Popular Posts

Wednesday, November 17, 2021

Model Pembelajaran Example Non Example, Talking Stick, dan Tebak Kata

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Seiring dengan tanggung jawab professional pengajar dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik.

Umumnya, persiapan awal yang dilakukan adalah membuat suatu perencanaan pembelajaran, yaitu mulai dari membuat perumusan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini selanjutnya menjadi tolak ukur dalam menentukan langkah-langkah berikutnya, yaitu rangkaian kegiatan akan dilaksanakan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap guru dituntut untuk benar-benar memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi akan berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar peserta didik yang dihadapi (Uno & Mohammad, 2015: 3).

Menurut James dikutip Sardiman (dalam Uno & Mohammad, 2015: 105 ), bahwa tugas dan peran guru antara lain, yaitu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan siswa.

 Maka sangatlah penting bagi para pendidik untuk memahami karakteristik materi, peserta didik, dan proses pembelajaran terutama berkaitan dalam pemilihan model-model pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan  kreativitas peserta didik.

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, maka ada berbagai model pembelajaran yang perlu diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap tepat untuk dipadukan dalam pembelajaran yaitu model Example Non Example, Talking Stick, dan Tebak Kata. Example Non Example merupakan  salah satu bentuk model yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Talking Stick merupakan model yang menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apa pun. Terakhir, Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning, dengan proses pembelajaran yang menarik, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

Model pembelajaran ini dapat di terapkan pada jenjang sekolah dasar dengan keyakinan bahwa fase usia sekolah dasar, terutama usia kelas tinggi sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk mengarahkan generasi muda agar dapat ditumbuhkembangkan kemampuan anak di Indonesia. Dengan menerapkan model pembelajaran ini dalam proses pembelajaran akan memaksimalkan proses pengembangan pribadi yang cerdas, kreatif, dan inovatif.

Di dalam makalah ini penulis akan membahas ketiga model pembelajaran Example Non Example, Talking Stick, dan Tebak Kata secara rinci.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang dapat  dikemukakan adalah sebagai berikut:

           1.            Apa pengertian model pembelajaran Example Non Example?

           2.            Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Example Non Example?

           3.       Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Example Non Example?

           4.            Apa pengertian model pembelajaran Talking Stick?

           5.            Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick?

           6.            Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick?

           7.            Apa pengertian model pembelajaran Tebak Kata?

           8.            Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Tebak Kata?

           9.            Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Tebak Kata?

         10.     Bagaimana langkah-langkah perpaduan tiga model pembelajaran kooperatif  Example Non Example, Talking Stick dan Tebak Kata?

 

C.    TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan dapat:

           1.                Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Example Non Example.

           2.       Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Example Non Example.

           3.       Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Example Non Example.

           4.       Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Talking Stick.

           5.       Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick.

           6.       Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick.

           7.       Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Tebak Kata.

           8.       Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Tebak Kata.

           9.       Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Tebak Kata.

         10.     Untuk mengetahui langkah-langkah perpaduan tiga model pembelajaran kooperatif  Example Non Example, Talking Stick dan Tebak Kata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    MATERI PEMBELAJARAN

Tema                          : 7 (Sejarah Peradaban Indonesia)

Sub Tema                   : 2 (Peninggalan-peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia)

Pembelajaran            : 1 (IPA)

Materi                         : Gaya Magnet dalam Kehidupan Sehari-hari

Kelas / Semester        : V (Lima) / II (Dua)

 

MATERI TENTANG GAYA MAGNET DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1.      Pengertian Magnet

Magnet adalah suatu objek yang memiliki medan magnet. Kata magnet berasal dari bahasa Yunani magnithis lithos yang berarti batu magnesia. Magnet ditemukan di kota magnit di negara Rusia. Magnesia adalah nama wilayah di Yunani tempat ditemukannya batu magnet.  Magnet memiliki 2 kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan.

2.      Benda Magnetis dan Non-magnetis

Benda magnetis adalah benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet, misalnya: besi,baja, aluminium, dll.

Benda Non-magnetis adalah benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet,misalnya: plastik, kayu, kaca, kain, karet, dll.

3.      Penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari

Contoh penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari:

a)      Magnet pada pintu lemari pendingin agar pintu tertutup rapat,

b)      Ujung gunting dan ujung obeng untuk memudahkannya mengambil benda-benda logam kecil, seperti jarum, baut, sekrup, dll.

c)      Bel listrik untuk menggerakkan pemukul belnya,

d)     Papan catur agar pion-pionnya tidak mudah terjatuh,

e)      Kompas, sebagai penunjuk arah utara dan selatan,

f)       Dinamo sepeda untuk menyalakan lampu sepeda,

g)      Alat pengangkut benda-benda logam berat, dll.

Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda tertentu. Magnet disebut juga dengan nama besi sembrani. Kekuatan magnet menarik benda-benda tertentu disebut gaya magnet.

Gaya tarik pada magnet dapat menarik benda-benda tertentu, ini berarti tidak semua benda bisa ditarik oleh magnet. Benda-benda yang ditarik magnet disebut benda magnetis. Benda yang dapat ditarik oleh magnet (bersifat magnetis) ini terbuat dari besi dan baja. Benda yang tidak ditarik magnet disebut benda nonmagnetis. Benda-benda yang tidak ditarik magnet (bersifat tidak magnetis) terbuat dari kayu, karet, atau plastik.

Kekuatan gaya magnet dapat menembus benda-benda tertentu. Besarnya daya tembus gaya magnet dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

·         Jenis benda penghalang di antara magnet dan benda yang ditariknya.

·         Tebal tipisnya benda penghalang.

·         Kekuatan magnet

·         Jarak magnet dengan benda

Berikut pengelompokan benda berdasarkan sifat magnet yang mempunyai kekuatan menembus suatu benda:

No.

Bahan

Sifat Benda

Dapat Ditembus Magnet

Tidak Dapat Ditembus Magnet

1.

Kain

 

2.

Kertas

 

3.

Kayu

 

4.

Kaca

 

5.

Plastik

 

 

Magnet mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Apabila kutub yang sama dari dua buah magnet batang didekatkan, maka keduanya akan saling tolak-menolak. Sebaliknya, apabila kutub yang berbeda dari dua magnet didekatkan, maka akan terjadi saling tarik-menarik.

4.      Macam-macam Magnet

Berdasarkan cara terbentuknya, magnet dibedakan menjadi dua, yaitu :

a.      Magnet Alam

Magnet alam terbentuk secara alami. Contohnya magnet bumi. Magnet alam pertama kali ditemukan di Magnesia (sekarang bernama Manisa, sebuah wilayah di Turki).

b.      Magnet Buatan

Magnet buatan adalah magnet yang dibuat manusia. Ada beberapa bentuk magnet buatan, antara lain magnet batang, jarum, tabung (silinder), huruf U, dan magnet ladam (tapal kuda).

5.      Membuat Magnet

Kita dapat membuat magnet dari besi dan baja. Ada tiga cara membuat magnet, yaitu

a.      Cara Induksi

Membuat magnet dengan cara induksi yaitu dengan cara menempelkan benda-benda yang terbuat dari logam (besi atau baja) dengan magnet. Benda tersebut akan menjadi bersifat magnet, namun hanya sementara karena sifat kemagnetan benda tersebut akan hilang jika magnet dilepaskan.

b.      Cara Menggosok

Batang besi atau baja yang digosok-gosokkan pada magnet akan menyebabkan batang besi atau baja mempunyai sifat kemagnetan. Jika semakin lama batang besi atau baja digosokkan, maka semakin lama pula sifat kemagnetan di dalam batang besi atau baja tersebut. Sifat kemagnetan pada batang besi atau baja dapat berkurang atau bisa hilang jika diguncang kuat, dijatuhkan, atau dipukul.

c.       Dialiri Arus Listrik

Magnet dibuat dengan cara dialiri arus listrik. Magnet yang ditimbulkan disebut elektromagnetik. Magnet yang dibuat dengan cara elektromagnetik hanya bersifat sementara. Sifat magnet akan hilang jika arus listrik diputus.

                                                                                                          

B.     MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

1.      Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. (Al-Tabany, 2014 : 23).

Menurut Al-Tabany (2015) Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, motode, atau prosedur. Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dapat di miliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:

1.      Rasional teoritik logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3.      Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

4.      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

2.      Strategi Pembelajaran

Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses pembalajaran merupakan proses komunikasi multiarah antar siswa, guru, dan lingkungan belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung (instructional effect) kearah perubahan tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.

Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran tersebut meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Uno & Mohammad, 2015: 4-5).

C.    MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE

1.      Pengertian Model Pembelajaran Exampel Non Example

 Komalasari dalam Shoimin (2014) Example non example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Murid diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut. Menurut Huda (2013), Gambar yang digunakan dalam strategi ini dapat ditampilkan melalui OHP, proyektor, atau yang paling sederhana, yaitu poster. Gambar ini haruslah jelas terlihat meski dari jarak jauh, sehingga siswa yang berada di bangku belakang dapat juga melihatnya dengan jelas.

Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example and non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non example, diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenal materi yang ada.

Metode example non example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example  dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

Metode example non example adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat siswa lebih leluasa, lebih bebas, lebih mandiri, lebih menyenangkan, lebih semangat dalam mengerjakan tugas sebab kalau siswa senang mereka tidak akan merasa memiliki beban untuk mengerjakan tugas (Budiyanto, 2016: 62-63).

Pembelajaran kooperatif model example non example memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing (Shoimin, 2014: 74).

2.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Exampel Non Example

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran example non example yaitu, sebagai berikut:

a.       Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.

b.      Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c.       Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

d.      Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.

e.       Memulai diskusi kelompok 4-5 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

f.       Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

g.      Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

h.      Kesimpulan (Uno & Mohammad, 2015: 80-81).

3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Exampel Non Example

Kelebihan:

a.       Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. Siswa terlibat dalam satu discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example.

b.      Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat  beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

c.       Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.

d.      Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:

a.       Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

b.      Memakan waktu yang banyak (Budiyanto, 2016: 64).

D.    MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK

1.      Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajar semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Kini metode ini sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas. Sebagaimana namanya, Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat.

Dalam penerapan metode talking stick ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau minat yang berbeda. Metode ini cocok digunakan untuk semua kelas dan semua tingkatan umur (Huda, 2013: 224-225).

Model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif (Shoimin, 2014: 198).

Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan emmpelajari materi tersebut.

Guru selanjutnya meminta peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersipakan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik.

Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan (Suprijono, 2013: 109-110).

Metode ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apa pun. Sayangnya, bagi siswa-siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai (Huda, 2013: 225-226).

2.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran talking stick yaitu, sebagai berikut:

a.       Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.

b.      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

c.       Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

d.      Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran atau mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.

e.       Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

f.       Guru memberikan kesimpulan.

g.      Guru melakukan evaluasi/penilaian.

h.      Guru menutup pembelajaran (Huda, 2013: 225).

3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick

Kelebihan:

a.       Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.

b.      Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.

c.       Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai).

d.      Peserta didik berani mengemukakan pendapat.

Kekurangan:

a.       Membuat siswa senam jantung.

b.      Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab.

c.       Membuat peserta didik tegang.

d.      Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru (Shoimin, 2014: 199).

E.     MODEL PEMBELAJARAN TEBAK KATA

1.      Pengertian Model Pembelajaran Tebak Kata

Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran.

Model pembelajaran tebak kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.

Metode ini berguna untuk kelas yang aktif di dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:

a.       Aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran.

b.      Aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.

Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan, maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak Kata.

Dalam menerapkan metode permaianan ini ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai berikut: siapkan materi yang akan disampaikan, siapkan bahan ajar yang dibutuhkan, dan siapkan kata kunci yang akan dipertanyakan (Budiyanto, 2016: 43-44).

2.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Tebak Kata

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran tebak kata yaitu, sebagai berikut:

Buat kartu ukuran 10x10 cm dan isi ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Lalu buat kartu ukuran 5x2 cm untuk menuliskan kata/istilah yang mau ditebak (kartu ini dilipat dan ditempelkan pada dahi/diselipkan di telinga).

a.       Jelaskan materi ± 45 menit.

b.      Guru menyuruh siswa berdiri di depan kelas dan berpasangan.

c.       Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa lainnya diberi kartu 5x2 yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat), kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga.

d.      Sementara siswa yang membawa kartu ukuran 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya dan pasangannya menebak apa yang dimaksud pada kartu 10x10 cm. Jawaban yang tepat adalah bila sesuai dengan isi kartu yang ditempel di dahi.

e.       Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Apabila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarah dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawaban.

f.       Dan seterusnya (Uno & Mohammad, 2015: 91-92).

3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tebak Kata

Kelebihan:

a.       Anak akan mempunyai kekayaan bahasa.

b.      Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.

c.       Siswa menjadi tertarik untuk belajar.

d.      Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.

Kekurangan:

a.       Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.

b.      Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas (Budiyanto, 2016: 44-45).

F.     LANGKAH-LANGKAH PERPADUAN DARI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE, TALKING STICK, DAN TEBAK KATA

Perpaduan antara model pembelajaran Example Non Example, Talking Stick, dan Tebak Kata dapat dilakukan dengan siswa berkelompok, karena kedua model pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara ketiga model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

                  1.     Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang “Gaya Magnet Dalam Kehidupan Sehari-hari” ± 45 menit.

                  2.     Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa

                  3.     Guru mempersiapkan media berupa tabel dengan gambar-gambar nama benda yang dapat ditarik magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet (nonmagnetis).

                  4.     Di dalam tabel tersebut berisi dapat ditarik magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet (nonmagnetis).

                  5.     Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar tersebut.

                  6.     Guru menyiapkan sebuah tongkat (stick) yang panjangnya ± 20 cm.

                  7.     Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam gambar tersebut.

                  8.     Guru mengambil tongkat kemudian membagikan stick kepada setiap kelompok dan bernyanyi bersama. Lalu siswa dalam kelompok mulai memberikan tongkat yang dipegangnya kepada teman disebelahnya secara bergiliran.

                  9.     Jika musik berhenti maka yang terakhir memegang tongkat di dalam setiap kelompok diminta maju ke depan untuk menempelkan atau menjawab gambar benda yang diberikan kepada siswa tersebut.

                10.   Lalu siswa yang maju ke depan menjawab atau menempel gambar di dalam tabel berisi yang dapat ditarik magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet (nonmagnetis).

                11.   Jika jawaban kelompok benar maka akan mendapatkan skor berupa 1 bintang.

                12.   Demikian seterusnya sampai semua tabel terjawab.

                13.   Setelah itu setiap perwakilan kelompok diminta maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi tentang benda yang dapat ditarik magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet (nonmagnetis).

                14.   Guru menjelaskan dan memberikan arahan tentang permainan tebak kata.

                15.   Guru meminta 2 orang masing-masing dari setiap kelompok atau berpasangan.

                16.   1 orang menjelaskan dan mendeskripsikan benda yang dapat ditarik magnet yang ditempelkan di dahi pasangannya. Sedangkan 1 orangnya menebak benda yang dijelaskan oleh pasangannya.

                17.   Guru memberikan 10 detik untuk ditebak dalam setiap 1 benda yang di tempelkan di dahi siswa dan guru memberikan kesempatan siswa menebak hanya 3 benda saja.

                18.   Jika kelompok menebak 3 benda maka kelompok mendapatkan skor 3 buah bintang.

                19.   Demikian seterusnya sampai semua kelompok mengikuti permainan tebak kata.

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran Example non example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Murid diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.

Model pembelajaran talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif.

Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.

B.     SARAN

Dengan menggunakan perpaduan dari beberapa model guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Melalui pembelajaran yang seperti itu diharapkan tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan siswa dapat memecahkan masalah belajar dengan konsep pikirnya sendiri.

Dalam makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan atau kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran-saran dari pembaca khususnya. Melalui makalah ini penulis menghimbau kepada para teman-teman agar menggali berbagai Ilmu Pengetahuan karena kita sebagai calon pendidik yang langsung bersinggungan ataupun berinteraksi dengan peserta didik, diharuskan untuk menguasai dan memahami Ilmu Pengetahuan dengan baik.

 

 

                                             

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif dan Kontekstual”. Jakarta: Kencana.

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual”. Jakarta: Prenada Media

Budiyanto, Agus Krisno. 2016. “Sintaks 45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered Learning (SCL)”. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Huda, Miftahul. 2013. “Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shoimin, Aris. 2014. “68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013”. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Suprijono, Agus. 2013. “Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Uno, Hamzah B., dan Nurdin Mohammad. 2015. “Belajar dengan Pendekatan PAILKEM”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment