Popular Posts

Wednesday, September 30, 2015

Teori Komunikasi



Tugas Komunikasi Pemerintahan

Teori Komunikasi

Dosen Pengajar : Gazali Rahman,S.Sos.,M.Si



Description: U N L A M
 








Disusun Oleh
Muhammad Ridhoni  (D1B112026)


PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
Kumpulan Teori Komunikasi

1.     Teori Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2.     Teori Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus - respons.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
3.     Agenda Setting Theory
Teori ini menetapkan titik temu antara asumsi media tentang kebutuhan publik akan informasi dan harapan publik terhadap informasi yang disajikan oleh media. Tetapi ini tidak selalu berhasil, dan yang kerap teradi adalah media mensetting pikiran khalayak. Jadi apa yang dianggap penting oleh media, maka akan dianggap penting pula oleh masyarakat.
4.     Uses and Gratifications Theory
Teori kegunaan dan kepuasan memandang pengguna media mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan media sumber beritanya. Dalam hal ini, pengguna media berperan aktif dalam kegiatan komunikasi untuk memenuhi kepuasannya.
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
5.     Teori Hypodermic Needle Theory
Audiens (Receiver/R) dalam teori ini dipandang bersikap pasif dan segala informasi yang diterima, dengan sendirinya juga audiens terpengaruhi sikapnya. Makanya teori ini disebut teori jaum hipodermik, karena daya serap audiens yang efektif seperti sedang menerima suntikan. Pada dasarnya, model ini berpendapat bahwa pesan langsung diterima dan seluruhnya diterima oleh penerima.
6.     Teori perbedaan individu
Setiap orang memiliki daya selektifitas yang tinngi dalam menerima terpaan media massa sehingga antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menerima informasi dari media tersebut. Bukan menonton demo buruh, tergantung kelompok).
7.     Diffusion of Innovation Theory
Teori ini menempatkan orang yang memiliki informasi atau penemuan sebagai orang yang memiliki potensi mempengaruhi secara massal. Pada pilihan yang inovatif: Sebuah Analisis Ekonomi dari Dinamika Teknologi, Mario Amendola dan Jean-Luc Gafford bandingkan proses inovasi dengan difusi dari inovasi sebagai “sejauh dan kecepatan yang akan digunakan untuk melanjutkan ekonomi yang unggul untuk mengadopsi teknik. Difusi atau penyesuaian ini dapat seketika atau bertahap.
8.     Spiral of Silence Theory
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat. Bahwa individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti kesendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu.
Contoh : Dalam kasus bank century, kebanyakan media menayangkan pemberitaan atau opini yang menyalahkan srimulyani dan boediono dalam dana talangan 1,7 triliun, apabila salah satu media tidak ikut serta dalam penyangan tersebut maka media akan mendapat isolasi dari masyarakat dengan tidak menonton/membaca dari stasiun tv/koran tersebut. Otomatis media bungkam dan ikut menerima kemudian menayangkan berita yang ada terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut..
9.     Teori Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
10.  Teori S-O-R
Teori ini sebagai singkatan dari Stimulus- Organism-Response, ini semua berasal dari psikologi. Kalau kemudian berubah menjadi teori komunikasi, hal itu tidak mengherankan karena pada dasarnya objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Menurut Stimulus respon ini, Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:
  1. Pesan (stimulus. S)
  2. Komunikan (Organism. O)
  3. Efek (Response. R)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.
11.   Model matematikal
Teori yang berkembang pada tahun 1949 ini dikemukakan oleh dua orang insinyur listrik Clude E.Shannon dan Warren Weaver dalam bukunya Mathematical Theory Of Communication. Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi. Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sanayang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannonini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio. Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
12.  Model Sirkular Osgood dan Schramm
Teori ini dikemukakan oleh Osgood dan Schramm (1954), teori ini disebut dengan model sirkular. Model ini mengambarkan komunikasi sebagai suatu proses yang dinamis, dimana pesan ditransmit melalui proses encoding dan decoding. Encoding adalah suatu translasi yang dilakukan oleh penerima atas sebuah pesan, sedangkan decoding adalh suatu translasi yang dilakukan oleh penerima terhadap pesan yang berasal dari sumber. Sebagai proses yang diamnis maka di sini interpreter berfungsi ganda, bisa jadi penerima dan juga pengirim. Pada tahap awal sumber berfungsi sebagai encoder dan penerima sebagi decoder, namun pada tahap selanjutnya menjadi seblaiknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedudukan pengirim dan penerima adalah sejajar.
13.  Model Helical Dance
Model komunikasi yang dikemukakan oleh Frank E. Dance ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model Osgood dan Schramm. Ketika membandingkan komunikasi linear dan sirkular, Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap  pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.
Heliks ( Helix ), yaitu suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan isi komunikasi yang datang  menyusul. Proses komunikasi , seperti halnya semua proses social, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks mengambarkan bagaimana aspek dari proses berubah dari waktu ke waktu.
14.  Teori Inokulasi
Teori ini disebut juga teori suntikan, pada miulanya ditampilkan oleh McGuaire mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang secara fisik tidak siap untuk menahan penyakit infeksi, seperti cacar dan polio , memerlukan inokulasi ( suntikan ) vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya supaya dapat melawan penyakit tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai terbujuk ( persuadee) dengan  counterarguments dari pada membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan .
Contoh seseorang menggunakan inokulasi adalah ketika seorang yang  pria yang baru putus cinta dan berusaha mendekati wanita yang merupakan teman dekat dari mantan pacarnya, secara otomatis pria tersebut akan menyiapkan kata-kata yang dapat merubah pandangan wanita tersebut  terhadap dirinya.
15.  Teori Peluru
Teori peluru ini merupakan sebagai efek komunikasi massayan oleh para teoritisi komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipordemik.
Wilbur Schramm pada tahun 1950-an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Tetapi kemudian dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada tahun 1970-an, Schramm meminta kepada peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yan menjadi sasaran mediamassaitu ternyata tidak pasif.
16.  Teori Kemungkinan Elaborasi (Elaboration Likelihood Theory)
Teori Kemungkinan Elaborasi  adalah teori yang menjelaskan kemungkinan manusia untuk mengevaluasi yang akan diterimanya secara kritis. Teori ini memcoba menjelaskan tentang cara seseorang mengevaluasi informasi yang diperolehnya baik secara kritis maupun dengan kurang kritis.
Teori Kemungkinan Elaborasi ini merupakan teori persuasi, yang mencoba meprediksi kapan dan bagaimana seseorang akan / tidak akan terbujuk oleh pesan. Karena manusia tidak selalu membuat penilaian secara sadar akan apa yang didengarnya.

17.  Teori Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
18.   Teori Pengembangan
George berner menyatakan bahwa televise menghadirkan cara untuk memandang dunia. Televise adalah sebuah sistem  pencitraan yang tersentralisasi. Melebihi penghalang historis buku dan mobilitas, televise telah menjadi sumber umum dari sosialisasi dan informasi sehari-hari dari populasi yang heterogen.
19.  Teori Penelitian Budaya
Sangat bergantung pada semiotik, para peneliti tertarik pada pemaknaan budaya tentang hasil-hasil media. Mereka melihat pada cara-cara isi media diitafsirkan, termasuk penafsiran yang dominan oposisional.
20.  Teori Peluru
Teori peluru ini diperkenalkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleideskop stasiun radio CBS di Amerika yang berjudul “The Invasion From Mars”. Isi teori ini mengatakan bahwa rakyat benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan pula bahwa apabila pesan ”tepat sasaran”, ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.
21.    Teori Social Category (DeFleur)
Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, ekonomi, agama dsb.
Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya special atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu.
22.  Individual Defferences Theory (Melvin DeFleur)
Pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan kebutuhan personal individu dan latar belakang perbedaan tingkat pendidikan, agama, budaya, ekonomi sesuai dengan karakteristik. Efek pesan pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.
Contoh : Seorang yang berpendidikan lebih suka melihat berita-berita baik di tv ataupun koran, sementara para ibu rumah tangga lebih suka menonton gossip atau sinetron.
Teori media kritis akarnya berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Beberapa tokoh yang mempeloporinya antara lain Karl Mark, Engels (pemikiran klasik), George Lukacs, Korsch, Gramschi, Guevara, Regis, Debay, T Adorno, Horkheimer, Marcuse, Habermas, Altrusser, Johan Galtung, Cardoso, Dos Santos, Paul Baran Samir Amin, Hamza Alavi (pemikiran modern). Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science (cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status quo dan membebaskan manusia, khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan struktur sistem yang menindas).Beberapa teori studi budaya (cultural studies) dan ekonomi politik juga bisa dikaitkan dengan teori kritis. Sebab, teori-teori itu secara terbuka menekankan perlunya evaluasi dan kritik terhadap status quo. Teori kritis membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media massa.
Teori ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak, ke masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik. McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah Communication and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan bahwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Ini berarti pula, media massa negara Barat juga mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga. Kebudayaan Barat memproduksi hampir semua mayoritas media massa di dunia ini, seperti film, berita, komik, foto dan lain-lain. Mengapa mereka bisa mendominasi seperti itu? Pertama, mereka mempunyai uang. Dengan uang mereka akan bisa berbuat apa saja untuk memproduksi berbagai ragam sajian yang dibutuhkan media massa. Bahkan media Barat sudah dikembangkan secara kapitalis. Dengan kata lain, media massa Barat sudah dikembangkan menjadi industri yang juga mementingkan laba.
Contoh : Media barat amerika seenaknya memojokkan negara afganistan dengan membuat isu adanya bom nuklir di negara tersebut agar bisa mengintervensi afganistan, supaya tidak mendapat kecaman dari negara lain, terlepas dari tujuan utama menjajah negara itu, media sebagai pencitraan/ peredam isu.
26.  Teori Informasi atau Matematis
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
27.  Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
28.  Commonsense Theory
Teori akal sehat, maksudnya setiap orang punya teori lewat pengalaman sehari-harinya.
29.  Operational Theory
Dikembangkan oleh praktisi media, agar cara kerja media seirama dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan sosial. Teori ini ingin Menjawab:
“Apa yang dapat menyenangkan publik?”, “Apakah yang dapat membuahkan hasil?”
“Berita apakah yang berharga?”
“Bagaimana tanggung jawab wartawan dan media tertentu dalam situasi tertentu pula?”
30.  Normative Theory
Bagaimana seharusnya media (das sollen) agar sesuai dengan nilai sosial yang ada dalm masyarakat, tujuannya adalah membentuk institusi media agar sesuai dengan keinginan masyarakat.
31.  Teori Kultivasi
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum. Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)
Contoh :
Televise memudahkan khalayak dalam mendapatkan berita, tidak perlu membaca koran karena sedang menyetir atau ada yang dilakukan, kita bisa melihat dan mendengar informasi sekaligus melalui televise.
32.  Teori Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
33.  Teori Konstruksi sosial
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
Maksudnya, media menambil informasi apa yang sedang hangat atau dianggap penting oleh masyarakat, dan isu/informasi apa yang dianggap penting oleh media, kemudian diolah dan dikombine  semenarik mungkin dan di tayangkan  kembali kepada masyarakat.
Contoh : Wanita Indonesia cenderung menginginkan kulit putih dan rambut hitam lurus, sehingga media sebagai tempat untuk menayangkan iklan produk pemutih dan shampoo rambut hitam berkilau.
34.  Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, dimana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
  • Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
  • Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
  • Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.]
35.  Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
36.  Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa yang mereka lihat dari media. Teori ini sendiri menekankan pengaruh Televisi secara khusus dalam proses imitasi tersebut. Sebagai contoh, ketika suatu acara ditelevisi menampilkan seorang preman yang akhirnya ditangkap polisi, karena melakukan tindakan kriminal, masyarakat yang menontonnya akan berusaha untuk tidak meniru apa yang telah dilakukan oleh preman tersebuSecara umum, semakin dekat apa yang kita saksikan dilayar televisi dengan karakter diri yang kita percayai, maka semakin dekat pula, kita dengan proses imitasi tersebut.
37.  Teori Primming
Priming adalah proses di mana media massa berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya dan dengan demikian mengubah juga standar evaluasi yang digunakan khalayak untuk menilai realitas sosial yang dihadapinya (Severin, 2005: 271). Selain itu teori ini juga menjelaskan bahwa media mendorong terbentuknya pikiran yang terhubung dengan apa yang ditampilkan dimedia itu sendiri. Sebaga contoh, adanya kecenderungan untuk meniru adengan-adegan kekerasan yang ditampilkan dimedia pada orang lain di dunia nyata.
38.  Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
 Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.

39.  Teori Analisis Transaksional

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).

40.  Standpoint Theory

Teori ini menjelaskan bahwa pengalaman individu, pengetahuan, dan perilaku komunikasi sebagian besar dibentuk oleh kelompok sosial dimana mereka aktif (Wood, J. T.,1982 dalam West, R., & Turner, L. H., 2000). Dari sinilah kita dapat menarik kerangka tentang sistematika pengaruh kekuatan pembentuk identitas.
Secara kultural, bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan dan masa awal kemerdekaan adalah bangsa yang guyub. Keguyuban ini pun terbawa pada kolektif-kolektif komunitas Islam. Kita mengenal adanya komunitas pesantren NU, dan Muhamadiyyah pada masa sebelum kemerdekaan. Setelah kebijakan Soeharto di era tahun 1980-an yang lebih dekat dengan Islam, dan komunitas kolektif Islam menjadi semakin menjamur. Dan semakin banyaknya komunitas kolektif inilah yang kemudian banyak sekali mempengaruhi kehidupan warga Indonesia yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh media global telah tereduksi oleh keberadaan dan pengaruh komunitas kolektif yang memiliki high context culture.
41.  Teori Akomodasi Komunikasi
Teori Akomodasi Komunikasi dikembangkan pada tahun 1971 oleh Howard Giles, profesor komunikasi, di Universitas California, Santa Barbara . Teori Akomodasi Komunikasi menjelaskan beberapa alasan kognitif untuk kode-switching dan perubahan lain dalam sambutannya sebagai individu berusaha untuk ketika penutur menekankan atau meminimalkan perbedaan sosial antara diri mereka dan lawan bicara mereka..
Konsep Teori Komunikasi Akomodasi
Teori Akomodasi Komunikasi berfokus pada peran percakapan dalam kehidupan kita. Teori ini telah tergabung dalam sejumlah studi yang berbeda. Misalnya, akomodasi telah dipelajari di media massa, dengan keluarga, dengan mahasiswa Cina, dengan orang tua, pada pekerjaan, dalam wawancara, dan bahkan dengan pesan tertinggal di mesin penjawab telepon
Tidak ada keraguan bahwa teori ini heuristik. Teori ini cukup ekspansif sangat lengkap, dan telah didukung oleh penelitian dari penulis yang beragam. Selain itu, inti teori proses konvergensi dan divergensi membuatnya relatif mudah dimengerti, menggarisbawahi kesederhanaan teori.
Kekuatan teori mungkin cukup signifikan karena teori telah menimbulkan kritik ilmiah sedikit. Namun, sebuah beberapa kekurangan perhatian merit teori. , misalnya, pertanyaan bingkai konvergensi-perbedaan terlebih dahulu oleh Giles. Mereka percaya bahwa percakapan terlalu rumit untuk dikurangi hanya untuk proses ini. Mereka juga menantang gagasan bahwa akomodasi rakyat dapat dijelaskan hanya dengan dua praktek.
Contoh : apa yang terjadi jika orang baik menyatu dan menyimpang dalam percakapan? Apakah ada konsekuensi pembicara? pendengar? Apa pengaruh-jika ada-tidak memainkan ras atau etnis dalam proses simultan. Salah satu mungkin juga mempertanyakan apakah teori terlalu banyak bergantung pada cara rasional berkomunikasi.Artinya, meskipun teori itu mengakui konflik antara komunikator, juga terletak pada standar yang memadai konflik.
42.  Teori Komunikasi InterPersonal
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang dan bersifat privat dan eksklusif, identik dengan komunikasi face to face. Pada dasarnya yang menyebabkan seseorang atau manusia itu melakukan komunikasi adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

No comments:

Post a Comment