Tugas Komunikasi Pemerintahan
Teori Komunikasi
Dosen Pengajar : Gazali Rahman,S.Sos.,M.Si
Disusun Oleh
Muhammad Ridhoni
(D1B112026)
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
Kumpulan Teori Komunikasi
1. Teori
Model Lasswell
Salah
satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold
Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa
(Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom)
dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2. Teori Behaviorisme
Tokoh
aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai
bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan
secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan
respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk
tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika
rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat
diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan
kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut
hubungan stimulus - respons.
Behaviorisme
lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis.
Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal
dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia
kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku
organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor‑faktor
lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
3. Agenda Setting Theory
Teori ini menetapkan titik temu antara asumsi media tentang
kebutuhan publik akan informasi dan harapan publik terhadap informasi yang
disajikan oleh media. Tetapi ini tidak selalu berhasil, dan yang kerap teradi
adalah media mensetting pikiran khalayak. Jadi apa yang dianggap penting oleh
media, maka akan dianggap penting pula oleh masyarakat.
4. Uses and Gratifications Theory
Teori kegunaan dan kepuasan memandang pengguna media
mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan media sumber beritanya.
Dalam hal ini, pengguna media berperan aktif dalam kegiatan komunikasi untuk
memenuhi kepuasannya.
Teori ini mempertimbangkan apa yang
dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya.
Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan
sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan
Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications
meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan
harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada
pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
5. Teori Hypodermic Needle Theory
Audiens (Receiver/R) dalam teori ini dipandang bersikap
pasif dan segala informasi yang diterima, dengan sendirinya juga audiens
terpengaruhi sikapnya. Makanya teori ini disebut teori jaum hipodermik, karena
daya serap audiens yang efektif seperti sedang menerima suntikan. Pada
dasarnya, model ini berpendapat bahwa pesan langsung diterima dan seluruhnya
diterima oleh penerima.
6. Teori perbedaan individu
Setiap orang memiliki daya selektifitas yang tinngi dalam
menerima terpaan media massa sehingga antara satu individu dengan individu
lainnya berbeda dalam menerima informasi dari media tersebut. Bukan menonton
demo buruh, tergantung kelompok).
7. Diffusion of Innovation Theory
Teori ini menempatkan orang yang memiliki informasi atau
penemuan sebagai orang yang memiliki potensi mempengaruhi secara massal. Pada pilihan
yang inovatif: Sebuah Analisis Ekonomi dari Dinamika Teknologi, Mario
Amendola dan Jean-Luc Gafford bandingkan proses inovasi dengan difusi dari
inovasi sebagai “sejauh dan kecepatan yang akan digunakan untuk melanjutkan
ekonomi yang unggul untuk mengadopsi teknik. Difusi atau penyesuaian ini dapat
seketika atau bertahap.
8. Spiral of Silence Theory
Teori
the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman
(1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori
ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses
saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan
persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat
orang-orang lain dalam masyarakat. Bahwa individu pada umumnya berusaha untuk
menghindari isolasi, dalam arti kesendirian mempertahankan sikap atau keyakinan
tertentu.
Contoh : Dalam kasus bank
century, kebanyakan media menayangkan pemberitaan atau opini yang menyalahkan
srimulyani dan boediono dalam dana talangan 1,7 triliun, apabila salah satu
media tidak ikut serta dalam penyangan tersebut maka media akan mendapat
isolasi dari masyarakat dengan tidak menonton/membaca dari stasiun tv/koran
tersebut. Otomatis media bungkam dan ikut menerima kemudian menayangkan berita
yang ada terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut..
9.
Teori Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi
intrapersonal adalah penggunaan bahasa
atau pikiran
yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima
pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi
yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses
psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat
berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa
yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk
mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh
melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
10. Teori
S-O-R
Teori ini sebagai singkatan dari Stimulus-
Organism-Response, ini semua berasal dari psikologi. Kalau kemudian berubah
menjadi teori komunikasi, hal itu tidak mengherankan karena pada dasarnya objek
material dari psikologi dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Menurut Stimulus respon ini, Efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
dalam model ini adalah:
- Pesan (stimulus. S)
- Komunikan (Organism. O)
- Efek (Response. R)
Dalam
proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan
“what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to
change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.
11. Model matematikal
Teori yang berkembang pada tahun 1949 ini dikemukakan oleh
dua orang insinyur listrik Clude E.Shannon dan Warren Weaver dalam bukunya Mathematical
Theory Of Communication. Teori ini melihat komunikasi sebagai
fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi
pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini
merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode
sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan
decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses.
Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia
mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang
ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung
berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam
komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu,
mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi
dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi. Karya
Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di
Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah
insiyiur di sanayang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui
telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannonini untuk diterapkan pada
semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara
di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut
mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan
gelombang radio. Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam
penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting
dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang
disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah
sinyal yang diterima dam proses transmisi.
12. Model
Sirkular Osgood dan Schramm
Teori
ini dikemukakan oleh Osgood dan Schramm (1954), teori ini disebut dengan model
sirkular. Model ini mengambarkan komunikasi sebagai suatu proses yang dinamis,
dimana pesan ditransmit melalui proses encoding dan decoding. Encoding adalah
suatu translasi yang dilakukan oleh penerima atas sebuah pesan, sedangkan
decoding adalh suatu translasi yang dilakukan oleh penerima terhadap pesan yang
berasal dari sumber. Sebagai proses yang diamnis maka di sini interpreter
berfungsi ganda, bisa jadi penerima dan juga pengirim. Pada tahap awal sumber
berfungsi sebagai encoder dan penerima sebagi decoder, namun pada tahap
selanjutnya menjadi seblaiknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedudukan
pengirim dan penerima adalah sejajar.
13.
Model Helical Dance
Model komunikasi yang
dikemukakan oleh Frank E. Dance ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari
model Osgood dan Schramm. Ketika membandingkan komunikasi linear dan sirkular,
Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap pendekatan
sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.
Heliks
( Helix ), yaitu suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan
perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan isi
komunikasi yang datang menyusul. Proses komunikasi , seperti halnya semua
proses social, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan lingkungan yang
terus menerus berubah. Heliks mengambarkan bagaimana aspek dari proses berubah
dari waktu ke waktu.
14.
Teori Inokulasi
Teori
ini disebut juga teori suntikan, pada miulanya ditampilkan oleh McGuaire
mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang secara fisik tidak siap
untuk menahan penyakit infeksi, seperti cacar dan polio , memerlukan inokulasi
( suntikan ) vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya supaya dapat
melawan penyakit tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai
terbujuk ( persuadee) dengan counterarguments dari pada
membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan .
Contoh seseorang
menggunakan inokulasi adalah ketika seorang yang pria yang baru putus
cinta dan berusaha mendekati wanita yang merupakan teman dekat dari mantan
pacarnya, secara otomatis pria tersebut akan menyiapkan kata-kata yang dapat
merubah pandangan wanita tersebut terhadap dirinya.
15.
Teori
Peluru
Teori peluru ini merupakan
sebagai efek komunikasi massayan oleh para teoritisi komunikasi tahun 1970-an
dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan
sebagai teori jarum hipordemik.
Wilbur
Schramm pada tahun 1950-an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat
menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif
tidak berdaya. Tetapi kemudian dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada
tahun 1970-an, Schramm meminta kepada peminatnya agar teori peluru komunikasi
itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yan menjadi sasaran mediamassaitu
ternyata tidak pasif.
16.
Teori Kemungkinan Elaborasi
(Elaboration Likelihood Theory)
Teori
Kemungkinan Elaborasi adalah teori yang
menjelaskan kemungkinan manusia untuk mengevaluasi yang akan diterimanya secara
kritis. Teori ini memcoba menjelaskan tentang cara seseorang mengevaluasi
informasi yang diperolehnya baik secara kritis maupun dengan kurang kritis.
Teori
Kemungkinan Elaborasi ini merupakan teori persuasi, yang mencoba meprediksi
kapan dan bagaimana seseorang akan / tidak akan terbujuk oleh pesan. Karena
manusia tidak selalu membuat penilaian secara sadar akan apa yang didengarnya.
17. Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku
yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi
mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
18.
Teori Pengembangan
George
berner menyatakan bahwa televise menghadirkan cara untuk memandang dunia.
Televise adalah sebuah sistem pencitraan yang tersentralisasi. Melebihi
penghalang historis buku dan mobilitas, televise telah menjadi sumber umum dari
sosialisasi dan informasi sehari-hari dari populasi yang heterogen.
19.
Teori
Penelitian Budaya
Sangat
bergantung pada semiotik, para peneliti tertarik pada pemaknaan budaya tentang
hasil-hasil media. Mereka melihat pada cara-cara isi media diitafsirkan,
termasuk penafsiran yang dominan oposisional.
20.
Teori
Peluru
Teori
peluru ini diperkenalkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran
kaleideskop stasiun radio CBS di Amerika yang berjudul “The Invasion From
Mars”. Isi teori ini mengatakan bahwa rakyat benar-benar rentan terhadap
pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan pula bahwa apabila pesan ”tepat
sasaran”, ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.
21. Teori Social Category (DeFleur)
Individu
yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki prilaku
atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu.
Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh
individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini
berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, ekonomi, agama dsb.
Dengan
adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya special atau
khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil
segmentasi/pangsa pasar tertentu.
22. Individual Defferences Theory (Melvin DeFleur)
Pesan-pesan
yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan kebutuhan
personal individu dan latar belakang perbedaan tingkat pendidikan, agama,
budaya, ekonomi sesuai dengan karakteristik. Efek pesan pada individu akan
beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis
dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. Masing-masing individu
mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi
faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga
mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.
Contoh : Seorang yang
berpendidikan lebih suka melihat berita-berita baik di tv ataupun koran,
sementara para ibu rumah tangga lebih suka menonton gossip atau sinetron.
Teori
media kritis akarnya berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada
ilmu sosial Marxis. Beberapa tokoh yang mempeloporinya antara lain Karl Mark,
Engels (pemikiran klasik), George Lukacs, Korsch, Gramschi, Guevara, Regis,
Debay, T Adorno, Horkheimer, Marcuse, Habermas, Altrusser, Johan Galtung,
Cardoso, Dos Santos, Paul Baran Samir Amin, Hamza Alavi (pemikiran modern).
Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science (cabang ilmu sosial yang
berjuang untuk mendobrak status quo dan membebaskan manusia, khususnya rakyat
miskin dan kecil dari status quo dan struktur sistem yang menindas).Beberapa
teori studi budaya (cultural studies) dan ekonomi politik juga bisa dikaitkan
dengan teori kritis. Sebab, teori-teori itu secara terbuka menekankan perlunya
evaluasi dan kritik terhadap status quo. Teori kritis membangun pertanyaan dan
menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media
massa.
Teori
ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam
tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Ide dasar
teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara
berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi
membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan
teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad
teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya dari masyarakat suku yang belum
mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak, ke
masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik. McLuhan berpikir bahwa
budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada
beberapa tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi
komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis
komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang
dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan
akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk
atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”.
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan
pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah
Communication and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan
bahwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Ini berarti pula,
media massa negara Barat juga mendominasi media massa di dunia ketiga.
Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia
ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga
mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif
teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara
maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga. Kebudayaan
Barat memproduksi hampir semua mayoritas media massa di dunia ini, seperti
film, berita, komik, foto dan lain-lain. Mengapa mereka bisa mendominasi
seperti itu? Pertama, mereka mempunyai uang. Dengan uang mereka akan bisa
berbuat apa saja untuk memproduksi berbagai ragam sajian yang dibutuhkan media
massa. Bahkan media Barat sudah dikembangkan secara kapitalis. Dengan kata
lain, media massa Barat sudah dikembangkan menjadi industri yang juga
mementingkan laba.
Contoh : Media barat
amerika seenaknya memojokkan negara afganistan dengan membuat isu adanya bom
nuklir di negara tersebut agar bisa mengintervensi afganistan, supaya tidak
mendapat kecaman dari negara lain, terlepas dari tujuan utama menjajah negara
itu, media sebagai pencitraan/ peredam isu.
26. Teori Informasi atau Matematis
Teori
ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif:
komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan
saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari
mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan
dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada
akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang
pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi
yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke
tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak
kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu
sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada
tindakan komunikasi.
27. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori
ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa
dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi
bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil
penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi
stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam
penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
28. Commonsense Theory
Teori
akal sehat, maksudnya setiap orang punya teori lewat pengalaman sehari-harinya.
29. Operational Theory
Dikembangkan
oleh praktisi media, agar cara kerja media seirama dengan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan sosial. Teori ini ingin Menjawab:
“Apa
yang dapat menyenangkan publik?”, “Apakah yang dapat membuahkan hasil?”
“Berita
apakah yang berharga?”
“Bagaimana
tanggung jawab wartawan dan media tertentu dalam situasi tertentu pula?”
30. Normative Theory
Bagaimana
seharusnya media (das sollen) agar sesuai dengan nilai sosial yang ada dalm
masyarakat, tujuannya adalah membentuk institusi media agar sesuai dengan
keinginan masyarakat.
31. Teori Kultivasi
Program
penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi
massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa
karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai
pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian
yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya,
dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan
mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran
predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer
lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas
teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama
dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan)
dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan
yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan
simbolis umum. Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi),
karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam
kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media
televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain,
televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara
menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui
dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)
Contoh
:
Televise
memudahkan khalayak dalam mendapatkan berita, tidak perlu membaca koran karena
sedang menyetir atau ada yang dilakukan, kita bisa melihat dan mendengar
informasi sekaligus melalui televise.
32. Teori Difusi Inovasi
Teori
difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para
koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai
penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan,
difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di
atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal
melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin
terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana
bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun
seringkali memakan waktu lama.Dalam
difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk
dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari
penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan
ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi
konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung,
nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
33. Teori Konstruksi sosial
Gagasan
awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas
realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The
social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge.
Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan).
Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara
simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya
di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial
tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
Maksudnya,
media menambil informasi apa yang sedang hangat atau dianggap penting oleh
masyarakat, dan isu/informasi apa yang dianggap penting oleh media, kemudian
diolah dan dikombine semenarik mungkin dan di tayangkan kembali
kepada masyarakat.
Contoh : Wanita Indonesia
cenderung menginginkan kulit putih dan rambut hitam lurus, sehingga media
sebagai tempat untuk menayangkan iklan produk pemutih dan shampoo rambut hitam
berkilau.
34. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L.
DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang
mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat
dari sifat masyarakat modern, dimana media massa diangap sebagai sistem informasi
yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik
pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara
ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
- Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
- Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.]
35. Teori Agenda Setting
Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa
jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap
penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan
memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan
proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
36.
Teori
Pembelajaran Sosial
Teori
pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat cara
lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan
bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting
dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa
yang mereka lihat dari media. Teori ini sendiri menekankan pengaruh Televisi
secara khusus dalam proses imitasi tersebut. Sebagai contoh, ketika suatu acara
ditelevisi menampilkan seorang preman yang akhirnya ditangkap polisi, karena
melakukan tindakan kriminal, masyarakat yang menontonnya akan berusaha untuk
tidak meniru apa yang telah dilakukan oleh preman tersebuSecara umum, semakin
dekat apa yang kita saksikan dilayar televisi dengan karakter diri yang kita
percayai, maka semakin dekat pula, kita dengan proses imitasi tersebut.
37.
Teori
Primming
Priming
adalah proses di mana media massa berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu
lainnya dan dengan demikian mengubah juga standar evaluasi yang digunakan
khalayak untuk menilai realitas sosial yang dihadapinya (Severin, 2005: 271). Selain itu
teori ini juga menjelaskan bahwa media mendorong terbentuknya pikiran yang
terhubung dengan apa yang ditampilkan dimedia itu sendiri. Sebaga contoh,
adanya kecenderungan untuk meniru adengan-adegan kekerasan yang ditampilkan
dimedia pada orang lain di dunia nyata.
38. Teori
Sibernetik
Istilah
sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah
Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika,
pertama kali digunakan tahun 1945 oleh
Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika
adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian
informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback)
dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang
diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan
komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi
ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama
relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau
pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori
sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring
perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES =>
OUTPUT.
39. Teori
Analisis Transaksional
Teori
analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play.
Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori
analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan
dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang
mendasar.
Kata
transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam
komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah
pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan
untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di
dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam
diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego.
Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic);
sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child =
C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik
dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
40. Standpoint
Theory
Teori
ini menjelaskan bahwa pengalaman individu, pengetahuan, dan perilaku komunikasi
sebagian besar dibentuk oleh kelompok sosial dimana mereka aktif (Wood, J. T.,1982 dalam West, R., &
Turner, L. H., 2000). Dari sinilah kita dapat menarik kerangka tentang
sistematika pengaruh kekuatan pembentuk identitas.
Secara
kultural, bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan dan masa awal kemerdekaan adalah
bangsa yang guyub. Keguyuban ini pun terbawa pada kolektif-kolektif komunitas
Islam. Kita mengenal adanya komunitas pesantren NU, dan Muhamadiyyah pada masa
sebelum kemerdekaan. Setelah kebijakan Soeharto di era tahun 1980-an yang lebih
dekat dengan Islam, dan komunitas kolektif Islam menjadi semakin menjamur. Dan
semakin banyaknya komunitas kolektif inilah yang kemudian banyak sekali
mempengaruhi kehidupan warga Indonesia yang lain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengaruh media global telah tereduksi oleh keberadaan dan pengaruh
komunitas kolektif yang memiliki high context culture.
41.
Teori
Akomodasi Komunikasi
Teori
Akomodasi Komunikasi dikembangkan pada tahun 1971 oleh Howard Giles, profesor
komunikasi, di Universitas California, Santa
Barbara . Teori Akomodasi Komunikasi menjelaskan beberapa alasan kognitif
untuk kode-switching dan perubahan lain dalam sambutannya
sebagai individu berusaha untuk ketika penutur menekankan atau meminimalkan
perbedaan sosial antara diri mereka dan lawan bicara mereka..
Konsep
Teori Komunikasi Akomodasi
Teori
Akomodasi Komunikasi berfokus pada peran percakapan dalam kehidupan kita. Teori
ini telah tergabung dalam sejumlah studi yang berbeda. Misalnya, akomodasi
telah dipelajari di media massa, dengan keluarga, dengan mahasiswa Cina, dengan
orang tua, pada pekerjaan, dalam wawancara, dan bahkan dengan pesan tertinggal
di mesin penjawab telepon
Tidak
ada keraguan bahwa teori ini heuristik. Teori ini cukup ekspansif sangat
lengkap, dan telah didukung oleh penelitian dari penulis yang beragam. Selain
itu, inti teori proses konvergensi dan divergensi membuatnya relatif mudah
dimengerti, menggarisbawahi kesederhanaan teori.
Kekuatan
teori mungkin cukup signifikan karena teori telah menimbulkan kritik ilmiah
sedikit. Namun, sebuah beberapa kekurangan perhatian merit teori. , misalnya,
pertanyaan bingkai konvergensi-perbedaan terlebih dahulu oleh Giles. Mereka
percaya bahwa percakapan terlalu rumit untuk dikurangi hanya untuk proses ini.
Mereka juga menantang gagasan bahwa akomodasi rakyat dapat dijelaskan hanya
dengan dua praktek.
Contoh : apa yang terjadi jika
orang baik menyatu dan menyimpang dalam percakapan? Apakah ada konsekuensi
pembicara? pendengar? Apa pengaruh-jika ada-tidak memainkan ras atau etnis
dalam proses simultan. Salah satu mungkin juga mempertanyakan apakah teori
terlalu banyak bergantung pada cara rasional berkomunikasi.Artinya, meskipun
teori itu mengakui konflik antara komunikator, juga terletak pada standar yang
memadai konflik.
42.
Teori
Komunikasi InterPersonal
Komunikasi
Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang dan bersifat
privat dan eksklusif, identik dengan komunikasi face to face. Pada
dasarnya yang menyebabkan seseorang atau manusia itu melakukan komunikasi
adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhannya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
No comments:
Post a Comment