BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era sekarang, generasi penerus bangsa lebih berfokus pada
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menjadi salah satu aspek kehidupan yang
tidak terpisahkan di dalam kehidupan sehari-hari. Seiring berkembangnya
kemajuan teknologi, generasi penerus bangsa lebih terfokus pada kemampuan
intelektual dibandingkan pengembangan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Pada saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis
karakter. Contoh nyata yang dapat kita lihat di masyarakat saat ini yaitu
generasi penerus bangsa menjadikan teknologi sebagai kebutuhan utama mereka.
Hal ini dapat mengakibatkan sedikit demi sedikit jiwa sosial mulai terkikis di
dalam diri masyarakat sehingga munculnya sikap individualis.
Hal-hal tersebut terjadi karena faktor kurangnya fasilitas
bagi generasi muda dalam menyalurkan ekspresi mereka dalam pergaulan pada saat
ini. Melihat ke belakang pada masa lalu anak-anak usia sekolah dasar dengan
riang gembiranya bermain serta berinteraksi secara langsung dengan berbagai
macam permainan yang mampu mengasah rasa keingintahuan anak dalam pemecahan
masalah. Namun, pada masa sekarang generasi penerus bangsa hanya berinteraksi
dengan seluruh fasilitas yang diberikan oleh teknologi. Di samping itu, jiwa
bermain anak sudah terpenuhi oleh teknologi misalnya aplikasi-aplikasi
permainan yang semakin canggih dan lebih menarik sehingga anak lebih memilih
teknologi dibandingkan permainan yang melakukan interaksi dengan teman semasa
yang dapat mengasah kemampuan, kreatif dan interaktif anak dalam permainan.
Adapun yang
melatarbelakangi penulis mengambil model Numbered
Head Together (NHT) dan Treasure Clue, diantaranya: (1) kurangnya penanaman nilai-nilai
karakter pada anak, (2) kurangnya jiwa bermain pada anak usia SD, dan (3)
kurang interaktif guru dengan siswa. Oleh karen itulah penulis menggunakan Model
pembelajaran itu untuk membuat anak didik lebih interaktif, inovatif,
dan kreatif serta menyenangkan.
Model pembelajaran ini
dapat di terapkan pada jenjang sekolah dasar dengan keyakinan bahwa fase usia
sekolah dasar, terutama usia kelas tinggi sekolah dasar merupakan masa yang
tepat untuk mengarahkan generasi muda agar dapat ditumbuhkembangkan kemampuan anak
di Indonesia. Dengan menerapkan model pembelajaran ini dalam proses
pembelajaran akan memaksimalkan proses pengembangan pribadi yang tidak hanya
cerdas, kreatif, dan inovatif, tetapi juga memiliki moral yang melambangkan manusia
berbudaya sehingga generasi muda Indonesia dapat memanfaatkan seluruh potensi
yang ada dalam diri ke arah yang positif dan berkontribusi penuh untuk kemajuan
Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian model pembelajaran?
2. Apa
saja ciri-ciri model pembelajaran?
3. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)?
4. Bagaimana
langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran NHT?
5. Apa
saja kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran NHT?
6. Apa
yang dimaksud model penbelajaran Tresure
Clues?
7. Bagaimana
langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran Tresure Clues?
8. Apa
saja kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran Tresure Clues?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui
pengerian model pembelajaran
2. Mengetahui
ciri-ciri model pembelajaran
3. Mengetahui
pengertian model pembelajaran NHT
4. Mengetahui
langkah-langkah yang dilalukukan didalam model pembelajaran NHT
5. Mengetahui
kelebihan dan kekurangan didalam model pembelajaran NHT
6. Menegatui
pengertian model pembelajaran Treasure Clues
7. Mengetahui
langkah-langkah yang dilalukukan didalam model pembelajaran Tresure Clues
8. Mengetahui
kelebihan dan kekurangan didalam model pembelajaran Treasure Clues.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran
1.
Pengertian
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. (Al-tanaby ,2014)
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, motode, atau
prosedur. Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dapat di
miliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:
1. Rasional teoritik logis yang di susun oleh para
pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
(al-tanaby,
2014)
B. Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu dari
strategi pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh
Spenser Kagan (1993) dalam Nurhadi dan Agus (2003:66) dalam Shoimin (2014:107).
Model NHT mengacu pada belajar kelompok siswa, masing-masing anggota memiliki
bagian tugas (pertanyaan) dengan nomor yang berbeda-beda.
Number Head Together merupakan suatu model
pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas
tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisah antara siswa yang satu dan siswa
yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu
dengan yang lainnya. (Shoimin, 2014:107-108)
Number head together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. (al-Tanaby,2015:131)
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan model
pembelajaran number head together (NHT) adalah model pembelajaran kooperatif
yang setiap anggotanya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya dan dirancang
untuk memengaruhi pola interaksi siswa.
a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor
b. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakan/mengetahui jawaban yang baik.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar
dari kelompoknya melaporkan atau
menjelaskan hasil kerja sama mereka
e. Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunujuk nomor yang
lain. (Shoimin, 2014:108)
Dalam al-Tanaby (2015:131) mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
Fase 1: penomoran.
Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5
orang, dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5
Fase 2 : mengajukan pertanyaan.
Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat sangat spesifik dan dalam bentuk
kalimat Tanya.
Fase 3: berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu, dan meyakinkan tiap anggota timnya mengetahui jawaban tim.
Fase 4: menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
·
Setiap murid menjadi siap.
·
Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh.
·
Murid yang pandai dapat mengajari
murid yang kurang pandai.
·
Terjadi interaksi secara intens
antarsiswa dalam menjawab soal.
·
Tidak ada murid yang mendominasi
dalam kelompok karena ada nomor yang membatasi.
·
Tidak terlalu cocok diterapkan dalam
jumlah siswa banyak karena membutuhkan waktu yang lama.
·
Tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru karena kemungkinan waktu yang terbatas. (Shoimin,
2014:108-109)
C. Model Pembelajaran Treasure Clue / Treasure Hunt
Treasure
clues dalam bahasa Indonesia berarti petunjuk harta karun. Treasure clue adalah
sebuah permainan sederhana mencari harta karun dengan cara melewati pertanyaan
demi pertanyaan yang berkaitan dengan keragaman suku dan budaya di Indonesia.
Tugas mencari clue dapat dilakukan oleh setiap anggota kelompok secara serempak
dan juga dapat dilakukan oleh setiap anggota kelompok secara satu persatu
sehingga masing-masing. Kecepatan dan ketelitian adalah dua hal dari kunci
keberhasilan untuk memenangkan permainan ini. (Anastatia : 2015)
Dari
pengertian diatas, model pembelajaran treasure hunt/treasure clues adalah model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, dimana siswa mencari
jawaban. Metode pembelajaran treasure hunt seperti layaknya
berburu harta karun, yang dapat
digunakan untuk merangsang siswa melalui game. Dalam metode treasure
hunt ini peserta didik bekerja sama dalam kelompok mencari clue mengenai
materi pembelajaran sebanyak-banyaknya berlomba dengan kelompok lain.
a. Hal yang harus dipersiapkan: Peralatan
yang diperlukan yaitu berupa kertas bewarna, spidol warna, amplop berisi pesan
tertulis berupa clue (materi), dowbletip, peta. Waktu disesuaikan dengan proses
pembelajaraan (kira-kira 7 sampai 10 menit).19 Jumlah pemain yaitu semua pemain
dalam regu.
b.
Aturan
permainan Peserta yang tercepat dalam penyusunan peta konsep dan sesuai dengan
materi serta dapat mempresentasikan dengan baik adalah pemenangnya.21
c.
Cara
bermain:
·
Beberapa
peserta didik dalam tiap kelompok bersiap melacak harta karun. Mereka berbekal
pensil atau spidol dan peta. Tugas mereka menemukan penanda awal untuk memandu dalam
pencarian harta karun.
·
Di
peta yang dipegang masing-masing peserta, ada petunjuk tentang clue. Tugas
mereka adalah mencari clue yang memuat isi pesan berdasarkan materi tertentu
yang dimasukkan dalam amplop. Amplop tersebut diletakkan menyebar di kelas agar
tidak mudah dilihat.
·
Setelah
peserta menemukan clue pertama maka peserta memberikan pada anggota lain untuk
disusun dalam peta konsep. Kemudian peserta mencari clue selanjutnya sampai
clue terakhir.
·
Setelah
itu, peserta didik untuk melakukan presentasi dan menunjukkan mengenai hasil
buruan mereka. (Anastatia : 2015)
a.
Model
pembelajaran treasure clues ini
mengajak siswa lebih dekat lagi dengan alam (suasana baru dalam belajar)
b.
Memberikan
gairah untuk memecahkan setiap soal, dikarenakan setelah memecahkan soal,
kelompok akan mendapatkan harta karun yang berupa peralatan tulis.
c.
Menumbuhkan
semangat kepada siswa dalam memecahkan soal.
d.
Menumbuhkan
sikap kerja sama, dikarenakan setiap individu memberikan kontribusi terhadap
kelompok tersebut. (Anastatia : 2015)
a.
Dalam
penerapan treasure clue ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, dikarenakan
model ini diterapkan di luar kelas dan siswa mencari clue-clu e yang berada di luar kelas tersebut.
b.
Cakupan
tempat/wilayah penerapan model treasure clue ini cukup luas.
c.
Siswa
akan bias leluasa melakukan kegiatan di luar proses belajar mengajar tersebut.
(Anastatia : 2015)
D.
Kombinasi Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Treasure
Clues
Kombinasi antara model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tresure clues dapat dilakukan dengan siswa berkelompok, karena
kedua model pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengkombinasikan antara kedua model
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Guru
dapat membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 5-7 siswa
2. Siswa
didalam kelompok ditandai dengan angka diatas kepala (NHT) dengan berurutan 1-7
3. Guru
menjelaskan materi pembelajaran dan cara bermain menemukan harta karun
4. Angka
yang ada pada siswa berguna untuk urutan dalam mencari clue atau pentunjuk (treasure clues) dalam mencari harta
karun untuk memecahkan suatu soal atau pertanyaan.
5. Orang
yang mendapatkan urutan pertama akan mendapatkan clue atau petunjuk yang
lansung diberikan oleh guru untuk mendapatkan harta karun.
6. Setelah
mendapatkan harta karun, pada harta karun tersebut yang didapat akan ditemukan
sebuah benda dan petunjuk baru untuk mencari harta karun selanjutnya dan orang
berikutnya yang mencari harta karun pada pentunjuk yang ditemukan
7. Begitu
seterusnya sampai orang terakhir yang harus menemukan harta karun terakhir
berupa soal atau pertanyaan evaluasi
8. Setelah
mendapat semua harta karun, siswa bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk
memecahkan atau menjawab pertanyaan yang ada di dalam harta karun terakhir
berupa soal evaluasi mengenai materi yang sudah dijelaskan oleh guru dengan
peralatan atau benda-benda yang sudah ditemukan sebelumnya.
9. Kelompok
yang paling cepat selesai akan mendapatkan point tambahan.
10. Setelah
semua kelompok mendapatkan jawabannya, mereka dapat mempresentasikan jawaban
yang sudah didapat di depan kelas.
11. Penilaian
dilihat dari kecepatan mencari harta karun, ketepatan jawaban dan kekompakan
kelompok.
Kombinasi model kedua model pembelajaran isi dapat dikresikan
oleh guru, misalnya dalam pencarian harta karun. Kombinasi model pembelajaran
ini dapat dilakukan didalam ruangan maupun diluar ruangan. Tetapi jika
dilakukan diluar ruangan, guru harus tetap memperhatikan tempat-tempat yang
digunakan untuk menyimpan harta karun, tempat yang harus aman, nyaman dan mudah
dijangkau oleh anak-anak, begitu juga didalam ruangan harus tetap memperhatikan
keamanan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Numbered Head Together (NHT) merupakan adalah model
pembelajaran kooperatif yang setiap anggotanya bertanggung jawab atas tugas
kelompoknya dan dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.
Pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran NHT dilakukan dengan empat tahapan,
yaitu :
a. penomoran.
b. mengajukan pertanyaan.
c. Berpikir bersama
d. menjawab
Model
pembelajaran treasure hunt/treasure clues adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung, dimana siswa mencari jawaban. Dalam metode
treasure hunt ini peserta didik bekerja sama dalam kelompok mencari clue
mengenai materi pembelajaran sebanyak-banyaknya berlomba dengan kelompok lain.
Kombinasi antara model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tresure clues dapat dilakukan dengan siswa berkelompok, karena
kedua model pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif. Dengan
mengkombinasikan kedua model ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-tanaby,
Trianto, Ibnu, Badar. 2015. “Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif dan Kontekstual”. Jakarta:
Prenada Media
Anastatia,
Chatarine. 2015. “Penerapan Metode
Permainan Treasure Clue Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Keberagaman Suku dan budaya di Indonesia di Kelas V SDN Padasuka II
Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”. Sumedang.
Shoimin, Aris.
2014. “68 Model Pembelajaran Inovatif
dalam Kurikulum 2013”.
Yogyakarta Ar-ruzz media.
Al-Tabany,
Trianto Ibnu Badar. 2014. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif
dan Kontekstual”.
Jakarta: Kencana.
Lestari, Candra
Kusuma. 2015. “Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT)
Untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata pelajaran Mulok Produktif
Membuat Jajanan Tradisional Kelas X tPHP II di SMKN 1 Pandak Tahun
Ajaran 2014/2015”. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment