Teori Kepemimpinan
·
Mencari 25 Teori Kepemimpinan
ü Teori Orang-Orang Terkemuka
Bernard,
Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
ü Teori Lingkungan
Mumtord,
menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan
dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam
karir individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
ü Teori Personal Situasional Case
(1933)
Menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan
dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar
kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
ü Teori Interaksi Harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi
kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin
banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
ü Teori Humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin
harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual
dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
ü Teori Pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan
seseorang anggota untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat
yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila
para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
ü Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu
bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap
unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah
kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru
sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
ü Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori
ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan
kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.
Konsiderasi dan
struktur inisiasi
b. Berorientasi kepada bawahan dan produksi
ü
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan
oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan
tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
ü Teori
Kontingensi (Contigensy Theory)
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai
pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi
efektivitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti
bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi
pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi
persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para
pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan
bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka kemungkinan akan melakukan usaha
tersebut. Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan
karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku
kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.
ü Teori
Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa
kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau
seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
ü Teori Kepemimpinan
Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal
dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut
karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang,
kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan
visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut.
Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik
telah dibahas dalam kegiatan belajar ini. Teori kepemimpinan karismatik dari
House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh
pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri
para pengikut. Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma
walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak
positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.
ü Teori Kepemimpinan
Transformasional
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders)
mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada
cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan
transformasional dalam organisasi dan membedakan kepemimpinan transformasional,
karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional membuat para pengikut
menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan
kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para
pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa
adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta
termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya.
Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan
inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual.
ü
Teori
Great Man dan Teori Big Bang
·
Kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir
·
Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bhw teori ini berasumsi pemimpin
dilahirkan bukan diciptakan
·
Kekuasaan berada pd sejumlah org tertentu, yang melalui proses pewarisan
memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk
menempati posisi sebagai pemimpin
ü Teori
Kepemimpinan Transaksional
Pemimpin transaksional tahu apa yang dia inginkan
dari pekerjaan dan memastikan bahwa para pengikutnya melakukan dengan baik
untuk memberikan hasil yang diharapkan.Ketika hasil yang diharapkan dicapai
oleh orang-orang dalam organisasi,
pemimpin harus menukarnya atau memberikan janji-janji masa depan atas
usaha pengikutnya.
ü
Teori Genetik (Genetic Theory)
Penjelasan kepemimpinan yang paling lama
adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan ungkapan yang sangat populer waktu
itu yakni “a leader is born, not made”. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat
kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin
diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
ü
Teori Partisipasi
Gaya kepemimpinan yang ideal adalah
mendorong partisipasi dan kontribusi anggota kelompok.Anggota kelompok merasa
lebih memiliki dan berkomitmen pada proses pengambilan keputusan dan pencapaian
tujuan organisasi.Untuk memotivasi pertisipasi,
pemimpin harus terbuka pada masukan anggota.
ü
Political Approach
Teori politik secara implisit maupun
eksplisit telah menjelaskan ciri dan persyaratan pemimpin yang diinginkan.
ü
Leader Role Theory
Karakteristik individu & tuntutan
situasi menyebabkan pimpinan dengan coraktertentu akan muncul. Pemimpin
bertindak & berperilaku terhada apa yang diharapkan dari pimpinan dan
bagaimana persepsi pimpinan tentang peran yang harus dijalankan.
ü
Path Goal Theory
Pemimpin akan berhasil apabila ia mampu menunjukkan kepada bawahannya apa yang
akan diperoleh sebagai reward dan juga jalurperilaku (path) yang harus
dilakukan bawahan untuk memperoleh
reward tersebut (Jones, Evans, 1970)
ü
Psikonalysis Approach
Perilaku kepemimpinan serta mempelajari
kanak-kanak serta masa pertumbuhan pemimpin dalam keluarganya.Figur ayah
sebagai sumber imajinasi gaya kepemimpinan karena figur ayah merupakan sumber
rasa kasih sayang sekaligus rasa takut,
perwujudan rasa ego dan sebagai saluran emosional bagi rasa frustasi
dari para pengikutnya.
ü
Teori Big Bang
a.
Suatu peristiwa besar menciptakan
seseorang menjadi pemimpin
b.
Mengintegrasikan antara situasi dan
pengikut
c.
Situasi mrpk peristiwa besar seperti
revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dll
d.
Pengikut adalah orang yang menokohkan
seseorang dan bersedia patuh dan taat.
ü Teori Vroom dan Yetton
Leader-Participation
Model ditulis oleh Vroom dan Yetton (1973). Model ini
melihat teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan untuk
menetapkan bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai
keadaan. Teori Yetton dan Vroom mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi
disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku
atasan, karakteristik bawahan dan faktor lingkungan. Salah satu tugas utama
dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan yang
dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kepada para bawahan
mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah
kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan yang
bersangkutan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
ü Teori Kepemimpinan Romantis
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin ada karena
pengikutnya.Para pengikut ini mengembangkan pandangan “romantic” (ideal)
mengenai adanya pemimpin yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau
memperbaiki hidup mereka.Pemimpin dibutuhakan untuk membantu menyederhanakan
permasalahan dunia yang sangat kompleksJika bawahan sudah tidak mempercayai
pemimpinnya, efektifitas pemimpin akan
hilang, tidak peduli dengan tindakan
pemimpin tersebutJika pemimpin sudah mampu mengorganisirmereka sendiri maka pemimpin tidak akan diperlukan lagi.
ü Teori Subsitusi
Kerr dan Jermier (1978) mengembangkan sebuah model
untuk mengidentifikasi aspek situasi yang mengurangi pentingnya kepemimpinan
oleh para pemimpin formal lainnya.
ü Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran
bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di
dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa
kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang,
analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai
kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada
relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan)
dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai
rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah
kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan
pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin
mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi,
mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan
produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada
bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut
model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada
pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku
setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan
(JAF.Stoner, 1978:442-443)
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
4. Teori kontinuum
Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan
tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga
berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan.
Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan
mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan
disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin
bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik
disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan
bawahan.
5. Teori " Interaksi
Atasan-Bawahan" :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya
dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang
bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang
efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan
baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan
disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong
kuat.
6. Teori Situasional
Teori ini menekankan bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat
untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi
kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang
berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
7. Teori " Jalan- Tujuan "
Seorang pemimpin yang efektif menurut model
ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan.
Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang
harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus
merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
8. Model "Pimpinan-Peran serta
Bawahan" :
Perhatian utama model ini adalah perilaku
pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu
disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan
dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut "didiktekan"
oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
No comments:
Post a Comment