Popular Posts

Thursday, January 22, 2015

Kepemimpinan Era Susillo Bambang Yudhoyono



GAYA KEPEMIMPINAN
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
KEPEMIMPINAN DALAM PEMERINTAHAN
(MKBC-507)
Dosen Pengasuh :
Drs. Abdurrahman, M.Si
Dr. H. Samahuddin, M.Si
Di Susun Oleh :
Vicka Rayiagie June (D1B112012)
Muhammad Ridhoni (D1B112026)
Dyah Isyarah L.N.T (D1B112004)
Akhmad Maulana KM (D1B112027)
Rio Pratama Putra Kusuma (D1B112028)
Ahmad Rusadi (D1B112037)
Silfiyani Rosida(D1B112051)
Rizky Rahmatullah Rijani ( D1B112083)
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
 KATA PENGANTAR

Assalamualaikum
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah ”Gaya Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono”. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan Dalam Pemerintahan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Dan kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Dan kami sadar kami memiliki keterbatasan dalam kemampuan menyusun makalah, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Wassalamualaikum

                                                                                                Banjarmasin, 2 Nopember 2014



                                                                                                                 Penyusun
                                                           






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG............................................................................................ 3
1.2  RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 3
1.3  TUJUAN.................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1  DEFINISI KEPEMIMPINAN............................................................................... 5
2.2  TEORI KEPEMIMPINAN.................................................................................... 6
2.3  TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN............................................................................. 6
2.4  SYARAT KEPEMIMPINAN................................................................................ 8
2.5  TEKNIK-TEKNIK KEPEMIMPINAN................................................................ 10
2.6  ANALISI GAYA KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. 12
2.7  KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN KEPEMIMPINAN SUSILOBAMBANG YUDHOYONO................................................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1  KESIMPULAN................................................................................................. 20











BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Saat ini, kita butuh pemimpin yang berorientasi kepada kepentingan, kemajuan dan kejayaan bangsa dan Negara, bukan kepada kepentingan pribadi/kelompok, bukan untuk melanggengkan kekuasaan kelompok dan bukan pula kepemimpinan yang membiarkan budaya kekerasan, korupsi, kolusi dan nepotisme. Kita butuh pemimpin berwawasan kebangsaan, pemimpin Pancasilais, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD Negara RI Tahun 1945, serta memahami karakter dan kultur bangsa Indonesia.
Pemimpin dan kepemimpinan yang integrative harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai negarawan. Makna dari negarawan adalah seorang pemimpin yang diharapkan mampu mengubah kondisi saat ini melalui proses untuk menciptakan kondisi yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional dan mewujudkan cita-cita nasional.
Pada kesempatan kali ini kami akan membicarakan tentang gaya Kepemimpinan Presiden ke 6 Indonesia yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin Indonesia selama dua periode yaitu tahun 2004-2009 dan 2009-2014. Menarik untuk di bahas bagaimana gaya kepemimpinan bapak SBY saat memimpin Indonesia serta apa hal yang telah dilakukan beliau untuk Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah

a.       Bagaimana era Kepemimpinan pada masa Susilo Bambang Yudhoyono ?
b.      Bagaimana karakteristik Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono ?





1.3  Tujuan
Makalah ini saya buat bukan hanya untuk menyelesaikan tugas perkuliahan tetapi juga karena kami ingin mengetahui seperti apa gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh Presiden kita yang keenam yakni Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin selama dua periode.























BAB II
PEMBAHASAN
Profil Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949;) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004. Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua. Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan "SBY", melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945. Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), kom andan RPKAD (kiniKopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun1965.


Analisis Gaya Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Dari Sudut Pandang Tipe-Tipe Kepemimpinan Bapak SBY memiliki criteria dalam memimpin yaitu:
1.      Tipe Militeristik
Pertama saya mengaitkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono bergaya pemimpin yang bertipe militeristik. Hal ini disebabkan karena yang mempengaruhi corak kepemimpinan seseorang bisa berupa pendidikan dan pengalaman. Dari segi pendidikan dan pengalaman inilah yang mengindikasikan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono memiliki gaya militeristik karena Susilo Bambang Yudhoyono merupakan lulusan AKABRI terbaik dan mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, serta meraih pangkat Jendral TNI tahun 2000. Meskipun cukup lama di dunia militer, Susilo Bambang Yudhoyono juga berkembang dalam pendidikan sipil seperti memperoleh Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Serta pak Susilo Bambang Yudhoyono dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Meskipun Susilo Bambang Yudhoyono telah lama menyesuaikan diri dengan kepemimpinan sipil yang egaliter dan demokratis tetapi budaya militer sebagai dasar pembentukan karakter kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono tidak bisa hilang begitu saja. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa contoh kasus gaya kepemimpinan militeristik Susilo Bambang Yudhoyono yang masih melekat, seperti beberapa kali memarahi menterinya didepan umum, memarahi para bupati dan walikota seluruh Indonesia yang tidur “takalok ” ketika Susilo Bambang Yudhoyono sedang berpidato. Selain itu gaya militeristik Susilo Bambang Yudhoyono tergambar dari tindakan-tindakannya Susilo Bambang Yudhoyono dalam pelaksanaan administrai negara yang formalitas dan kaku. Ini merupakan salah satu karakteristik dari gaya kepemimpinan militeriktik yaitu segala sesuatu bersifat formal. Terlihat dari pelaksanaan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang berjalan dengan prinsip bahwa segala sesuatunya sesuai dengan peraturan artinya setiap pikiran baru harus bersabar untuk menunggu sampai peraturannya berubah dulu, terobosan menjadi barang langka.
2.      Tipe Karismatik
Karisma adalah hal yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Semua pemimpin sebenarnya dengan gampang bisa mempunyai karisma, tergantung caranya memimpin. Tetapi Pak Susilo Bambang Yudhoyono berbeda dengan yang lain, karena beliau memiliki kharisma yang berkarakter. Karakter seorang pemimpin masa depan yang mampu memimpin rakyatnya dengan baik.
Karisma beliau bukan hanya tebar pesona tetapi karisma yang ada dalam diri beliau adalah karisma yang telah menyatu karena memiliki kepribadian yang unggul. Unggul dalam segala bidang. Baik bidang ideologi, politik, ekonomi, budaya, sosial, ataupun pendidikan.
3.      Tipe Demokratis
Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono juga masuk dalam tipe demokratik mungkin disebabkan karena tuntutan reformasi, situasi dan kondisi saat ini yang semakin liberal. Dimana tipe pemimpin dengan gaya ini dalam mengambil keputusan selalu mengajak beberapa perwakilan bawahan, namun keputusan tetap berada di tangannya. Selain itu pemimpin yang demokratis berusaha mendengar berbagai pendapat, menghimpun dan menganalisa pendapat-pendapat tersebut untuk kemudian mengambil keputusan yang tepat. Tidak jarang hal ini menimbulkan persepsi bahwa beliau seorang yang lambat dalam mengambil keputusan dan tidak  jarang mengurangi tingkat determinasi dalam mengambil keputusan. Pemimpin ini kadang tidak kokoh ketika melaksanakan keputusan karena ia kadang goyah memperoleh begitu banyak masukan dalam proses implementasi kebijakan.
Secara teoritis pemimpin tipe ini bisa menerima kritik, kritik dibalas pula dengan kontra kritik. Bukan menjadi rahasia lagi bila seringkali kita melihat dan mendengar bagaimana beliau melakukan kontra kritik terhadap orang-orang yang mengkritiknya. Pak Susilo Bambang Yudhoyono percaya bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat. Selain itu tipe pemimpin ini dalam mengambil keputusan berorientasi pada orang, apresiasi tinggi pada staf dan sumbangan pemikiran dari manapun.
4.      Tipe Otoriter
Dalam keadaan tertentu Pak Susilo Bambang Yudhoyono menganut gaya kepemimpinan otoriter terutama dalam menghadapi hal-hal yang sangat genting dan membutuhkan ketegasan seorang pemimpin, sehingga harus bersikap otoriter.
Analisis Berdasarkan Syarat-Syarat kepemimpinan
Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki
a.       Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
b.      Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
c.       Berwibawa dan memiliki daya tarik
d.      Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
e.       Kemampuan analistis
f.       Memiliki daya ingat yang kuat
g.      Mempunyai kapasitas integratif
h.      Keterampilan berkomunikasi
i.        Keterampilan mendidik
Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam berbagai bidang
Bidang Ekomoni
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin bantuan tersebut sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5 - 6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6- 6,5 persen pada 2011.
Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula. Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor non migas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapaisekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010. Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada sebagai contoh pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Bidang Hukum
Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang selama ini dianggap paling krusial. Masalah-masalah hukum yang mulai dihadapi SBY terkait dengan bencana alam maupun bencana akibat kesalahan manusia yang terjadi pada awal pemerintahannya, mulai bencana tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, jatuhnya pesawat Adam Air, sampai lumpur Lapindo di Sidoarjo dan bencana akibat pembagian BLT (bantuan langsung tunai) sebagai kompensasi BBM (bahan bakar minyak).
Kemudian juga mulai muncul masalah kedaulatan negara dan hukum internasional yang terkait dengan kasus intervensi beberapa negara (Amerika Serikat dan Singapura) dalam pencarian lokasi jatuhnya Adam Air dan kotak hitamnya. Pemerintahan SBY, dapat membangkitkan semangat dan solidaritas kemanusiaan sampai tingkat internasional untuk memberikan bantuan bagi para korban bencana, selain penggunaan instrumen hukum untuk menanggulangi bencana alam melalui Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007. SBY menunjukkan usaha secara signifikan penanggulangan bencana baik melalui aspek hukum nasional maupun aspek diplomasi dengan dunia internasional. Kepemimpinan SBY yang selama ini dikritik sebagai kepemimpinan yang lamban dan lemah juga terlihat dalam beberapa kasus bertindak gamang dan terkesan mendua, bahkan satu kasus yang sampai saat ini belum terselesaikan, yaitu kasus pembunuhan Munir, SBY mulai bertindak kritis karena dipengaruhi oleh kegigihan dari Suciwati, istri almarhum, yang berhasil menarik perhatian kalangan internasional. Akan tetapi ketidaktegasan pemerintah SBY juga ternyata masih ada, terutama dalam penyelesaian kasus Soeharto yang sampai saat ini tidak ada perkembangan selanjutnya bahkan terkesan hilang tertutup oleh kasus-kasus lain. Sedangkan dalam beberapa kasus lainnya SBY dianggap telah bertindak benar dan konstitusionil, antara lain ketidakhadirannya dalam sidang interpelasi DPR untuk kasus persetujuan resolusi DK PBB atas nuklir Irak, maupun dalam memilih Boediono dan meninggalkan koalisi yang telah dibuatnya dengan beberapa partai lain. Pemberantasan terorisme yang sampai saat ini berlangsung bisa jadi merupakan salah satu kelebihan pemerintahan SBY yang seolah tidak kenal kompromi terhadap para pelaku terorisme, hal ini juga didukung oleh latar belakang SBY dari jajaran militer. Pembentukan pasukan khusus anti terorisme atau Detasemen khusus 88 Anti Terorisme (Densus 88), yang didasarkan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme, merupakan salah satu strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangkamengeliminasi atau bahkan menghapuskan terorisme dari bumi Indonesia. Masalah utama yang menjadi tantangan bagi pemerintahan SBY yangsampai saat ini pun masih dicurigai sebagai bagian dari pemerintahan Soeharto,walaupun sudah sedikit memudar dengan beberapa tindakan tegas terhadappara pelaku korupsi tanpa tebang pilih, yaitu terkait kasus Aulia Pohanbesannya. Namun kenyataan bahwa pemerintahan SBY sampai saat ini punbelum mampu membawa kasus korupsi Soeharto ke pengadilan, jugamenunjukkan bahwa SBY yang berlatar belakang sama dengan Soeharto, yaitusama-sama mantan Jenderal TNI, bersuku Jawa, Islam, dan sama-sama dalam kultur Orde Baru, ternyata belum bisa tegas dan berani. Komitmen terhadap pemberantasankorupsi seharusnya tidak terbatas padakata-kata saja, akan tetapi harusdiwujudkan dalam tindakan dan perilaku yang benar. Dorongan politik dari pemerintahan SBY sangat diperlukan untuk mendukung tindakan dari Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan dalam memberantas korupsi, apalagi dengan adanya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)yang dibentuk berdasarkan Undang-undangNomor 30 Tahun 2002 tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK saat ini sedang menjadi target, yaitu munculnya kasus Antasari Azhar, yang kemungkinan sebagai alat perseteruanterhadap KPK yang sepak terjangnya mampu mengusik dan mendobrak benteng korupsi di lembaga-lembaga Negara yang ada, baik di Kepolisian, Kejaksaan,Pengadilan, pemerintahan sampai DPR.
Tentu saja hal ini masih memerlukan pembuktian dalam persidangan yang setelah beberapa bulan masih juga belum bisa digelar, apakah Antasari memang menjadi otak dari kasus pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, seperti yang dituduhkan kepadanya. Korupsi adalah tindak kejahatan yang juga extraordinary, sehingga pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab dan diperlukankerjasama pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan seluruh lembaga negara yang ada.
Ada juga masalah lemahnya diplomasi Indonesia dalam menghadapi persoalan-persoalan dengan negara lain baik yang menyangkut nasib warga Negara Indonesia di luar negeri, misalnya TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia, Hongkong, dan Arab Saudi, atau masalah ancaman terhadap wilayah NKRI, masalah hubungan Indonesia dengan Negara terdekat seperti Singapura, Australia, dan  Malaysia, serta sikap Indonesia terhadap masalah-masalah Internasional. Hubungan Indonesia dengan Negara-negara lain, apalagi negara. terdekat atau negara tetangga, merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka eksistensi NKRI di dalam kancah internasional. Eksistensi NKRI dalam dunia Internasional sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan internal Indonesia sendiri, karena itu kekuatan diplomasi Indonesia yang ditunjukkan sekarang pada dasarnya juga menunjukkan kekuatan di dalam Negara Indonesia. Kasus-kasus yang dialami warga negara di luar negeri ternyata sampai saat ini masih terus terjadi, baik yang menyangkut tindak pidana kekerasan, pelecehan seksual, penganiayaan sampai pembunuhan, maupun yang menyangkut masalah ketenagakerjaan. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi warga negara Indonesia terutama di luar negeri dan berkaitan dengan kemampuan diplomasi Indonesia dengan negara lain. Wujud komitmen Indonesia tersebut dapat dilihat dari berbagai kesepakatan yang telah dibuat dan tentunya harus ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani dari pemerintah. Peningkatan daya tawar diplomatik juga harus dilakukan sehubungan dengan makin banyaknya warga negara Indonesia yang mendapat perlakuan tidak manusiawi di luar negeri selain tentunya peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia) misalnya dalam kasus TKI di luar negeri.
 Perselisihan antara Indonesia dengan negara tetangga yang menyangkut wilayah negara, di satu sisi memerlukan penyelesaian secara yuridis, akan tetapi dalam kasus- kasus tertentu seperti kasus Blok Ambalat, sekiranya lebih diperlukan tindakan diplomatik yang kuat agar Indonesia dapat lebih melindungi diri dari ancaman dan tantangan dari negara sekitarnya. Untuk itu kekuatan atau daya tawar Indonesia harus lebih ditingkatkan melalui korps diplomatik yang kuat dan kompak. Apalagi Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam rangka membentuk dirinya menjadi negara adidaya yang didukung oleh kekuatan alam dan sosial yang beraneka ragam. Diperlukan peningkatan kekuatan baik fisik maupun non- fisik, antara lain yang menyangkut peningkatan SDM yang tidak hanya bisa mengirimkan TKI yang berposisi sebagai PRT (pekerja rumah tangga), juga penambahan anggaran untuk Alusista. Dengan demikian sisi diplomasi NKRI merupakan bagian yang penting untuk mendapat perhatian lebih dalam rangka pembangunan pemerintahan SBY di masa 2009-2014 mendatang.
Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan dalam bidang pendidikan diterapkan oleh kepemimpinan SBY. Beberapa diantaranya adalah meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan APBN. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas. Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar  9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras. Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya. Selain program sertifikasi guru untuk menjaga mutu, juga akan ditingkatkan program pendidikan dan pelatihan bagi para guru termasuk program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai dengan bidang pelajaran yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran pada siswa. Memperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru, dosen, dan para peneliti. Memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan. Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini dan kedepan. Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal. Pemberiaan program beasiswa serta pelaksanaan dan perluasan Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah.
2.2  Keberhasilan dan Kegagalan Kepemimpinan Pak Susilo Bambang Yudhoyono
Pak Susilo Bambang Yudhoyono dikenal tanggap dalam menyelesaikan perkara atau masalah yang dihadapi Indonesia salah satunya adalah dengan cara membentuk badan-badan negara yang bertugas menyelesaikan masalah sesuai bidangnya masing-masing secara lebih spesifik. Sebagai contohnya adalah beliau[1] :
1.      Pembentukan pasukan khusus anti terorisme atau Detasemen khusus 88 Anti Terorisme (Densus 88), yang didasarkan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. Merupakan salah satu strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangka mengeliminasi atau bahkan menghapuskan terorisme dari bumi Indonesia. Pemberantasan terorisme yang sampai saat ini berlangsung bisa jadi merupakan salah satu kelebihan pemerintahan SBY yang seolah tidak kenal kompromi terhadap para pelaku terorisme, hal ini juga didukung oleh latar belakang SBY dari jajaran militer.

2.      Adanya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sangat diperlukan untuk mendukung tindakan dari Kepolisian,Kejaksaan, dan Pengadilan dalam memberantas korupsi. Dimana korupsi ini merupakan masalah utama yang menjadi tantangan bagi pemerintahan SBY yang sampai saat ini pun masih dicurigai sebagai bagian dari pemerintahan Soeharto,walaupun sudah sedikit memudar dengan beberapa tindakan tegas terhadap para pelaku korupsi tanpa tebang pilih, yaitu terkait kasus Aulia Pohan besannya.



A.    Keberhasilan (kelebihan) yang dicapai pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
1.     Dalam  ketahanan dan keamanan, yakni hal korupsi, dapat menyeret sebagian koruptor-koruptor, baik pejabat pemerintah di daerah maupun di pusat terhadap lembaga legislatif dan eksekutif telah dilakukan. Perang melawan korupsi dalam kabinet SBY terlihat jelas dan menggembirakan. Instrumen hukum UU No.31/1999 tentang Korupsi, UU No.36/2003 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Instrumen presiden 2005, tentang Tim Pemberantas Korupsi (Timtas-TIPIKOR) yang memiliki kewenangan luar biasa. Sebagai satu contoh, Gubernur Aceh, Abdullah Puteh dihukum 10 tahun adalah bukti komitmen tersebut.
2.     Kesungguhan penegakan keamanan dan ketahanan itu, juga bisa terlihat atas keberhasilan penandatanganan MoU antara pemerintah RI dengan GAM, 15 Agustus 2005 di Helsinki. Meskipun MoU tidak sederajat dengan Perjanjian Internasional, praktek di lapangan telah memperlihatkan kedua pihak mematuhinya. Pemusnahan senjata oleh GAM dengan pengawasan Aceh Mission Monitoring (AMM) terus dilaksanakan. Pemberlakuan amnesti terhadap tahanan praktek juga telah dilakukan. Ribuan TNI non-organik sebagian telah dikembalikan dari Aceh ke daerah masing-masing. Akibat penandatanganan MoU situasi keamanan, kedamaian dan masyarakat Aceh telah pulih. Keberhasilan ini mustahil dapat dicapai sekiranya kedua belah pihak tidak memiliki komitmen. Telah lama TNI bercokol di Aceh dan jelas-jelas kebijakan tersebut kontra produktif terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM secara internasional dan nasional.
3.     Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia.Tetapi malah mengubah arah demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk kekuatan kelompok.
4.     Harga BBM diturunkan hingga 3 kali (2008-2009), pertama kali sepanjang sejarah.
5.     Perekonomian terus tumbuh di atas 6% pada tahun 2007 dan 2008, tertinggi setelah orde baru
6.     Cadangan devisa pada tahun 2008 US$ 51 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.
7.     Menurunnya Rasio hutang negara terhadap PDB terus turun dari 56% pada tahun 2004 menjadi 34% pada tahun 2008.
8.     Pelunasan utang IMF.
9.     Terlaksananya program-program pro-rakyat seperti: BLT, BOS, Beasiswa, JAMKESMAS, PNPM Mandiri, dan KUR tanpa agunan tambahan yang secara otomatis dapat memperbaiki tinggkat ekonomi rakya
10.  Pengangguran terus menurun. 9,9% pada tahun 2004 menjadi 8,5% pada tahun 2008.
11.  Menurunnya angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 15,4% pada tahun 2008.
12.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
13.  perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa.
14.  pengakuan dari UNESCO bahwa batik Indonesia adalah warisan budaya Indonesia.

B.     Kegagalan (kelemahan) kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
  1. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2009, pemerintah dan DPR tidak berhasil menetapkan satu pun undang-undang bidang pertahanan nasional.
2.      Pertahanan dan keamanan yang terasa masih menjadi nilai raport merah SBY adalah rendahnya komitmen mereka terhadap penciptaan sistem keamanan masyarakat. Tragedi Bom Bali II 1 Oktober (jatuh pada hari Kesaktian Pancasila) yang diklaim oleh Wapres Yusuf Kalla sebagai kecolongan tidak terbantahkan. Sebelumnya juga teror bom di Tentena Poso di wilayah tentara Sulawesi Tengah bukti kegagalan tersebut. Sementara Dr. Azhari dan Nurdin Top juga tidak akan tertangkap jika cara kerja aparat penegak hukum tidak professional.
  1. Harga BBM termahal sepanjang sejarah indonesia yaitu mencapai Rp. 6.000.
  2.  jumlah utang negara tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapi 1667 Triliun pada awal tahun 2009 atau 1700 triliun per 31 Maret 2009. Inilah pembengkakan utang terbesar sepanjang sejarah.
  3. tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar 15% pada tahun 2006 .menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas sumber daya public.
  4. Konsentrasi pembangunan di awal pemerintahannya hanya banyak berpusat di aceh, karena provinsi aceh telah di porak porandakan oleh bencana alam stunami pada tahun 2004.
  5. Masih gagal nya pemerintah menghapuskan angka pengangguran dan kemiskinan di negeri ini.
  6.  Bencana alam yang sering terjadi di indonesia membuat para investor asing enggan berinvestasi dengan alasan tidak aman terhadap ancaman bencana alam.
  7. Dianggap belum mampu menyelesaikan masalah bank CENTURY.
  8. Kegagalan pemerintah SBY dalam menciptakan rasa aman dan tentram masyarakat tak terhindarkan melalui pembagian kompensasi BBM sebesar Rp 300.000 KK per bulan terhadap masyarakat miskin. Kenaikan itu menjadi tidak berarti, mengingat harga bahan pokok menjadi naik pula. Lagi pula, kenaikan harga BBM sungguh telah memicu kegelisahan masyarakat. Memang niat memberikan kompensasi BBM terhadap orang-orang miskin tidak diragukan nilai baik dan manfaatnya. Akan tetapi, upaya untuk mensejahterakan masyarakat sesuai pasal 33 dan 34 UUD 1945 menjadi tidak kena sasaran bilaman tidak dipersiapkan secara matang.
  9. Reformasi Sektor Pertahanan dan Keamanan selama kurang lebih tujuh tahun di Indonesia meski mengalami kemajuan yang relative baik, tapi masih membutuhkan kerja-kerja politik yang serius bagi proses SSR yang lebih baik. Masalah oportunisme elit sipil dan penolakan dari internal masing-masing lembaga sektor keamanan dan pertahanan tersebut masih mendominasi permasalahan bagi penguatan negara demnokratis, dan profesionalisme lembaga-lembaga tersebut. Setidaknya bila kita mengacu pada tiga kerangka peran, yakni: sektor pertahanan dan keamanan, sektor sosial-politik, dan sektor ekonomi, dapat dilihat bagaimana perjalanan SSR di Indonesia berjalan tertatih-tatih. Dari ketiga kerangka peran tersebut, lembaga-lembaga sektor pertahanan dan keamanan masih masih dilingkupi oleh ketiga kerangka peran tersebut. Artinya masih belum profesional dalam merumuskan peran masing-masing, meski sudah merevisi doktrin. Masih ada yang harus dipertegas pada peran dan fungsi dari masing-masing lembaga. Salah satunya misalnya penempatan TNI dan Polri yang belum pas dalam struktur pemerintahan. Apakah di bawah atau di dalam Departemen Pertahanan untuk TNI, atau apakah di bawah Presiden, masuk ke salah satu departemen, atau bahkan menjadi departemen tersendiri. Ketidak tegasan dan konsistenan inilah yang menyebabkan banyak sekali cela bagi TNI, Polri, maupun lembaga intelejen melalui perundang-undangan yang dihasilkan untuk melakukan kerja atau fungsi-fungsi di luar kewajibannya.
12.  Penegakan hukum berjalan di tempat. Kasus-kasus besar selalu diakhiri dengan drama transaksional. Bahkan tebang pilih menjadi gaya penegakan hukum pemerintah di bawah komando SBY. Kegagalan itu diwakili Kementerian Hukum dan HAM dalam pembebasan 29 napi koruptor atas nama remisi (HUT RI dan Lebaran).
13.  Sektor kelautan juga dinilai masih banyak terjadi pencurian-pencurian sumber daya alam Indonesia seperti ilegal fishing.
14.  Rasa aman dan damai makin jauh di tengah tingginya pelanggaran HAM, kekerasan, perusakan lingkungan hidup, serta hukum yang tidak berdaulat.
15.  Pemerintahan SBY-Boediono gagal melakukan agenda reformasi peradilan militer melalui Revisi Undang-undang No. 31 Tahun 1997. Pemerintahan SBY tidak memiliki niatan dan upaya sungguh-sungguh untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas di sector keamanan.
16.  SBY dianggap lamban menyikapi kisruh KPK vs Polri. SBY baru mau turun setelah rakyat mendesak. Selain itu, menurut mereka, kebijakan ekonomi yang dilegitimasi SBY juga dinilai berpihak pada kepentingan kapital, kebijakan energi nasional mengesampingkan aspek kemandirian, skandal bailout Bank Century yang tak kunjung selesai, penegakkan supremasi hukum, serta gagalnya SBY mewujudkan Indonesia sebagai rumah yang aman bagi masyarakatnya.
17.  Pemerintah SBY juga telah gagal melindungi kekayaan rakyat berupa minyak dan gas bumi, barang tambang maupun yang lainnya tidak banyak dinikmati oleh rakyat, tapi oleh segelintir orang, termasuk pihak asing melalui regulasi dan kebijakan yang tidak pro rakyat. Pemerintah SBY juga gagal memberantas korupsi dan mafia hukum. Iironinya banyak dilakukan oleh para pejabat yang berlangsung makin massif dan sistemik. Sekitar 148 kepala daerah sekarang ini jadi tersangka korupsi, dan diantaranya adalah 17 Gubernur. Kasus korupsi melahirkan korupsi baru melalui mafia hukum yang bisa mengatur Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman dan pengacara. Itulah yang membuat banyak kasus korupsi yang tidak terungkap. Kasus skandal Bank Century atau mafia Perpajakan adalah salah satunya. 
18.  Dalam hal pelestarian budaya, di masa pemerintahan SBY terlihat jelas kemundurannya. Terutama dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang diklaim oleh pemerintah negara lain. Contohnya sebagai berikut :
·         Klaim Batik Jawa Oleh Adidas
·         Kain Ulos oleh Malaysia





BAB III
PENUTUP
1.1  KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Tipe kepemimpinan terdiri dari Tipe Otokratik, Paternalistik, Tipe Kharismatik, Tipe Laissez Faire, dan Tipe Demokratis. Syarat menjadi pemimpin Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas, Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan, Berwibawa dan memiliki daya tarik, Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental), Kemampuan analistis, Memiliki daya ingat yang kuat, Mempunyai kapasitas integratif, Keterampilan berkomunikasi, Keterampilan mendidik, Personalitas dan objektivitas, Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai).
Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono beliau memiliki tipe kepemimpinan yang militeristik, Kharismatik, Otokratik dan demokratis. Pada masa kepemimpinannya beliau cukup tanggap dalam menyelesaikan berbagai perkara hal ini dapat dilihat dibentuknya densus 88 dan KPK yang dibuat untuk bidangnya lebih spesifik. Pada  masa kemimpinan beliau Indonesia berhasil dalam pendidikan, perekonomian, dan berbagai dalam hal pertahanan keamanan, tetapi pada masa kepemimpinan beliau juga terjadi kegagalan yaitu gagalnya menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan, masih minimnya perhatian untuk daerah perbatasan, banyaknya pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia, ketakutan terhadap Negara tetangga dan masih banyak lagi.



No comments:

Post a Comment