Popular Posts

Monday, November 15, 2021

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR-UNSUR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung pada suatu situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, interaksi inilah yang menjadi syarat utama dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran tentunya terdapat unsur serta prinsip-prinsip belajar yang merupakan landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

B.       Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah yang akan dibahas pada bab pembahasan, ialah sebagai berikut :

1. Apa saja prinsip-prinsip dalam proses belajar dan pembelajaran?

2. Bagaimana prinsip belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar?

3. Apa saja unsur-unsur dalam proses belajar dan pembelajaran?

4.Bagaimana unsur-unsur siswa dan guru dalam proses belajar dan pembelajaran?

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip daam proses belajar dan pembelajaran

2.      Untuk mengetahui prinsip belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar

3.      Untuk mengetahui unsur-unsur dalam proses belajar-mengajar

4.      Untuk mengetahui unsur-unsur siswa dan guru dalam proses belajar dan pembelajaran

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Landasan Teori

Pengertian Prinsip Belajar Menurut Para Ahli : Prinsip Belajar menurut Gestalt : Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar dan mengajar yang dilakukan secara terus menerus. Prinsip Belajar  menurut Robert H Davies Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya.

Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961) adalah :

1. Prinsip Kesiapan (Readinees)Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswaialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.

2. Prinsip Motivasi (Motivation)Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalahsuatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itudan memelihara kesungguhan.

3. Prinsip Persepsi Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi.Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat duniadengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.

 

Prinsip-prinsip dan Unsur-unsur  Belajar dan Pembelajaran

A. Prinsip-prinsip Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

 

1.      Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984:335 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:42). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.

Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984:372 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:42). Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi dapat merupakan tujuan pembelajaran.sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.

Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan.Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:

1.1   Motif intrinsik.

            Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.

1.2   Motif ekstrinsik.

     Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta.Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah.Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.

            Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”.Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.

2.      Keaktifan

Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing dan pengarah (Davies, 1937:31 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:44). Menurut  teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan Berliner, 1984:267 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.

Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

3.         Keterlibatan langsung/berpengalaman

Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi sekedar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

4.      Pengulangan

Menurut  teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.

Pada teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme, berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran (Gage dan Berliner, 1984:259 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:47).

5.      Tantangan

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu  dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan (Dimyati dan Mudjiono, 2009:48).

6.      Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner.Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya.Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:48-49)

7.      Perbedaan individu

Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:

1.1.   Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi.

1.2.   Penggunaan metodeinstruksional.                                                             

1.3.   Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.

1.4.   Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.

 

B.  Prinsip-Prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar

            Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 hingga kira-kira usia 11 atau 12 tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan tersebut, yaitu:

1.      Prinsip Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.   Prinsip latar belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

3.   Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

4.   Prinsip keterpaduan, merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.

5.   Prinsip pemecahan masalah, adalah situasi belajar yang dihadapkan pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

6.   Prinsip menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil pemerolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak akan menyebabkan kebosanan.

7.   Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru. Pengalaman belajar diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira dan puas karena kemampuannya tersalurkan dengan melihat hasil kerjanya.

8.   Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang. Suasana demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar.

9.   Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah sama semuanya.

10.              Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptkan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lain.

 

     Memerhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di atas sangan mendesak untuk dilakukan oleh setiap guru yang melakukan proses pembelajaran di sekolah dasar. Tanpa itu, pembelajaran hanya mampu menyentuh aspek ingatan dan pemahaman saja. Karena guru yang masih cenderung mendominasi pengajaran, merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa. (Susanto, 2015:86-89).

 

C. Unsur-unsur Belajar dan Pembelajaran

1.      Dinamika siswa dalam belajar

Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psokomotorik secara hierarkis. Hasil penelitian para ahli tersebut berbeda-beda. Di antara ahli yang mempelajari ranah-ranah kejiwaan tersebut adalah, Bloom Kratwolh dan Simpson. Mereka ini menyusun penggolongan perilaku (katagori prilaku) berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungannya dengan tunjuan pembelajaran. Hasil penelitian mereka di kenal dengan taksonomi instruksional Bloom dan kawan. Bloom dan kawan-kawan tergolong pelopor yang mengatagorikan jenis prilaku hasil belajar. Kebaikan taksonomi Bloom terletak pada rincinya jenis prilaku yang terkait dengan kemampuan internal dan kata-kata kerja oprasional. Jenis perilaku tersebut juga di pandang bersifat hierarkis. Walaupun ada kritik-kritik tentang taksonomi Bloom, kiranya taksonomi tersebut masih dapat di pakai untuk mempelajari jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar.

 

2.      Dinamika guru dalam kegiatan pembelajaran

1.1.Bahan belajar

Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan perilaku, nilai, sikap dan metode pemerolehan. Sebagai ilustrasi buku biografi Panglima Sudirman adalah bahan belajar sejarah. Wujud buku bigrafi tersebut dapat di buat menarik perhatian siswa, misalnya dengan gambar yang bagus, foto-foto berwarna, dan bentuk huruf yang indah. Isinya tentang kepahlawanan, sebagai peristuwa yang mengemukakan perilaku dan sikap Panglima Sudirman.

1.2.Suasana belajar

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alat-alat belajar belajar mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Di samping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga berpengaruh pada kegiatan belajar guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar menarik bagi siswa.

1.3.Media dan sumber belajar

Sumber belajar dapat di temukan dengan mudah. Tempat wisata, musium, perpustakaan, televisi dan lain-lain. Di samping itu buku pelajaran,buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga tersedia semakin baik. Beberapa pertimbangan dalam pemanfaatan media dan sumber belajar. Guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar di luar sekolah.pemanfaatan tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat.

1.4.Guru sebagai subjek pembelajaran

Guru adalah subjek pembelajaran siswa. Sebagai subjek pembelajar guru berhubungan langsung dengan siswa. Siswa SLTP dan SLTA adalah merupakan pribadi-pribadi yang sedang berkembang. Siswa SLTP dan SLTA memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Guru dapat menggolong-golongkan motivasi belajar siswa tersebut. Kemudian guru melakukan penguatan-penguatan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi dan motivasi intrinsik siswa.

 

D.       Unsur-unsur Pembelajaran

Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs (1974) hendaknya mengandung tiga komponen yang di sebut anchor point, yaitu: tujuan pengajaran, materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar dan evaluasi keberhasilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kenneth D.Moore ( 2001:126 ) bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi komponen:

1.1.   Tujuan
          Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir dan prosedur yang dilakukan.  Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seharusnya dibuat secara tertulis (written plan).

1.2.   Materi

Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang” dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu, penentuan materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini adalah hasil-hasil yang diharapakan misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.

 

1.3.   Kegiatan belajar mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dalam materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang lebih aktif bukan guru. keaktifan siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, siswa dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan bersama.

1.4.   Media dan sumber belajar

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.

1.5.   Metode
            Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.

 

 

1.6.   Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menetukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan criteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.          Simpulan

 Pengertian Prinsip Belajar Menurut Para Ahli : Prinsip Belajar menurut Gestalt : Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar dan mengajar yang dilakukan secara terus menerus. Prinsip Belajar  menurut Robert H Davies Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya.

Dari pendapat para ahli  dapat disimpulkan, bahwa : Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik. Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Perbuatan belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan reaksi atau hasil kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan berhasil mengajar jika guru mengajar secara efisien dan efektif.

Prinsip-prinsip belajar yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 hingga kira-kira usia 11 atau 12 tahun, Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Ahmad Susanto, 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group.

Ali Imron, 1996. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

No comments:

Post a Comment