Popular Posts

Wednesday, November 17, 2021

AKTIVITAS GURU MENGAJAR MENGHITUNG PENGUKURAN JARAK DAN KECEPATAN KELAS V SDN GUDANG HIRANG 1

 

AKTIVITAS GURU  MENGAJAR MENGHITUNG PENGUKURAN JARAK DAN KECEPATAN  KELAS V SDN GUDANG HIRANG 1

 

Abstrak : Tulisan ini berupaya membuktikan keterlibatan guru dalam pembelajaran matematika. Yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam membentuk individu yang berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif. Untuk mengetahui faktor penyebab pembelajaran matematika dianggap sulit dan membosankan, kami melakukan observasi di SDN Gudang Hirang 1 untuk melihat bagaimana guru membelajarkan matematika dan yang masih kurang dalam membelajarkan matematika sehingga kedepannya lebih diperbaiki lagi. Kegiatan penelitian yang kami lakukan dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 november 2018 di kelas V dengan subjeknya yaitu guru. Selama proses pembelajaran semua kegiatan guru diamati, dicatat, serta direkam menggunakan kamera Handphone. Dipertemuan kedua pembelajaran berjalan baik dilihat dari kegiatan pembelajaran serta menerapkan model pembelajaran Group Investigation, sesuai dengan teori pembelajaran matematika yang dikemukan para ahli. Guru dalam pembelajaran matematika haruslah sesuai aturan teori pembelajaran matematika dan hendaknya menggunakan media dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa agar pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan diminati.

Kata kunci      : Pembelajaran Matematika, pengamatan aktivitas guru, teori, peranan.

 


A.      PENDAHULUAN

Pengetahuan dan pembelajaran dianggap sebagai sumber daya fundamental untuk pengembangan masa depan. Keberlanjutan, pembelajaran dalam hal hasil pembelajaran, dan seumur hidup belajar telah menjadi semakin diakui sebagai faktorpenting dalam 'persaingan global' (Jarvis, 2007).

Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik, dengan kata lain, pembelajaran merupakan usaha menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar (Usman, 2002).

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang belajar, di antaranya adalah sebagai berikut :

Belajar adalah proses kebutuhan agen bagi manusia; manusia dilahirkan di bumi ini lemah, tidak mampu dan tak berdaya (Aqeel & Awwad, 2013).

Menurut (Vygotsky, 1978), belajar dapat membangkitkan berbagai proses mental tersimpan yang hanya bisa dioperasikan manakala seseorang berinteraksi dengan orang dewasa atau berkolaborasi dengan sesame. teman.

Menurut (Reys, Suydam, Lindquist, & dan Smith, 1998) berpandangan bahwa belajar, merefleksikan suatu proses sosial yang di dalamnya anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri mereka sendiri maupun orang lain termasuk guru sehingga mereka berkembang secara intelektual.

Pendapat lain mengatakan, belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (Skinner, 1938).

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1996).

Belajar bukan hanya memindahkan aktivitas pengetahuan, tetapi suatu kegiatan yang mendorong siswa untuk melakukannya membangun atau membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran yang bermakna menyajikan pengetahuan dan kognitif proses yang dibutuhkan siswa untuk memecahkan masalah (Anderson & David, 2010).

Dan terakhir, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan sebagai suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif menetap sebagai hasil latihan yang diperkuat (Reber, 2010).

Mengajar adalah pendekatan yang dilakukan guru yang berpusat pada siswa untuk mengajar (Bonwell & Eison, 1991).

Hal tersebut termasuk teknik apa pun yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan meminta siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri (Bonwell & Eison, 1991).

Guru bekerja dalam pengaturan yang semakin kompleks dan beragam dan mereka memiliki kebutuhan belajar profesional yang sangat berbeda dan berubah., sehingga kebutuhan belajar ini mungkin sangat spesifik untuk guru atau konteks tempat mereka bekerja (Livingston, 2017).

Ini berarti bahwa guru membutuhkan kesempatan belajar profesional yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka sendiri dan mereka membutuhkan pendidik guru yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang berbeda untuk mendukung dan menantang mereka pada waktu yang berbeda dalam karir mereka (Livingston, 2017).

Salah satu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif adalah matematika (Wittgenstein, 1991).

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan karena dengan belajar matematika bisa mengajari kepada siswa untuk menyelesaikan permalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dalam penelitian Turgut dan Yilmaz (2012) yang menyatakan bahwa mepelajari matematika berguna untuk mengembangkan kemampuan murid yaitu biasanya memahami dan selesaikan masalah dunia nyata.

Matematika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, hal ini disebabkan karna karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan (Putra & Pujiono, 2014).

Tujuan pembelajaran matematika berdasarkan pendapat (Sujiono, 2008) permainan matematika bertujuan agar anak dapat mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana yang menarik, aman, nyaman, dan menyenangkan, sehingga diharapkan nantinya anak akan memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran matematika yang sesungguhnya disekolah dasar.

Menurut Wheeler, tujuan utama pendidikan matematika disekolah dasar adalah untuk mengetahui matematis dari pada tahu banyak matematika (Wheeler, 1982).

Menurut (Schoenfeld, 1992) berpikir secara matematika berarti: 1). Mengembangkan suatu pandangan matematik melalui proses dari matematisasi dan asbtraksi, dan memilki kesenangan untuk mencapainya. 2). Mengembangkan kompetensi dan menggunakannya dalam pemahaman matematika.

Agar pembelajaran matematika menjadi lebih mudah untuk dipahami siswa maka perlunya meninggkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran matematika agar siswa dapat berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Berdasarkan pemahaman tentang pembelajaran yang bermakna, guru harus memiliki pengetahuan tentang cara memfasilitasi materi untuk siswa mereka. Shulman mengklasifikasikan pengetahuan guru menjadi tiga kelas, yaitu: (1) pengetahuan konten materi, (2) pengetahuan pedagogis, dan (3) pengetahuan isi pedagogis (Shulman, 1986).

Ada beberapa aktivitas guru yang terdapat dalam pembelajaran, Antara lain: 1) Mengatur alokasi waktu. 2) Memberi dorogan kepada siswa agar tumbuh minat dan semangat belajar, 3) Melaksanakan diskusi dalam kelas, 4) Mengamati siswa, 5) Memberi informasi lisan maupun tulisan dengan Bahasa sederhana yang mudah dimengerti siswa, 6) Memberi masalah untuk dicari solusi pemecahannya oleh siswa, 7) Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa dan 8) Menggunakan media/alat peraga (Rusman, 2010).

Tanggung jawab utama seorang guru adalah memfasilitasi pembelajaran (Bulger, Mohr, & Walls, 2002).

Literatur penelitian tentang efektivitas guru memberikan panduan yang sangat baik untuk melakukan pekerjaan mengajar dengan baik. The Four Aces of Effective Teaching (hasil, kejelasan, keterlibatan, dan antusiasme) membantu dalam membawa keluar dari potensi kekacauan (Bulger, Mohr, & Walls, 2002).

Campbell mengatakan bahwa keterampilan matematika dan kemampuan pedagogi guru-guru utama secara langsung dan positif terkait dengan pencapaian siswa yang diajar oleh mereka (Campbell & etc, 2014).

Penguasaan guru dari pengetahuan matematika dan pedagogi mengembangkan matematika mereka paradigma proses belajar mengajar (Campbell & etc, 2014).

Jadi, salah satu hal yang perlu ditingkatkan untuk menngkatkan prestasi siswa adalah kemampuan matematika guru (Campbell & etc, 2014).

Tujuan dari observasi aktivitas guru adalah untuk menggambarkan kemampuan matematika guru sekolah dasar (1) untuk mengembangkan kegiatan siswa yang dibangun lebih lama daripada, lebih pendek dari, dan selama konsep, (2) untuk mengembangkan kegiatan siswa yang membangun unit standar pada pengukuran panjang, dan (3) untuk mengembangkan masalah yang digunakan oleh siswa untuk membangun mengapa kegiatan konversi pada unit panjang itu berguna dalam kehidupan sehari-hari setelah mereka berpartisipasi dalam lokakarya RME (Julie, 2017).

 

 

B.       METODOLOGI

Observer mendapatkan tugas mata kuliah Pendidikan Matematika SD 3 untuk mengamati serta merekam proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Adapun langkah pertama yang observer lakukan yaitu menentukan perencanaan di mana tempat SD yang akan kami observasi atau teliti. Kemudian kami membuat surat izin dari lembaga PGSD Universitas Lambung Mangkurat untuk melakukan observasi di SDN Gudang Hirang 1.

Observer melaksanakan kegiatan mengamati proses pembelajaran di SDN Gudang Hirang 1, Desa Gudang Hirang Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar selama 2 hari, dari tanggal 28 November 2018 sampai 29 November 2018. Sebelumnya kami datang ke SD pada hari Rabu 28 November 2018 dengan membawa surat izin tersebut menemui Ibu Hj. Qorina S.Pd selaku kepala sekolah SDN Gudang Hirang 1 untuk meminta izin melakukan observasi penelitian di SD tersebut. Lalu kami diberikan izin oleh Ibu kepala sekolah dan langsung masuk kedalam kelas V untuk bertemu dengan Bapak  M. Hafizi, S.Pd selaku Guru wali kelas V.

Pengamatan pertama pada hari Rabu, tanggal 28 November 2018 di kelas 5 SDN Gudang Hirang 1 di jam pelajaran ke dua pukul 09.00-10.10. Kami mengamati serta merekam proses berlangsungnya pembelajaran matematika di kelas tersebut dengan materi pengukuran jarak dan kecepatan.

Pengamatan kedua kami laksanakan masih di kelas yang sama pada hari Kamis, 29 November 2018 di jam pelajaran pertama pukul jam 08.00-09.10 sesuai dengan jadwal pelajaran di kelas 5 SDN Gudang Hirang 1. Kami mengamati serta merekam proses pembelajaran matematika pada hari itu dengan materi yang sama untuk memperdalam siswa memahami materi pengukuran jarak dan kecepatan.

Setelah kami selesai melakukan pengamatan dan mendapatkan video proses pembelajaran matematika, kami menganalisis video proses pembelajaran matematika tersebut yang terdiri dari pembukaan, inti dan penutup. Bagaimana aktivitas guru, siswa dan hasi belajar dari proses pembelajaran tersebut. terakhir, kami membuat laporan pengamatan.

Pada proses pengamatan aktivitas guru, kami menggunakan instrumen atau alat dan bahan berupa kamera, tripod, alat tulis, lembar observasi, dan laptop membuat hasil laporan observasi kami di SDN tersebut.

Penelitian ini mengadopsi desain penelitian studi kasus, yaitu para peneliti menggunakan purposive sampling untuk memilih sampel dari satu kelas utuh yang dipilih. Sampel penelitian terdiri dari kelompok terbesar dari peserta yang ditargetkan dari kelas utuh di lokasi penelitian. Teknik sampling penelitian adalah dianggap paling relevan karena para peneliti menargetkan penjelajahan sikap pembelajar yang pernah berinteraksi dengan modul MLTBI dan sel perangkat telepon selama pengajaran dan pembelajaran Fungsi dan terkait konsep (Muthandwa & Merlin, 2017).

Observer mengadopsi metodologi fenomenologis sebagai upaya sistematis untuk menggambarkan rekonstruksi seorang guru pengalaman hidup dengan kemungkinan mengungkap dan menggambarkan struktur makna sadar yang muncul sebagai permukaan guru menceritakan perjumpaannya (Van, 2003).

Creswell mengingatkan kita bahwa fenomenologis Pendekatan berusaha untuk memahami dan menggambarkan makna fenomena yang dialami oleh beberapa orang individu dan berurusan dengan masalah manusia, termasuk pendudukan manusia. Dengan cara ini, esensi manusia Pengalaman dieksplorasi di luar perspektif reduksionis, sehingga membawa nilai bagi studi manusia aktivitas (Creswell, 2010)

Van menjelaskan bahwa deskripsi yang baik yang merupakan esensi dari sesuatu ditafsirkan sehingga struktur pengalaman hidup terungkap untuk memungkinkan pemahaman penuh dari pengalaman ini (Van, 2003).

Sebagai pencetus fenomenologi, metodologi Husserl dimulai dengan “pengurangan fenomenologis” atau "epoche" yang melibatkan upaya untuk meletakkan semua asumsi seseorang tentang masalah yang sedang dipelajari berhenti, untuk "menjepit" mereka.

Giorgi menyatakan, untuk melanjutkan tanpa langkah ini ketika  merenungkan pengalaman pribadi meninggalkan satu terbuka untuk "kesalahan psikologis", yaitu, kemungkinan bahwa penilaian seseorang tentang pengalaman seperti itu akan bias oleh berbagai prakonsepsi, keinginan, keinginan, motif, nilai dan lainnya (Giorgi, 1997).

Desain deskriptif dilakukan untuk menggambarkan gambaran kemampuan siswa dalam memecahkan non-rutin masalah. Di sisi lain, desain kuasi-eksperimental digunakan dengan tujuan untuk menetapkan efek sebab hubungan antar variabel, yaitu heuristik sebagai perlakuan (variabel independen) dan tes berpikir matematis (variabel dependen) (Parmit, 2018).

Dengan kata lain, desain eksperimental ini memungkinkan peneliti untuk menilai efektivitas heuristik sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan siswa pemikiran matematis (Parmit, 2018).

 

C.      HASIL

Hasil observasi pada hari rabu dan kamis tanggal 28 dan 29 November 2018 terdapat aktivitas guru dari proses pembelajaran matematika materi jarak dan kecepatan .

Pada pertemuan pertama materi jarak dan kecepatan pada langkah-langkah pendahuluan guru sudah melakukan dengan baik (mengucapkan salam, mendata siswa yang hadir, menyampai tujuan pembelajaran hari ini) , pada bagian inti pembelajaran guru melakukan ceramah tidak menggunakan model pembelajaran seperti halnya yang terdapat atau di gunakan dalam kurikulum 2013. Pada bagian penutup guru melakukan dengan cukup baik.

Pertemuan kedua  materi jarak dan kecepatan pada langkah-langkah terdapat perbedaan pada bagian inti pembelajaran, yaitu guru membagi siswa menjadi bebeapa kelompok dan menjalankan diskusi untuk mengerjakan tugas kelompok.

Terlihat guru yang menjadi sangat dominan pada pertemuan pertama karena hanya melakukan pembelajaran satu arah dengan menggunakan metode ceramah membuat siswa menjadi pasif tidak aktif pada saat pembelajaran. Namun pada pertemuan kedua guru terlihat menjadi fasilitator dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang berkelompok dan diskusi kepada siswa.

 

D.      PEMBAHASAN

Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kondisi ideal pembelajaran matematika , yaitu : 1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2)Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3)Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4)Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah dan 5)Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajarai matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006).

Aktivitas guru dalam kegiatan pendahuluan meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1) Menumbuhkan perhatian siswa dengan, 2) Membangkitkan Motivasi Siswa, 3) Memberi Acuan (Structuring) dan 4) Membuat Kaitan. Dalam hal ini belum ditemukan semua kegiatan tersebut saat proses pembelajaran berlangsung (Hamdayama, 2016).

Pada penelitian hari pertama tanggal 28 November 2018 di SDN Gudang Hirang 1 aktivitas guru hanya melakukan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab yang berpusat pada guru, pembelajaran monoton, kalau dilihat dari proses pembelajaran guru seperti tidak menggunakan kurikulum 2013 padahal di SDN Gudang Hirang 1 menggunakan kurikulum 2013. Guru menjadi lebih dominan dan terpusat kepada guru dalam pembelajaran matematika berlangsung.

Materi pada penelitian hari pertama adalah jarak dan kecepatan, guru menjelaskan sudah cukup jelas seperti komponen keterampilan dalam kegiatan menjelaskan, tetapi tidak memberi stimulus dan respon terhadap anak kecuali pada mendekati akhir materi (sebelum evaluasi) (Hamdayama, 2016).

Pada peneltian hari kedua tanggal 29 November 2018, aktivitas guru terlihat sudah menggunakan model pembelajaran seperti adanya diskusi kelompok yaitu model Group Invesigation, Tetapi terlihat masih lebih dominan guru seperti masih berpusat kepada guru, Guru kurang mengkondisikan suasana kelas sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif mengganggu proses pembelajaran berlangsung. Guru lebih banyak ceramah untuk menjelaskan materi jarak dan kecepatan.

Hal ini berbanding dengan proses pembelajaran kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa belajar secara mandiri. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.

Kurikulum 2013 searah dengan prinsip pembelajaran konstruktivistik yaitu Konstruktivis melihat belajar sebagai proses aktif pelajar mengkonstruksi arti baik dalam bentuk teks, dialog, pengalaman fisis, ataupun bentuk lainnya (Shafa, 2014).

 

E.       KESIMPULAN

Pada pertemuan pertama. Sebagaimana kurikulum 2013, sebaiknya pada kegiatan inti, setiap guru dituntut untuk menggunakan berbagai model pembelajaran, berbagai media pembelajaran, dan berbagai sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

Namun kelemahan ini sudah diperbaiki guru pada saat pembelajaran matematika pertemuan kedua dengan menggunakan model pembelajaran.

Pada kegiatan penutup pertemuan pertama. Guru tidak melakukan refleksi untuk mengevaluasi yaitu: a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Namun pada pertemuan kedua sudah terlaksana dengan baik (Hamdayama, 2016).

Pada proses kegiatan pembelajaran pertemuan pertama di kelas V SDN Gudang Hirang 1 sudah berjalan dengan cukup baik. Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa. Ketika menjelaskan materi jarak dan kecepatan, guru menjelaskan sudah cukup jelas tetapi tidak memberi stimulus dan respon terhadap anak kecuali pada akhir materi. Selain itu metode pembelajaran terlalu monoton hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang berpusat pada guru. Guru menjadi lebih dominan dan terpusat kepada guru dalam pembelajaran matematika berlangsung.

Pada proses kegiatan dihari kedua / pertemuan kedua di kelas V SDN Gudang Hirang 1 proses pembelajaran berfokus dengan diskusi kelompok, tetapi terlihat guru masih menjadi dominan yang hanya berpusat kepada guru. Guru kurang mengkondisikan suasana kelas sehingga kelas menjadi tidak kondusif mengganggu proses pembelajaran dan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah memberikan materi jarak dan kecepatan.

 

 

F.       REKOMENDASI

Pada pelaksanaan pembelajaran Matematika guru haruslah bisa menarik perhatian siswa agar siswa lebih antusias, termotivasi, dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Matematika tersebut. Namun kenyataannya guru tidak memberi stimulus dan respon terhadap siswa serta kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran , akan lebih baik jika menggunakan media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan siswa bisa lebih bisa terlibat langsung dalam pembelajaran dan carilah media yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Pada pelaksanaan pembelajaran Matematika guru haruslah dapat menarik perhatian  siswa dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari agar siswa lebih bisa memahami konsep dari pembelajaran Matematika tersebut. Namun kenyatannya guru hanya memberikan materi bersumber kepada buku saja, akan lebih baik jika dilakukan dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari siswa agar memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Jadi materi pembelajaran tidak hanya berpusat kepada kepada buku saja, akan tetapi materi kaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa agar pembelajaran lebih bermakna.

Pada pelaksanaan pembelajaran Matematika guru haruslah bisa membimbing dan mengarahkan siswa agar kelas lebih kondusif jika guru menerapkan suatu model pembelajaran. Namun kenyataannya keadaan kelas masih kurang kondusif walaupun guru sudah menerapkan model pembelajaran dan siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran berlangsung. Jadi lebih baik carilah suatu model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk saling bekerjasama dan siswa bisa berperan aktif dalam pembelajaran.

 

 

G.      PENGHARGAAN

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan hasil observasi ini :

1.    Lembaga PG PSD Universitas Lambung Mangkurat yang telah membantu kami dalam pembuatan surat  izin melakukan penelitian sehingga kami bisa melaksanakan penelitian observasi di SDN Gudang Hirang 1.

2.    Bapak Juhriansyah Dalle, S.Pd, S.Si, M.Kam. Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Matematika SD 3 yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam observasi dan penyelesaian laporan hasil penelitian proses belajar dan mengajar di SDN Gudang Hirang 1.

3.    Ibu Hj. Qorina S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Gudang Hirang 1.

4.    Bapak  M. Hafizi, S.Pd selaku Guru wali kelas V.

5.    Semua guru, staf, dan siswa siswi keluarga besar SDN Gudang Hirang 1 yang telah mengijinkan kami melakukan observasi di SD tersebut.

6.    Kepada rekan-rekan kelompok satu, Rahmat Hidayat, Adi Rujani Sa’ban, Annisa, Annisa Ul Hasanah, Arifah Nadiya, dan Ati Ilma Hidayah.

7.    Teman teman kelompok lain yang membantu kelompok 1 dalam penelitian proses belajar dan mengajar di SDN Gudang Hirang 1.

8.    Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan dalam bentuk moril maupun materil demi terselesaikannya lapiran penelitian ini.

 

 

H.    DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L. W., & David, R. K. (2010). Terjemahan Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Bloom. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Aqeel, A., & Awwad, A. (2013). Piaget's Theory of Learning. Interdisciplinary Journal of Comtemporary Research in Business Vol 4 No. 9 January.

Bonwell, C., & Eison, J. A. (1991). Active Learning : Creating excitement in the class-room. ASHE-ERIC Higher Education Rep. No.1.

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Bulger, S. M., Mohr, D. J., & Walls, R. T. (2002). Stack the Deck in Favor of Your Student by Using the Four Aces of Effective Learning. The Journal of Effective Learning, Vol.5 No.2.

Campbell, P. F., & etc. (2014). The Relationship Between Teachers Mathematical Content and Pedagogical Knowledge, Teachers Perception, and Students Achievement. Journal for research in mathematics education, Volume 45 No.4.

Creswell, J. W. (2010). esearch design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (terjemahan). Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Giorgi, A. (1997). The theory, practice and evaluation of the phenomenological method as qualitative research procedure. Journal of Phenomenological Psychology.

Hamdayama, J. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jarvis, P. (2007). Globalisation, Lifelong Learning and the Learning Society. London: Routledge Taylor & Francis Group.

Julie, H. (2017). The Elementary School Teachers Ability in The Lenght Measurment. Journal of Physics.

Livingston, K. (2017). The Complexity of Learning and Teaching : Challenges for teacher education. European Journal of The Teacher Education, Vol. 40 No. 2.

Muthandwa, C. S., & Merlin, J. (2017). An Exploration of Learners’ Attitudes towards Mobile.Learning Technology-Based Instruction Module and its Use in Mathematics Education. Africa: Walter Sisulu University.

Parmit, S. (2018). The Use of Problem-Solving Heuristics Approach in Enhancing STEM Students Development of Mathematical Thinking. Malaysia: Universiti Teknologi MARA.

Putra, H. P., & Pujiono, W. (2014). Perancangan Dan Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Matematika Tentang Pengukuran Waktu, Panjang Dan Berat Untuk Sekolah Dasar (SD). Jurnal Sarjana Teknik Informatika Volume 2, 1.

Reber, A. (2010). Kamus psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Reys, R., Suydam, M., Lindquist, M., & dan Smith, N. (1998). Helping Children Learn Mathematics. Boston: Allyn and Bacon.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Schoenfeld, A. (1992). Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of Mathematics., dalam Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: Macmillan.

Shafa. (2014). KARAKTERISTIK PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Dinamika Ilmu. Jurnal STAIN Samarinda Vol. 14. No 1.

Shulman, L. S. (1986). Knowledge and teaching: Foundation of the new reform. U.S.A: Harvard Educational Review.

Skinner, B. (1938). The Behavior of Organism. Cambridge: B.F. Skinner Foundation.

Sujiono, Y. N. (2008). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Turgut, M., & Yilmaz, S. (2012). Relationships among preservice primary mathematics teachers’ gender, academic success and spatial ability. International Journal of Instruction.

Usman, N. (2002). Konteks Impelentasi Berbasis Kurikulum. Bandung: CV. Sinar Baru.

Van, M. (2003). Phenomenology online. Retrieved from phenomenologyonline: http://www.phenomenologyonline.com/websites/websites.html

Vygotsky, L. (1978). Mind in society. Cambridge, MA: Harvard University Pers.

Wheeler, D. (1982). Mathematisation Matter "For Learning of Math".

Winkel, W. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wittgenstein. (1991). Wittgenstein on Mathematical Proof. Wright.

 

No comments:

Post a Comment