AKTIVITAS GURU MENGAJAR MENGHITUNG PENGUKURAN JARAK DAN
KECEPATAN KELAS V SDN GUDANG HIRANG 1
Abstrak : Tulisan ini berupaya membuktikan keterlibatan guru dalam
pembelajaran matematika. Yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dalam membentuk individu yang berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan
kreatif. Untuk mengetahui faktor penyebab pembelajaran matematika
dianggap sulit dan membosankan, kami melakukan observasi di SDN Gudang Hirang 1 untuk melihat
bagaimana guru membelajarkan matematika dan yang masih kurang dalam
membelajarkan matematika sehingga kedepannya lebih diperbaiki lagi. Kegiatan
penelitian yang kami lakukan dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 november 2018
di kelas V dengan subjeknya yaitu guru. Selama proses pembelajaran semua
kegiatan guru diamati, dicatat, serta direkam menggunakan kamera Handphone. Dipertemuan
kedua pembelajaran berjalan baik dilihat dari kegiatan pembelajaran serta
menerapkan model pembelajaran Group Investigation, sesuai dengan teori
pembelajaran matematika yang dikemukan para ahli. Guru dalam pembelajaran matematika
haruslah sesuai aturan teori pembelajaran matematika dan hendaknya menggunakan
media dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa agar pembelajaran
matematika menjadi lebih menarik dan diminati.
Kata kunci : Pembelajaran Matematika, pengamatan
aktivitas guru, teori, peranan.
A. PENDAHULUAN
Pengetahuan dan pembelajaran
dianggap
sebagai sumber daya fundamental untuk pengembangan masa depan. Keberlanjutan, pembelajaran dalam hal hasil pembelajaran,
dan seumur hidup belajar telah menjadi
semakin diakui sebagai faktorpenting dalam 'persaingan global'
Pembelajaran (instruction)
adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik, dengan kata lain, pembelajaran merupakan
usaha menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar
Ada
beberapa ahli yang mendefinisikan tentang belajar, di antaranya adalah sebagai
berikut :
Belajar adalah proses kebutuhan agen bagi manusia; manusia
dilahirkan di bumi ini lemah, tidak mampu dan tak berdaya
Menurut
Menurut
Pendapat
lain mengatakan, belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap
Belajar bukan hanya memindahkan aktivitas
pengetahuan, tetapi suatu kegiatan yang mendorong siswa untuk melakukannya membangun atau membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran yang
bermakna menyajikan pengetahuan dan kognitif proses
yang dibutuhkan siswa untuk memecahkan masalah
Dan terakhir, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan
dan sebagai suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif menetap sebagai
hasil latihan yang diperkuat
Mengajar adalah pendekatan yang dilakukan
guru yang berpusat pada siswa untuk mengajar
Hal tersebut termasuk teknik apa pun yang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran dan meminta siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri
Guru bekerja dalam pengaturan yang semakin kompleks dan beragam dan mereka
memiliki kebutuhan belajar profesional yang sangat berbeda dan berubah., sehingga kebutuhan belajar ini mungkin sangat spesifik untuk guru
atau konteks tempat mereka bekerja
Ini berarti bahwa guru membutuhkan kesempatan belajar profesional yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka sendiri dan mereka membutuhkan pendidik
guru yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang berbeda untuk
mendukung dan menantang mereka pada waktu yang berbeda dalam karir mereka
Salah satu program pendidikan yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif adalah matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam dunia pendidikan karena dengan belajar matematika bisa
mengajari kepada siswa untuk menyelesaikan permalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dalam penelitian Turgut dan Yilmaz
Matematika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, hal ini
disebabkan karna karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan
Tujuan pembelajaran matematika berdasarkan pendapat
Menurut Wheeler, tujuan utama pendidikan matematika disekolah
dasar adalah untuk mengetahui matematis dari pada tahu banyak matematika
Menurut
Agar pembelajaran matematika menjadi lebih mudah untuk dipahami siswa maka
perlunya meninggkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran matematika agar siswa
dapat berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Berdasarkan pemahaman tentang pembelajaran
yang bermakna, guru harus memiliki pengetahuan tentang cara memfasilitasi
materi untuk siswa mereka. Shulman mengklasifikasikan pengetahuan guru menjadi
tiga kelas, yaitu: (1) pengetahuan konten materi, (2) pengetahuan pedagogis,
dan (3) pengetahuan isi pedagogis
Ada beberapa aktivitas guru yang terdapat dalam
pembelajaran, Antara lain: 1) Mengatur alokasi waktu. 2) Memberi dorogan kepada
siswa agar tumbuh minat dan semangat belajar, 3) Melaksanakan diskusi dalam
kelas, 4) Mengamati siswa, 5) Memberi informasi lisan maupun tulisan dengan
Bahasa sederhana yang mudah dimengerti siswa, 6) Memberi masalah untuk dicari
solusi pemecahannya oleh siswa, 7) Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon
terhadap pertanyaan yang diajukan siswa dan 8) Menggunakan media/alat peraga
Tanggung jawab
utama seorang guru adalah memfasilitasi pembelajaran
Literatur
penelitian tentang efektivitas guru memberikan panduan yang sangat baik untuk
melakukan pekerjaan mengajar dengan baik. The Four Aces of Effective Teaching
(hasil, kejelasan, keterlibatan, dan antusiasme) membantu dalam membawa keluar
dari potensi kekacauan
Campbell mengatakan
bahwa keterampilan matematika dan kemampuan pedagogi guru-guru utama secara
langsung dan positif terkait dengan pencapaian siswa yang diajar oleh mereka
Penguasaan guru
dari pengetahuan matematika dan pedagogi mengembangkan matematika mereka
paradigma proses belajar mengajar
Jadi, salah satu
hal yang perlu ditingkatkan untuk menngkatkan prestasi siswa adalah kemampuan
matematika guru
Tujuan dari observasi aktivitas guru
adalah untuk menggambarkan kemampuan matematika guru sekolah dasar (1) untuk
mengembangkan kegiatan siswa yang dibangun lebih lama daripada, lebih pendek
dari, dan selama konsep, (2) untuk mengembangkan kegiatan siswa yang membangun
unit standar pada pengukuran panjang, dan (3) untuk mengembangkan masalah yang
digunakan oleh siswa untuk membangun mengapa kegiatan konversi pada unit panjang
itu berguna dalam kehidupan sehari-hari setelah mereka berpartisipasi dalam
lokakarya RME
B.
METODOLOGI
Observer mendapatkan tugas mata
kuliah Pendidikan Matematika SD 3 untuk mengamati serta merekam proses
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Adapun langkah pertama yang observer
lakukan yaitu menentukan perencanaan di mana tempat SD yang akan kami observasi
atau teliti. Kemudian kami membuat surat izin dari lembaga PGSD Universitas
Lambung Mangkurat untuk melakukan observasi di SDN Gudang Hirang 1.
Observer melaksanakan kegiatan
mengamati proses pembelajaran di SDN Gudang Hirang 1, Desa Gudang Hirang
Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar selama 2 hari, dari tanggal 28 November
2018 sampai 29 November 2018. Sebelumnya kami datang ke SD pada hari Rabu 28
November 2018 dengan membawa surat izin tersebut menemui Ibu Hj. Qorina S.Pd
selaku kepala sekolah SDN Gudang Hirang 1 untuk meminta izin melakukan
observasi penelitian di SD tersebut. Lalu kami diberikan izin oleh Ibu kepala
sekolah dan langsung masuk kedalam kelas V untuk bertemu dengan Bapak M. Hafizi, S.Pd selaku Guru wali kelas V.
Pengamatan pertama pada hari
Rabu, tanggal 28 November 2018 di kelas 5 SDN Gudang Hirang 1 di jam pelajaran
ke dua pukul 09.00-10.10. Kami mengamati serta merekam proses berlangsungnya
pembelajaran matematika di kelas tersebut dengan materi pengukuran jarak dan
kecepatan.
Pengamatan kedua kami laksanakan
masih di kelas yang sama pada hari Kamis, 29 November 2018 di jam pelajaran
pertama pukul jam 08.00-09.10 sesuai dengan jadwal pelajaran di kelas 5 SDN
Gudang Hirang 1. Kami mengamati serta merekam proses pembelajaran matematika
pada hari itu dengan materi yang sama untuk memperdalam siswa memahami materi
pengukuran jarak dan kecepatan.
Setelah kami selesai melakukan
pengamatan dan mendapatkan video proses pembelajaran matematika, kami
menganalisis video proses pembelajaran matematika tersebut yang terdiri dari
pembukaan, inti dan penutup. Bagaimana aktivitas guru, siswa dan hasi belajar
dari proses pembelajaran tersebut. terakhir, kami membuat laporan pengamatan.
Pada proses pengamatan aktivitas
guru, kami menggunakan instrumen atau alat dan bahan berupa kamera, tripod,
alat tulis, lembar observasi, dan laptop membuat hasil laporan observasi kami
di SDN tersebut.
Penelitian
ini mengadopsi desain penelitian studi kasus, yaitu para peneliti menggunakan purposive sampling untuk memilih sampel dari satu kelas
utuh yang dipilih. Sampel penelitian terdiri dari
kelompok terbesar dari peserta yang ditargetkan dari kelas utuh di lokasi penelitian. Teknik sampling penelitian adalah dianggap
paling relevan karena para peneliti menargetkan penjelajahan sikap pembelajar
yang pernah berinteraksi dengan modul MLTBI dan sel perangkat telepon selama
pengajaran dan pembelajaran Fungsi dan terkait konsep
Observer mengadopsi metodologi fenomenologis
sebagai upaya sistematis untuk menggambarkan rekonstruksi seorang guru
pengalaman hidup dengan kemungkinan mengungkap dan menggambarkan struktur makna
sadar yang muncul sebagai permukaan guru menceritakan perjumpaannya
Creswell
mengingatkan kita bahwa fenomenologis Pendekatan berusaha untuk memahami dan
menggambarkan makna fenomena yang dialami oleh beberapa orang individu dan
berurusan dengan masalah manusia, termasuk pendudukan manusia. Dengan cara ini,
esensi manusia Pengalaman dieksplorasi di luar perspektif reduksionis, sehingga
membawa nilai bagi studi manusia aktivitas
Van
menjelaskan bahwa deskripsi yang baik yang merupakan esensi dari sesuatu
ditafsirkan sehingga struktur pengalaman hidup terungkap untuk memungkinkan
pemahaman penuh dari pengalaman ini
Sebagai
pencetus fenomenologi, metodologi Husserl dimulai dengan “pengurangan
fenomenologis” atau "epoche" yang melibatkan upaya untuk meletakkan
semua asumsi seseorang tentang masalah yang sedang dipelajari berhenti, untuk
"menjepit" mereka.
Giorgi
menyatakan, untuk melanjutkan tanpa langkah ini ketika merenungkan pengalaman pribadi meninggalkan
satu terbuka untuk "kesalahan psikologis", yaitu, kemungkinan bahwa
penilaian seseorang tentang pengalaman seperti itu akan bias oleh berbagai
prakonsepsi, keinginan, keinginan, motif, nilai dan lainnya
Desain
deskriptif dilakukan untuk menggambarkan gambaran kemampuan siswa dalam
memecahkan non-rutin masalah. Di sisi lain, desain kuasi-eksperimental
digunakan dengan tujuan untuk menetapkan efek sebab hubungan antar variabel,
yaitu heuristik sebagai perlakuan (variabel independen) dan tes berpikir matematis (variabel dependen)
Dengan
kata lain, desain eksperimental ini memungkinkan peneliti untuk menilai
efektivitas heuristik sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan siswa pemikiran
matematis
C.
HASIL
Hasil observasi pada hari rabu dan
kamis tanggal 28 dan 29 November 2018 terdapat aktivitas guru dari proses
pembelajaran matematika materi jarak dan kecepatan .
Pada pertemuan pertama materi
jarak dan kecepatan pada langkah-langkah pendahuluan guru sudah melakukan
dengan baik (mengucapkan salam, mendata siswa yang hadir, menyampai tujuan
pembelajaran hari ini) , pada bagian inti pembelajaran guru melakukan ceramah
tidak menggunakan model pembelajaran seperti halnya yang terdapat atau di
gunakan dalam kurikulum 2013. Pada bagian penutup guru melakukan dengan cukup
baik.
Pertemuan kedua materi jarak dan kecepatan pada
langkah-langkah terdapat perbedaan pada bagian inti pembelajaran, yaitu guru
membagi siswa menjadi bebeapa kelompok dan menjalankan diskusi untuk
mengerjakan tugas kelompok.
Terlihat guru yang menjadi sangat
dominan pada pertemuan pertama karena hanya melakukan pembelajaran satu arah
dengan menggunakan metode ceramah membuat siswa menjadi pasif tidak aktif pada
saat pembelajaran. Namun pada pertemuan kedua guru terlihat menjadi fasilitator
dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang berkelompok dan diskusi
kepada siswa.
D.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) kondisi ideal pembelajaran matematika , yaitu : 1)Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah,
2)Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, 3)Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh, 4)Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah dan 5)Memiliki sifat
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajarai matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah
Aktivitas guru dalam kegiatan
pendahuluan meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1) Menumbuhkan perhatian
siswa dengan, 2) Membangkitkan Motivasi Siswa, 3) Memberi Acuan (Structuring)
dan 4) Membuat Kaitan. Dalam hal ini belum ditemukan semua kegiatan tersebut
saat proses pembelajaran berlangsung
Pada penelitian hari pertama
tanggal 28 November 2018 di SDN Gudang Hirang 1 aktivitas guru hanya melakukan
pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab yang berpusat pada guru,
pembelajaran monoton, kalau dilihat dari proses pembelajaran guru seperti tidak
menggunakan kurikulum 2013 padahal di SDN Gudang Hirang 1 menggunakan kurikulum
2013. Guru menjadi lebih dominan dan terpusat kepada guru dalam pembelajaran
matematika berlangsung.
Materi pada penelitian hari
pertama adalah jarak dan kecepatan, guru menjelaskan sudah cukup jelas seperti
komponen keterampilan dalam kegiatan menjelaskan, tetapi tidak memberi stimulus
dan respon terhadap anak kecuali pada mendekati akhir materi (sebelum evaluasi)
Pada peneltian hari kedua tanggal
29 November 2018, aktivitas guru terlihat sudah menggunakan model pembelajaran
seperti adanya diskusi kelompok yaitu model Group Invesigation, Tetapi terlihat
masih lebih dominan guru seperti masih berpusat kepada guru, Guru kurang
mengkondisikan suasana kelas sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif
mengganggu proses pembelajaran berlangsung. Guru lebih banyak ceramah untuk
menjelaskan materi jarak dan kecepatan.
Hal ini berbanding dengan proses
pembelajaran kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran yang menekankan
keaktifan siswa belajar secara mandiri. Peserta didik diberikan kesempatan
untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.
Kurikulum 2013 searah dengan
prinsip pembelajaran konstruktivistik yaitu Konstruktivis
melihat belajar sebagai proses aktif pelajar mengkonstruksi arti baik dalam
bentuk teks, dialog, pengalaman fisis, ataupun bentuk lainnya
E.
KESIMPULAN
Pada pertemuan pertama.
Sebagaimana kurikulum 2013, sebaiknya pada kegiatan inti, setiap guru dituntut
untuk menggunakan berbagai model pembelajaran, berbagai media pembelajaran, dan
berbagai sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
Namun kelemahan ini sudah
diperbaiki guru pada saat pembelajaran matematika pertemuan kedua dengan
menggunakan model pembelajaran.
Pada kegiatan penutup pertemuan
pertama. Guru tidak melakukan refleksi untuk mengevaluasi yaitu: a) seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; b) memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran. Namun pada pertemuan kedua sudah
terlaksana dengan baik
Pada proses kegiatan pembelajaran
pertemuan pertama di kelas V SDN Gudang Hirang 1 sudah berjalan dengan cukup
baik. Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa. Ketika menjelaskan materi
jarak dan kecepatan, guru menjelaskan sudah cukup jelas tetapi tidak memberi
stimulus dan respon terhadap anak kecuali pada akhir materi. Selain itu metode
pembelajaran terlalu monoton hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
yang berpusat pada guru. Guru menjadi lebih dominan dan terpusat kepada guru
dalam pembelajaran matematika berlangsung.
Pada proses kegiatan dihari kedua
/ pertemuan kedua di kelas V SDN Gudang Hirang 1 proses pembelajaran berfokus
dengan diskusi kelompok, tetapi terlihat guru masih menjadi dominan yang hanya
berpusat kepada guru. Guru kurang mengkondisikan suasana kelas sehingga kelas
menjadi tidak kondusif mengganggu proses pembelajaran dan guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah memberikan materi jarak dan kecepatan.
F.
REKOMENDASI
Pada pelaksanaan pembelajaran
Matematika guru haruslah bisa menarik perhatian siswa agar siswa lebih
antusias, termotivasi, dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Matematika
tersebut. Namun kenyataannya guru tidak memberi stimulus dan respon terhadap
siswa serta kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran , akan lebih baik jika
menggunakan media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi yang diajarkan dan siswa bisa lebih bisa terlibat langsung dalam
pembelajaran dan carilah media yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam
pembelajaran.
Pada pelaksanaan pembelajaran
Matematika guru haruslah dapat menarik perhatian siswa dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari
agar siswa lebih bisa memahami konsep dari pembelajaran Matematika tersebut.
Namun kenyatannya guru hanya memberikan materi bersumber kepada buku saja, akan
lebih baik jika dilakukan dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari siswa agar
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Jadi materi pembelajaran
tidak hanya berpusat kepada kepada buku saja, akan tetapi materi kaitkan dengan
kehidupan sehari-hari siswa agar pembelajaran lebih bermakna.
Pada pelaksanaan pembelajaran
Matematika guru haruslah bisa membimbing dan mengarahkan siswa agar kelas lebih
kondusif jika guru menerapkan suatu model pembelajaran. Namun kenyataannya
keadaan kelas masih kurang kondusif walaupun guru sudah menerapkan model
pembelajaran dan siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Jadi lebih baik carilah suatu model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa
untuk saling bekerjasama dan siswa bisa berperan aktif dalam pembelajaran.
G.
PENGHARGAAN
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan hasil observasi ini :
1.
Lembaga PG PSD
Universitas Lambung Mangkurat yang telah membantu kami dalam pembuatan
surat izin melakukan penelitian sehingga
kami bisa melaksanakan penelitian observasi di SDN Gudang Hirang 1.
2.
Bapak Juhriansyah
Dalle, S.Pd, S.Si, M.Kam. Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Matematika SD 3 yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam observasi dan
penyelesaian laporan hasil penelitian proses belajar dan mengajar di SDN Gudang
Hirang 1.
3.
Ibu Hj. Qorina S.Pd
selaku Kepala Sekolah SDN Gudang Hirang 1.
4.
Bapak M. Hafizi, S.Pd selaku Guru wali kelas V.
5.
Semua guru, staf, dan
siswa siswi keluarga besar SDN Gudang Hirang 1 yang telah mengijinkan kami
melakukan observasi di SD tersebut.
6.
Kepada rekan-rekan
kelompok satu, Rahmat Hidayat, Adi Rujani Sa’ban, Annisa, Annisa Ul Hasanah,
Arifah Nadiya, dan Ati Ilma Hidayah.
7.
Teman teman kelompok
lain yang membantu kelompok 1 dalam penelitian proses belajar dan mengajar di
SDN Gudang Hirang 1.
8.
Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan dukungan dalam bentuk moril maupun materil demi terselesaikannya
lapiran penelitian ini.
H.
DAFTAR RUJUKAN
Anderson, L. W., & David, R. K. (2010). Terjemahan
Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi
Bloom. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Aqeel, A., & Awwad, A.
(2013). Piaget's Theory of Learning. Interdisciplinary Journal of
Comtemporary Research in Business Vol 4 No. 9 January.
Bonwell, C., & Eison,
J. A. (1991). Active Learning : Creating excitement in the class-room. ASHE-ERIC
Higher Education Rep. No.1.
BSNP. (2006). Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Bulger, S. M., Mohr, D. J.,
& Walls, R. T. (2002). Stack the Deck in Favor of Your Student by Using the
Four Aces of Effective Learning. The Journal of Effective Learning,
Vol.5 No.2.
Campbell, P. F., & etc.
(2014). The Relationship Between Teachers Mathematical Content and Pedagogical
Knowledge, Teachers Perception, and Students Achievement. Journal for
research in mathematics education, Volume 45 No.4.
Creswell, J. W. (2010). esearch
design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (terjemahan).
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Giorgi, A. (1997). The
theory, practice and evaluation of the phenomenological method as qualitative
research procedure. Journal of Phenomenological Psychology.
Hamdayama, J. (2016). Metodologi
Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jarvis, P. (2007). Globalisation,
Lifelong Learning and the Learning Society. London: Routledge Taylor &
Francis Group.
Julie, H. (2017). The
Elementary School Teachers Ability in The Lenght Measurment. Journal of
Physics.
Livingston, K. (2017). The
Complexity of Learning and Teaching : Challenges for teacher education. European
Journal of The Teacher Education, Vol. 40 No. 2.
Muthandwa, C. S., &
Merlin, J. (2017). An Exploration of Learners’ Attitudes towards
Mobile.Learning Technology-Based Instruction Module and its Use in Mathematics
Education. Africa: Walter Sisulu University.
Parmit, S. (2018). The
Use of Problem-Solving Heuristics Approach in Enhancing STEM Students
Development of Mathematical Thinking. Malaysia: Universiti Teknologi MARA.
Putra, H. P., &
Pujiono, W. (2014). Perancangan Dan Pengembangan Aplikasi Pembelajaran
Matematika Tentang Pengukuran Waktu, Panjang Dan Berat Untuk Sekolah Dasar
(SD). Jurnal Sarjana Teknik Informatika Volume 2, 1.
Reber, A. (2010). Kamus
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Reys, R., Suydam, M.,
Lindquist, M., & dan Smith, N. (1998). Helping Children Learn
Mathematics. Boston: Allyn and Bacon.
Rusman. (2010). Model-Model
Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Schoenfeld, A. (1992). Learning
to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of
Mathematics., dalam Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning.
New York: Macmillan.
Shafa. (2014).
KARAKTERISTIK PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Dinamika Ilmu. Jurnal STAIN
Samarinda Vol. 14. No 1.
Shulman, L. S. (1986). Knowledge
and teaching: Foundation of the new reform. U.S.A: Harvard Educational
Review.
Skinner, B. (1938). The
Behavior of Organism. Cambridge: B.F. Skinner Foundation.
Sujiono, Y. N. (2008). Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.
Turgut, M., & Yilmaz,
S. (2012). Relationships among preservice primary mathematics teachers’ gender,
academic success and spatial ability. International Journal of Instruction.
Usman, N. (2002). Konteks
Impelentasi Berbasis Kurikulum. Bandung: CV. Sinar Baru.
Van, M. (2003). Phenomenology
online. Retrieved from phenomenologyonline:
http://www.phenomenologyonline.com/websites/websites.html
Vygotsky, L. (1978). Mind
in society. Cambridge, MA: Harvard University Pers.
Wheeler, D. (1982). Mathematisation
Matter "For Learning of Math".
Winkel, W. (1996). Psikologi
Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Wittgenstein. (1991). Wittgenstein on Mathematical
Proof. Wright.
No comments:
Post a Comment