Seiring dengan tanggung jawab professional pengajar dalam
proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru
dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program
pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan
dapat dikuasai oleh semua peserta didik.
Umumnya, persiapan awal yang dilakukan adalah membuat suatu
perencanaan pembelajaran, yaitu mulai dari membuat perumusan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini selanjutnya menjadi tolak ukur dalam menentukan
langkah-langkah berikutnya, yaitu rangkaian kegiatan akan dilaksanakan guru
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap guru
dituntut untuk benar-benar memahami strategi pembelajaran yang akan
diterapkannya. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan
strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat, yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi akan
berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar peserta didik yang
dihadapi (Uno & Mohammad, 2015: 3).
Menurut James dikutip Sardiman (dalam Uno & Mohammad,
2015: 105 ), bahwa tugas dan peran guru antara lain, yaitu menguasai dan
mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap
hari, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Maka sangatlah penting
bagi para pendidik untuk memahami karakteristik materi, peserta didik, dan
proses pembelajaran terutama berkaitan dalam pemilihan model-model
pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan variatif, inovatif, dan
konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya
sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan gaya belajar
mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, maka ada
berbagai model pembelajaran yang perlu diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran yang dianggap tepat untuk dipadukan dalam pembelajaran yaitu model
Example Non Example, Talking Stick, dan Tebak Kata. Example Non Example merupakan salah satu bentuk model yang menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada
disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar,
foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Talking
Stick merupakan model yang menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan
mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak
mereka untuk terus siap dalam situasi apa pun.
Terakhir, Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative
Learning, dengan proses pembelajaran yang menarik, yaitu siswa atau peserta
didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Model pembelajaran ini dapat di terapkan
pada jenjang sekolah dasar dengan keyakinan bahwa fase usia sekolah dasar, terutama
usia kelas tinggi sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk mengarahkan
generasi muda agar dapat ditumbuhkembangkan kemampuan anak di Indonesia.
Dengan menerapkan model pembelajaran ini dalam proses pembelajaran akan
memaksimalkan proses pengembangan pribadi yang cerdas, kreatif, dan inovatif.
Di dalam
makalah ini penulis akan membahas ketiga model pembelajaran Example Non Example,
Talking Stick, dan Tebak Kata secara rinci.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian model pembelajaran Example Non Example?
2.
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Example Non
Example?
3.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
Example Non Example?
4.
Apa pengertian model pembelajaran Talking Stick?
5.
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick?
6.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
Talking Stick?
7.
Apa pengertian model pembelajaran Tebak Kata?
8.
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Tebak Kata?
9.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
Tebak Kata?
10. Bagaimana langkah-langkah
perpaduan tiga model pembelajaran kooperatif
Example Non Example, Talking Stick dan Tebak Kata?
Setelah
mempelajari materi ini, diharapkan dapat:
1.
Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Example Non
Example.
2.
Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran
Example Non Example.
3.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran Example Non Example.
4.
Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Talking Stick.
5.
Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran
Talking Stick.
6.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran Talking Stick.
7.
Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Tebak Kata.
8.
Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Tebak
Kata.
9.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran Tebak Kata.
10. Untuk mengetahui langkah-langkah
perpaduan tiga model pembelajaran kooperatif
Example Non Example, Talking Stick dan Tebak Kata.
Tema : 7
(Sejarah Peradaban Indonesia)
Sub Tema :
2 (Peninggalan-peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia)
Pembelajaran : 1 (IPA)
Materi : Gaya Magnet dalam
Kehidupan Sehari-hari
Kelas / Semester : V (Lima) / II (Dua)
MATERI TENTANG GAYA MAGNET DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1.
Pengertian Magnet
Magnet adalah suatu objek yang memiliki medan
magnet. Kata magnet berasal dari bahasa Yunani magnithis lithos yang berarti
batu magnesia. Magnet ditemukan di kota magnit di negara Rusia. Magnesia adalah
nama wilayah di Yunani tempat ditemukannya batu magnet. Magnet memiliki 2 kutub yaitu kutub utara dan
kutub selatan.
2.
Benda Magnetis
dan Non-magnetis
Benda magnetis adalah benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet,
misalnya: besi,baja, aluminium, dll.
Benda Non-magnetis adalah benda-benda yang tidak dapat ditarik
oleh magnet,misalnya: plastik, kayu, kaca, kain, karet, dll.
3.
Penggunaan
magnet dalam kehidupan sehari-hari
Contoh penggunaan magnet dalam kehidupan
sehari-hari:
a)
Magnet pada pintu lemari pendingin agar pintu
tertutup rapat,
b)
Ujung gunting dan ujung obeng untuk memudahkannya
mengambil benda-benda logam kecil, seperti jarum, baut, sekrup, dll.
c)
Bel listrik untuk menggerakkan pemukul belnya,
d)
Papan catur agar pion-pionnya tidak mudah
terjatuh,
e)
Kompas, sebagai penunjuk arah utara dan selatan,
f)
Dinamo sepeda untuk menyalakan lampu sepeda,
g)
Alat pengangkut benda-benda logam berat, dll.
Magnet
merupakan benda yang dapat menarik benda-benda tertentu. Magnet disebut juga
dengan nama besi sembrani. Kekuatan magnet menarik benda-benda tertentu
disebut gaya magnet.
Gaya
tarik pada magnet dapat menarik benda-benda tertentu, ini berarti tidak semua
benda bisa ditarik oleh magnet. Benda-benda yang ditarik magnet disebut benda magnetis. Benda yang dapat
ditarik oleh magnet (bersifat magnetis) ini terbuat dari besi dan baja. Benda
yang tidak ditarik magnet disebut benda
nonmagnetis. Benda-benda yang tidak ditarik magnet (bersifat tidak
magnetis) terbuat dari kayu, karet, atau plastik.
Kekuatan
gaya magnet dapat menembus benda-benda tertentu. Besarnya daya tembus gaya
magnet dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
·
Jenis benda penghalang di antara magnet dan
benda yang ditariknya.
·
Tebal tipisnya benda penghalang.
·
Kekuatan magnet
·
Jarak magnet dengan benda
Berikut
pengelompokan benda berdasarkan sifat magnet yang mempunyai kekuatan menembus
suatu benda:
No. |
Bahan |
Sifat Benda |
|
Dapat Ditembus Magnet |
Tidak Dapat Ditembus Magnet |
||
1. |
Kain |
√ |
|
2. |
Kertas |
√ |
|
3. |
Kayu |
|
√ |
4. |
Kaca |
√ |
|
5. |
Plastik |
√ |
|
Magnet mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara dan
kutub selatan. Apabila kutub yang sama dari dua buah magnet batang didekatkan,
maka keduanya akan saling tolak-menolak. Sebaliknya, apabila kutub yang berbeda
dari dua magnet didekatkan, maka akan terjadi saling tarik-menarik.
4.
Macam-macam Magnet
Berdasarkan cara
terbentuknya, magnet dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.
Magnet
Alam
Magnet alam terbentuk secara alami. Contohnya magnet
bumi. Magnet alam pertama kali ditemukan di Magnesia (sekarang bernama Manisa,
sebuah wilayah di Turki).
b.
Magnet
Buatan
Magnet buatan adalah magnet yang dibuat manusia. Ada
beberapa bentuk magnet buatan, antara lain magnet batang, jarum, tabung
(silinder), huruf U, dan magnet ladam (tapal kuda).
5.
Membuat
Magnet
Kita dapat membuat
magnet dari besi dan baja. Ada tiga cara membuat magnet, yaitu
a.
Cara
Induksi
Membuat magnet dengan cara induksi yaitu dengan cara
menempelkan benda-benda yang terbuat dari logam (besi atau baja) dengan magnet.
Benda tersebut akan menjadi bersifat magnet, namun hanya sementara karena sifat
kemagnetan benda tersebut akan hilang jika magnet dilepaskan.
b.
Cara
Menggosok
Batang besi atau baja yang digosok-gosokkan pada magnet
akan menyebabkan batang besi atau baja mempunyai sifat kemagnetan. Jika semakin
lama batang besi atau baja digosokkan, maka semakin lama pula sifat kemagnetan
di dalam batang besi atau baja tersebut. Sifat kemagnetan pada batang besi atau
baja dapat berkurang atau bisa hilang jika diguncang kuat, dijatuhkan, atau
dipukul.
c.
Dialiri
Arus Listrik
Magnet dibuat dengan cara dialiri arus listrik. Magnet
yang ditimbulkan disebut elektromagnetik. Magnet yang dibuat dengan cara
elektromagnetik hanya bersifat sementara. Sifat magnet akan hilang jika arus
listrik diputus.
B. MODEL
DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
1.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. (Al-Tabany, 2014 : 23).
Menurut Al-Tabany (2015) Istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, motode, atau
prosedur. Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dapat di
miliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:
1. Rasional
teoritik logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
3. Tingkah
laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil
4. Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
2.
Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya
merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap guru,
mengingat proses pembalajaran merupakan proses komunikasi multiarah antar
siswa, guru, dan lingkungan belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur
sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung (instructional effect) kearah perubahan
tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru
selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi,
dan lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya
bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (b)
analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan (c)
jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran
tersebut meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Uno & Mohammad, 2015:
4-5).
C. MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
1.
Pengertian Model
Pembelajaran Exampel Non Example
Komalasari dalam Shoimin (2014) Example non example adalah model pembelajaran yang membelajarkan
murid terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis
contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah.
Murid diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta
melakukan tindak lanjut. Menurut Huda (2013), Gambar yang digunakan dalam
strategi ini dapat ditampilkan melalui OHP, proyektor, atau yang paling
sederhana, yaitu poster. Gambar ini haruslah jelas terlihat meski dari jarak
jauh, sehingga siswa yang berada di bangku belakang dapat juga melihatnya
dengan jelas.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk
mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example and non-example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya
sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan
sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan
sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan
memusatkan perhatian siswa terhadap example
dan non example, diharapkan akan
dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenal materi
yang ada.
Metode example non example penting dilakukan karena suatu
definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari
segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian
siswa terhadap example dan non-example
diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
Metode example non
example adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat siswa
lebih leluasa, lebih bebas, lebih mandiri, lebih menyenangkan, lebih semangat
dalam mengerjakan tugas sebab kalau siswa senang mereka tidak akan merasa
memiliki beban untuk mengerjakan tugas (Budiyanto, 2016: 62-63).
Pembelajaran kooperatif model example non example memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan
saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan
masing-masing (Shoimin, 2014: 74).
2.
Langkah-langkah Model
Pembelajaran Exampel Non Example
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran example non example yaitu, sebagai
berikut:
a.
Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45
menit.
b.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
c.
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
d.
Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
e.
Memulai diskusi kelompok 4-5 orang siswa, kemudian hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
f.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h.
Kesimpulan (Uno & Mohammad, 2015: 80-81).
3.
Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Exampel Non Example
Kelebihan:
a.
Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan
untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. Siswa
terlibat dalam satu discovery (penemuan),
yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman dari example dan non example.
b.
Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian example.
c.
Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.
d.
Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
a.
Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b.
Memakan waktu yang banyak (Budiyanto, 2016: 64).
D. MODEL
PEMBELAJARAN TALKING STICK
1.
Pengertian Model
Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah
metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajar semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku).
Kini metode ini sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas.
Sebagaimana namanya, Talking Stick
merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat.
Dalam penerapan metode talking
stick ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5
atau 6 siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau minat yang berbeda. Metode ini cocok
digunakan untuk semua kelas dan semua tingkatan umur (Huda, 2013: 224-225).
Model pembelajaran talking
stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi
pokoknya. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif (Shoimin, 2014: 198).
Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan
pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan
membaca dan emmpelajari materi tersebut.
Guru selanjutnya meminta peserta didik menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersipakan sebelumnya. Tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat
tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika
stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya diiringi
musik.
Langkah akhir dari metode talking
stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan
refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap
seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta
didik merumuskan kesimpulan (Suprijono, 2013: 109-110).
Metode ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa,
melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan
cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apa pun. Sayangnya,
bagi siswa-siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara
dihadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai (Huda, 2013: 225-226).
2.
Langkah-langkah Model
Pembelajaran Talking Stick
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran talking stick yaitu, sebagai berikut:
a.
Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.
b.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi
pelajaran.
c.
Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
d.
Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran atau
mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
e.
Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu
siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f.
Guru memberikan kesimpulan.
g.
Guru melakukan evaluasi/penilaian.
h.
Guru menutup pembelajaran (Huda, 2013: 225).
3.
Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Talking Stick
Kelebihan:
a.
Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
b.
Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.
c.
Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu
sebelum pelajaran dimulai).
d.
Peserta didik berani mengemukakan pendapat.
Kekurangan:
a.
Membuat siswa senam jantung.
b.
Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab.
c.
Membuat peserta didik tegang.
d.
Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru (Shoimin,
2014: 199).
E. MODEL
PEMBELAJARAN TEBAK KATA
1.
Pengertian Model Pembelajaran
Tebak Kata
Model pembelajaran tebak kata adalah model
pembelajaran yang menggunakan media kartu teka teki yang berpasangan dengan
kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa
menjodohkan kartu soal teka teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui
permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga
memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa. Jadi, guru
mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari
kertas karton dalam mata pelajaran.
Model pembelajaran tebak kata merupakan salah satu
model pembelajaran Cooperative Learning, dengan proses pembelajaran yang
menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah
dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga
diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif di dalam kelas.
Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
a.
Aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam
pembelajaran.
b.
Aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya
jika menemukan kesulitan.
Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta
didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik
sehingga siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan, maka dari itu, berlangsungnya proses
pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada
empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan
lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta
terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu
dengan Metode Tebak Kata.
Dalam menerapkan metode permaianan ini ada beberapa hal yang
harus disiapkan adalah sebagai berikut: siapkan materi yang akan disampaikan,
siapkan bahan ajar yang dibutuhkan, dan siapkan kata kunci yang akan
dipertanyakan (Budiyanto, 2016: 43-44).
2.
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Tebak Kata
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran tebak
kata yaitu, sebagai berikut:
Buat kartu ukuran 10x10 cm dan isi ciri-ciri atau
kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin
ditebak. Lalu buat kartu ukuran 5x2 cm untuk menuliskan kata/istilah yang mau
ditebak (kartu ini dilipat dan ditempelkan pada dahi/diselipkan di telinga).
a.
Jelaskan materi ± 45 menit.
b.
Guru menyuruh siswa berdiri di depan kelas dan berpasangan.
c.
Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti
dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa lainnya diberi kartu 5x2 yang isinya
tidak boleh dibaca (dilipat), kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di
telinga.
d.
Sementara siswa yang membawa kartu ukuran 10x10 cm membacakan
kata-kata yang tertulis di dalamnya dan pasangannya menebak apa yang dimaksud
pada kartu 10x10 cm. Jawaban yang tepat adalah bila sesuai dengan isi kartu
yang ditempel di dahi.
e.
Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka
pasangan itu boleh duduk. Apabila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan
boleh mengarah dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawaban.
f.
Dan seterusnya (Uno & Mohammad, 2015: 91-92).
3.
Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Tebak Kata
Kelebihan:
a.
Anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b.
Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c.
Siswa menjadi tertarik untuk belajar.
d.
Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan
siswa.
Kekurangan:
a.
Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit
tersampaikan.
b.
Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa
dapat maju karena waktu terbatas (Budiyanto, 2016: 44-45).
F. LANGKAH-LANGKAH
PERPADUAN DARI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE, TALKING STICK, DAN TEBAK
KATA
Perpaduan antara model pembelajaran Example Non Example, Talking Stick, dan Tebak Kata dapat dilakukan dengan siswa
berkelompok, karena kedua model pembelajaran ini adalah model pembelajaran
kooperatif. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara ketiga model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan materi
pembelajaran tentang “Gaya Magnet Dalam Kehidupan Sehari-hari” ± 45 menit.
2. Guru
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari
4-5 siswa
3. Guru mempersiapkan media
berupa tabel dengan gambar-gambar nama benda yang dapat ditarik magnet
(magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet (nonmagnetis).
4. Di dalam tabel tersebut
berisi dapat ditarik magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet
(nonmagnetis).
5. Guru memberikan petunjuk dan
memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar tersebut.
6. Guru menyiapkan sebuah
tongkat (stick) yang panjangnya ± 20 cm.
7. Siswa berdiskusi membahas
masalah yang terdapat di dalam gambar tersebut.
8. Guru mengambil tongkat
kemudian membagikan stick kepada setiap kelompok dan bernyanyi bersama. Lalu siswa
dalam kelompok mulai memberikan tongkat yang dipegangnya kepada teman
disebelahnya secara bergiliran.
9. Jika musik berhenti maka
yang terakhir memegang tongkat di dalam setiap kelompok diminta maju ke depan
untuk menempelkan atau menjawab gambar benda yang diberikan kepada siswa
tersebut.
10. Lalu siswa yang maju ke
depan menjawab atau menempel gambar di dalam tabel berisi yang dapat ditarik
magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik magnet (nonmagnetis).
11. Jika jawaban kelompok benar
maka akan mendapatkan skor berupa 1 bintang.
12. Demikian seterusnya sampai
semua tabel terjawab.
13. Setelah itu setiap
perwakilan kelompok diminta maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi
tentang benda yang dapat ditarik magnet (magnetis) dan tidak dapat ditarik
magnet (nonmagnetis).
14. Guru menjelaskan dan memberikan arahan tentang
permainan tebak kata.
15. Guru meminta 2 orang
masing-masing dari setiap kelompok atau berpasangan.
16. 1 orang menjelaskan dan
mendeskripsikan benda yang dapat ditarik magnet yang ditempelkan di dahi
pasangannya. Sedangkan 1 orangnya menebak benda yang dijelaskan oleh
pasangannya.
17. Guru memberikan 10 detik
untuk ditebak dalam setiap 1 benda yang di tempelkan di dahi siswa dan guru
memberikan kesempatan siswa menebak hanya 3 benda saja.
18. Jika kelompok menebak 3
benda maka kelompok mendapatkan skor 3 buah bintang.
19. Demikian seterusnya sampai
semua kelompok mengikuti permainan tebak kata.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.
Model pembelajaran Example
non example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap
permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa
gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Murid diarahkan untuk
mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan
cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.
Model pembelajaran talking
stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi
pokoknya. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang
menggunakan media kartu teka teki yang berpasangan dengan kartu jawaban
teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan
kartu soal teka teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak
kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam
menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
Dengan menggunakan perpaduan dari beberapa model guru
hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, variatif, inovatif, dan
konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya
sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Melalui
pembelajaran yang seperti itu diharapkan tujuan pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik dan siswa dapat memecahkan masalah belajar dengan konsep pikirnya
sendiri.
Dalam makalah ini mungkin masih banyak
terdapat kesalahan atau kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik maupun saran-saran dari pembaca khususnya. Melalui makalah ini penulis
menghimbau kepada para teman-teman agar menggali berbagai Ilmu Pengetahuan karena kita sebagai calon pendidik yang langsung
bersinggungan ataupun berinteraksi dengan peserta didik, diharuskan untuk
menguasai dan memahami Ilmu Pengetahuan dengan baik.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Kreatif dan Kontekstual”. Jakarta: Kencana.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif dan Kontekstual”. Jakarta: Prenada Media
Budiyanto, Agus Krisno. 2016. “Sintaks 45 Metode Pembelajaran dalam
Student Centered Learning (SCL)”. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Huda, Miftahul. 2013. “Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Shoimin, Aris. 2014. “68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013”. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Suprijono, Agus. 2013. “Cooperative Learning Teori & Aplikasi
PAIKEM”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah B., dan Nurdin Mohammad. 2015.
“Belajar dengan Pendekatan PAILKEM”. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment