas dasar kemampuan dan potensinya, tidak menggantungkan diri pada orang atau lembaga lain dalam memajukan sekolah. Untuk itu sekolah harus menumbuhkan prakarsa, inisiatif dan jiwa inovatif dalam rangka mencapai tujuan sekolah.

8.      Berorientasi pada mutu, artinya apapun jenis kegiatan yang akan dilakukan, yang menjadi dasar pertumbangan adalah sejauh mana kegiatan tersebut menunjang padavpercepatan peningkatan mutu sekolah. Oleh sebab itu budaya mutu dalam setiap aspek kegiatan di sekolah harus tertanam pada semua komponen sekolah.

9.      Pencapaian standar minimal,artinya sekolah mempunyaibstandar minimal yang harus dicapai untuk selanjutnya secara bertahap dapat mencapai standar yang lebih tinggi. Standar minimal ini selanjutnya dikembangkan menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP). Paling tidakbterdapat SOP untuk kurikulum dan implementasunya, SOP tenaga pendidik dan kependidikan, SOP kesiswaan, SOP sarana dan prasarana, SOP tentang keuangan dan pembiayaan, SOP tentang kemitraan dengan stakeholders dan hubungan sekolah dan masyarakat, serta SOP tentang budaya dan lingkungan sekolah.

10.  Pendidikan untuk semua artinya semua anak memiliki hak yang sama memperoleh pendidikan. Dalam konteks sekolah maka semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Prinsip ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan anak miskin dan kaya, anak buruh, petani dan pejabat dalam mendapatkan pelayanan pembelajaran dan kegiatan lainnya di sekolah. (Suriansyah, Ahmad, dkk, 2015: 185-186)

 

D.    Karakteristik MBS (Manajemn Berbasis Sekolah)

Depdknas (2003) menyebutkan secara garis besar, beberapa karakteristik manajemen berbasis sekolah, meliputi: (1) adanya akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh mandiri, (2) adanya kemitraan yang erat antara sekolah dengan masyarakat sekitar, (3) adanya system desentralisasi, (4) pengelolaan sekolah secara partisipasif, (5) pemerdayaan guru secara optimal, (6) diterapkannya otonomi manajemen sekolah, (7) orientasi pada peningkatan mutu, dan (8) menekankan pada pengambilan keputusan partisipatif. Sementara pada sekolah/madrasah, Mulyasa (2003) telah mengidentifikasi beberapa karakteristik MBS/MBM sebagai berikut: (1) pemberian otonomi luas kepada madrasah, (2) tingginya partisipasi pada masyarakat dan orang tua, (3) kepemimpinan yang demokratis dan professional, dan (4) teamwork yang kompak dan transparan.

1.      Pendapatan otonomi Luas kepada madrasah

Manajemen Berbasih Sekolah/Madrasah memberikan otonomi luas kepada sekolah/madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah/Madrasah juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan program-program  kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa serta tuntuan masyarakat. Selain itu, madrasah juga diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah/madrasah dapat meningkatkan kinerja tenaga pendidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputrusan dan bertanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan professional.

2.      Tingginya Partisipasi Masyarakat

Dalam MBS/MBM, pelaksanaan program-program madrasah didukung oleh tingginya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa. Orang tua siswa dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah. Madrasah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite madrasah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah/madrasah. Madrasah dan orang tua menjalin kerja sama untuk memberikan bantuan dan pemikiran serta menjadi narasumber pada berbagai kegiatan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah.

3.      Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Dalam MBS/MBM, pelaksanaan program-program sekolah/madrasah didukung oleh adanya kepimpinan sekolah/madrasah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah/madrasah merupakan manajer pendidikan professional yang memiliki tugas untuk mengelola segala kegiatan sekolah/madrasah adalah pendidik professional dalam bidangnya masing-masing.sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja professional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran siswa. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah/madrasah mengimplementasikan proses bottom up secara demokratis sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.

4.      Teamwork yang kompak dan Transparan

Dalam MBS/MBM, keberhasilan program-program sekolah/madrasah didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di sekolah/madrasah dalam dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mengujudkan suatu sekolah/madrasah yang dapat dibanggakan oleh semua pihak. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja madrasah secara kaffah. Dalam pelaksanaan program tertentu, pihak-pihak terkait bekerjasama secara professional untuk menggapai tujuan-tujuan atau target yang disepakati bersama. Dengan demikian, keberhasilan MBS/MBM merupakan hasil sinergi dari kolaborasi team yang kompak dan transparan. Dalam konsep MBS/MBM yang utuh, kekuasaan yang dimiliki sekolah/madrasah, diantaranya pengembalian keputusan tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran, rekrutmen dan manajemen tenaga kependidikan serta manajemen keuangan sekolah/madrasah.

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik manajemen berbasis sekolah/manajemen berbasis madrasah adalah segala hal yang menjadi kebutuhan dalam keadaan sekolah/madrasah yang kemudian keadaan tersebut diberi kewenangan melakukan pengelolaan sekolah/madrasah sendiri secara otonomi atau berdiri sendiri dengan segala kemungkinan yang dihadapinya serta mampu menjawab tantangan dihadapi dengan keluasan peran dan tanggung jawab yang dilimpahkan. (Andang, 2014: 128-131).

 


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan dasar strategi untuk mencapai sekolah yang efektif, karena itu MBS bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan sarana dan strategi untuk mencapai tujuan. MBS adalah suatu konsep

2.      Manajemen Berbasi Sekolah. Pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan sekolah secara optimal dalam pengelolahan dan pengembangan sekolah. Sedangakn secara khusus penerapan MBS ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandrian dan inisiatif sekolah dalam mengelolah dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga sekolah. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua murid,masyarakat , pemerintah dan unsure lainnya tentang mutu pelayanan disekolah serta mutu sekolah itu sendiri. Serta meningkatkan suasana kompetensi yang sehat dan positif antar sekolah.

3.      Prinsip-prinsip MBS (Manajemen Berbasik Sekolah )

a)      Keterbukaan

b)      Keberhasilan

c)      Menyeluruh

d)     Pertanggung jawaban

e)      Kemandirian sekolah

f)       Berorientasi pada mutu

g)      Pencapaian standar minimal

h)      Pendidikan untuk semua

4.      Depliknas (2003) menyebutkan secara garis besar, beberapa karakteristik manajemen berbasi sekolah, meliputi: (1) adanya akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh mandiri, (2) adanya kemitraan yang erat antara sekolah dengan masyarakat sekitar, (3) adanya system desentralisasi, (4)pengelolaan sekolah secara partisipasif, (5) pemberdayaan guru secara optimal, (6) diterapkannya otonomi manajemen sekolah , (7) orientasi pada peningkatan mutu, dan (8) menekankan pada pengambilan keputusan partisipasif. Sementara pada sekolah/madrasah , Mulyasa (2003) telah mengidentifikasi beberapa karakteristik MBS/MBM sebagai berikut : (1) pemberian otonomi luas kepada madrasah, (2) tingginya partisipasi pada masyarakat dan orang tua, (3) kepemimpinan yang demokratis dan professional, dan (4) teamwork yang kompak dan transparan

B.     Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, kami menerima sumbangan pikiran dari para pembaa demi penyempurnan makalah ini.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Andang. 2014. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: AR_RUZZ MEDIA.

Suparlan. 2013. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori Sampai dengan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Suriansyah, Ahmad, Aslamiah & Sulistiyana. 2015. Profesi Kependidikan “Perspektif Guru Profesional”, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

No comments:

Post a Comment