TUGAS
SEORANG PEMIMPIN
Menurut James A.F Stonen, tugas
utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin dapat bekerjasama dengan
orang lain
Seorang pemimpin dapat bekerja sama dengan
orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain
dalam orang lingkungan
sepekerjaannya atau orang diluar lingkungan pekerjaannya.
2. Pemimpin adalah
tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas).
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai hasil yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan
yang dipimpinnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin
menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi
sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas.
Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin
harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara
efektif.
4. Pemimpin harus
berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi
seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah
seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada
setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi
seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah
politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin
harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat
keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat
memecahkan masalah.
SYARAT – SYARAT
KEPEMIMPINAN
a.
Memiliki
Kharisma
Menjadi
pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap
secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan
banyak orang / bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan
rata-rata bawahannya. Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma.
Karakteristik pemimpin yang punya karisma adalah:
1. Perilakunya terpuji
2. Jujur dan dapat dipercaya
3. Memegang komitmen
4. Konsisten dengan ucapan
5. Memiliki moral agama yang cukup.
b. Memiliki Keberanian
Seorang pemimpin harus memiliki keberanian.
Minimal keberanian berbicara, mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan
berani membela kebenaran. Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam
komitmen berani membela yang benar, memegang tegug pada pendirian yang benar,
tidak takut gagal, berani ambil resiko, dan berani bertanggungjawab.
c. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain
c. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain
Salah satu ciri
bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya mempengaruhi
seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya
berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Adapun cara-cara untuk
mempengaruhi orang lain antara lain:
1. Membuat
orang lain merasa penting.
2. Membantu
kesulitan orang lain.
3. Mengemukakan
wawasan dengan cara pandang yang positif.
4. Tidak
merendahkan orang lain.
5. Memiliki
kelebihan atau keahlian.
d. Mampu Membuat Strategi
Seorang
pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya
perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi
yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau pimpinan organisasi. Adapun
kriteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi:
1. Menguasai
medan.
2. Memiliki
wawasan luas.
3. Berpikir cerdas.
4. Kreatif dan inovatif.
5. Mampu
melihat masalah secara komprehensif.
6. Mampu
menyusun skala prioritas.
7. Mampu
memprediksi masa depan.
e. Memiliki Moral yang Tinggi
Banyak orang
berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya hidup
seseorang. Apalagi seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin
adalah seorang panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan.
Tanda-tanda seorang pemimpin yang bermoral tinggi:
1. Tidak
menyakiti orang lain
2. Menghargai
siapa saja
3. Bersikap
santun
4. Tidak suka konflik
5. Tidak gegabah
6. Tidak mau memiliki yang
bukan haknya
7. Perkataannya terkendali
dan penuh perhitungan
8. Perilakunya mampu
dijadikan contoh.
f. Mampu menjadi Mediator
Seorang
pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal
tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat
seorang mediator meliputi beberapa kriteria:
1. Berpikir
positif.
2. Setiap ada
masalah selalu berada di tengah.
3. Memiliki
kemampuan melobi
4. Mampu
mendudukkan masalah secara proporsiona
5. Mampu membedakan kepentingan pribadi
dan kepentingan umum.
g. Mampu menjadi Motivator
Hubungan
seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin adalah sekaligus
seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral
dan titik awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan
menyadari fungsinya sebagai motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari
fungsinya sebagai motivator:
1. Memiliki
kepedulian kepada orang lain.
2. Mampu
menjadi pendengar yang baik.
3. Mengajak
kepada kebaikan.
4. Mampu
meyakinkan orang lain.
5. Berusaha
mengerti keinginan orang lain.
h. Memiliki Rasa Humor
Akan lebih
mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas kepemimpinannya - jika didukang sifat
humoris pimpinan - memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting
dari kenaikan gaji. Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah
sebagai berikut:
1. Murah
senyum
2.Mampu memecahkan kebekuan
suasana
3. Mampu
menciptakan kalimat yang menyegarkan
4. Kaya akan
cerita dan kisah-kisah lucu
5. Mampu
menempatkan humor pada situasi yang tepat.
SISTEM ATAU JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN
1. Tipe
Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe
Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan
yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
a. mereka
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan,
b. mereka
bersikap terlalu melindungi,
c. mereka
jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
d. mereka
hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
e. mereka
memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau
bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
f. selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol
disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe
Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a. lebih
banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana,
b. menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan,
c.sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan,
d. menuntut
adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
e. tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe
Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
a.mendasarkan
diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
b pemimpinnya
selalu berperan sebagai pemain tunggal,
c berambisi
untuk merajai situasi,
d setiap
perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
e bawahan
tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan,
f semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi,
g. adanya
sikap eksklusivisme,
h selalu
ingin berkuasa secara absolut,
j. sikap dan
prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
k. pemimpin
ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe
Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe
Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe
Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinantipe
administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya
biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang
mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.
Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat.
8.
Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN
1. Sifat rendah hati.
Pada
hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan yang dipimpin.
Ia bukan orang yang harus terus di istimewakan. Ia hanya sekedar orang yang
harus didahulukan selangkah dari yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan
dalam memimpin dan mengemban amanat. Ia seolah pelayan umat yang diatas
pundaknya terletak tanggungjawab besar yang mesti
dipertanggungjawabkan. Kerendahan
hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya ke-egoan
mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.
2. Sifat terbuka untuk dikritik.
Seorang
pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi umat dan terbuka untuk menerima
kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya
menganggap kritikan itu sebagai hujatan, dan menganggap orang yang mengkritik
sebagai lawan. Tetapi harus diperlakukan sebagai “mitra”dengan kebersamaan
dalam rangka meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk
membangun kepada perbaikan dan kemajuan.
3. Sifat jujur dan memegang amanah.
Kejujuran
yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati umat terhadapnya yang dapat
membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin
yang konsisten dengan amanat umat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan
perbaikan
4. Sifat berlaku adil.
Keadailan
adalah konteks real yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Keadilan bagi
manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu
sebagai sikap yang esensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan
memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada
seorang saja atau berat sebelah.
5. Komitmen dalam perjuangan.
Sifat
pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin
adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan dan semangat menjadi orang yang pertama
di depan apabila ada yang hendak mengganggu kelancaran jalannya organisasi.
6. Bersikap Musyawarah.
Dalam term
ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah diantara
orang-orang disekelilingnya dan umat. Sebab dengan keterlibatan umat terhadap
pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga
apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
7. Berbakti dan mengabdi kepada Tuhan.
Dalam hidup
ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pandangan Tuhan, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang
menentukannya adalah Tuhan. Hubungan
seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya yaitu dengan berbakti dan
mengabdi kepada Allah. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan ridho
Allah semata. Dengan senantiasa berbakti kepada-Nya terutama dalam menegakkan
sholat lima waktu contohnya, seorang pemimpin akan mendapat hidayah untuk
menghindari perbuatan-perbuatan yang keji dan tercela.
8 .Penolong
Seorang
pemimpin seharusnya bisa menolong dengan tulus dan memiliki sifat sensitif. Ada
kalanya ketika masalah tidak bisa diselesaikan oleh bawahan, Anda sebagai
pemimpin harus bisa turun tangan.
9. Penghibur
Ada juga gaya
kepemimpinan yang mudah disukai semua orang karena sifatnya yang senang
menghibur. Sikapnya santai kepada bawahan, senang bercanda, tapi juga serius
dalam bekerja. Sifatnya ini merupakan suatu cara baginya untuk memotivasi
bawahan.
10. Seniman
Pemimpin
seperti ini biasanya kreatif dan inovatif. Dia bisa saja memunculkan ide-ide
yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh bawahannya. Anda bisa mengembangkan
sisi seniman Anda dengan selalu terbuka pada pendapat orang lain, informasi
terbaru, dan hindari pikiran negatif.
11. Pemikir
Para pemikir
biasanya suka menganalisa dunia di sekeliling mereka dan mungkin lebih senang
berpikir, ketimbang bertindak. Seorang pemimpin yang memiliki kepribadian ini
biasanya mampu memahami suatu masalah dan akhirnya memberi solusi.
12. Aktivis
Seorang
pemimpin yang memiliki kepribadian ini biasanya mampu mendorong semangat tim
dan selalu optimistis serta percaya diri. Mereka sangat aktif, tapi kadang bisa
menjadi impulsif dalam bertindak. Jika Anda merasa memiliki kepribadian ini
cobalah lebih banyak memperhatikan detail saat bekerja.
13 Perfeksionis
Kadang
seorang perfeksionis bisa berarti baik, karena mereka tahu apa yang diinginkan
dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya. Tapi kadang bisa
menjadi frustrasi ketika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
KEPEMIMPINAN YANG BAIK
1.
Kepedulian seorang pemimpin.
Orang
yang kita pimpin tidak akan mempedulikan apa yang kita ketahui sebelum kita
mengetahui apa saja yang kita pedulikan dari orang yang kita pimpin. Memimpin
bukan berarti kita dengan seenaknya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu
hal. Orang akan mau untuk kita pimpin apabila kita juga mengerti tentang apa
yang mereka butuhkan. Sehingga, mereka akan yakin jika kita mampu dan mau untuk
memenuhi semua kebutuhan mereka. Kita tidak hanya berkumpul dan masuk ke ranah
mereka, tapi kita juga harus bisa meyakinkan mereka jika kita juga merupakan
bagian dari mereka.
2.
Kerendahan hati seorang pemimpin.
Pemimpin
yang baik tidak akan memimpin karena ego. Jadi, kita sebagai pemimpin harus
dapat bersikap rendah hati dan tidak memandang rendah orang yang kita pimpin.
Orang yang memimpin dengan ego akan memerintah dengan penuh amarah, emosional,
dan menciptakan suasana yang serba ketakutan. Memang saat dia memimpin akan ada
banyak yang menaatinya, tapi setelah masa kepemimpinannya selesai maka tidak
akan ada lagi orang yang bersedia untuk mengikutinya. Dengan kata lain, pengaruhnya
terhadap orang yang sebelumnya pernah dipimpin akan lenyap. Karena itu, bagi
kita sebagai pemimpin jadi lah pemimpin yang menjadi pemimpin karena dipercaya
untuk memimpin, bukan semata karena usaha keras kita untuk bisa mendapatkan
gelar sebagai seorang pemimpin. Kita tidak boleh menempatkan diri sebagai orang
yang terbaik semata, tapi kita harus menempatkan diri sebagai orang yang lebih
bersedia memimpin daripada orang lain dan bersedia melakukan segala hal yang
dipercayakan oleh mereka.
3.
Memimpin dengan sederhana, jelas,
dan langsung.
Bagaimana
mungkin seseorang akan menjalankan perintah yang ngawur, ruwet, dan
membingungkan? Karena itu, kita harus membuat sebuah penyederhanaan. Perintah
kita harus sederhana untuk menghindari kerumitan berpikir dan bertindak, jelas
agar mudah dipahami maksudnya, dan mengarah langsung pada fokus tujuan yang
ingin dicapai. Kita sebagai pemimpin juga tidak boleh terlalu kaku ataupun
bimbang dalam mengkoordinir pengikut kita. Yang dibutuhkan di sini adalah gaya
yang fleksibel, artinya keputusan kita pun dapat berubah seiring dengan desakan
kebutuhan dari orang yang kita pimpin. Akan tetapi, kita juga harus tetap
memelihara jika perubahan ini tetap dalam ranah yang logis dan masuk akal.
4. Sikap menghormati kawan
maupun lawan.
Seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak pernah meremehkan orang lain.
Jika kita sebagai pemimpin terbiasa untuk meremehkan kinerja orang lain, maka
itu artinya kita sama saja tidak menunjukan kalau diri kita hebat dan penting,
tapi menunjukan betapa kerdilnya diri kita sendiri. Kita harus bersikap hormat
dan menghargai orang lain, karena dengan begitu kita akan memiliki kharisma
yang luar biasa di mata orang lain. Kita tidak membuat kawan maupun lawan takut
kepada kita, tapi membuatnya segan kepada kita. Pemimpin yang besar itu tidak
pernah mengemis untuk mendapatkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya,
tetapi berusaha bagaimana untuk menunjukan kepada mereka cara mempercayai diri
mereka sendiri.
5. Tidak
memimpin dengan ambisius.
Memimpin
secara ambisius erat kaitannya dengan emosional dan berujung pada kepentingan
pribadi. Kita sebagai pemimpin seharusnya bisa untuk bersikap membedakan
kepentingan pribadi dan kelompok. Jangan pernah mencampur adukan di antara
keduanya. Pemimpin yang ambisius bisa saja mendapat kepercayaan, tapi tidak
akan mungkin mendapatkan pengikut! Kalau sudah tidak ada lagi yang mau
mengikuti kita, lalu siapa yang kita pimpin?
6.
Memimpin dengan emosi yang stabil.
Emosi
tidak berarti selalu dikaitkan dengan hal yang buruk. Emosi merupakan gejolak
sebagai indikator terhadap apa yang sedang kita rasakan. Emosi merupakan alat
yang memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan sebagai tindak lanjut
atas apa yang kita rasakan. Memiliki emosi yang kurang stabil itu tidak baik,
apalagi jika digunakan untuk memimpin seseorang. Jangan pernah meneriakan
sebuah hal di depan umum, karena hal tersebut dapat mengurangi wibawa kita
sebagai pemimpin. Hal yang demikian akan memberikan pandangan orang yang kita
pimpin jika kita adalah orang yang kurang pintar menguasai diri. Jika sudah
demikian, saat kita sudah dicap tidak lagi mampu menguasai diri sendiri,
bagaimana mungkin kita bisa menguasai orang lain? Lalu akibatnya? Tidak akan
ada lagi yang mau mengikuti kita.
7.
Pentingnya partisipasi orang yang
kita pimpin.
Kita
sebagai pemimpin ada untuk merealisasikan kebutuhan dari mereka yang kita
pimpin. Sebagai manusia biasa, kita hanya akan tahu apa yang sebenarnya mereka
butuhkan saat mereka mau menyampaikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan
harapkan dari kepemimpinan kita. Aturlah partisipasi aktif dari mereka dalam
mempengaruhi kepemimpinan kita. Akan tetapi, partisipasi ini muncul saat kita
benar-benar tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Kita juga
harus pandai mengatur frekuensi peran aktif orang yang kita pimpin agar tidak
terlalu berlebihan maupun tidak terlalu kurang. Tetap jaga stabilisasi agar
kepemimpinan kita tidak terlalu demokrasi yang berlebihan atau diktator yang
berlebihan.
No comments:
Post a Comment