Logika Materiil
(MKKC-208)
Dosen Pengajar : Husein Abdurrahman, S.Sos.,M.Si
Disusun Oleh
Muhammad Ridhoni
(D1B112026)
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDUHULUAN
Latar Belakang
Logika tidak lepas dengan manusia karena logika berhubungan dengan akal pikir yang dimiliki manusia. Sebagai manusia perlu mengetahui apa itu logika dan juga logika materiil. Dengan mengetahui hal ini membuat mengerti apa itu logika dan logika materiil sehingga dapat sebagai menambah ilmu pengetahuan diri sendiri dan juga bisa juga dimanfatkan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Logika dikatakan sebagai sumber Ilmu Pengetahuan berasal hal ini penting agar mengetahui asal mula ilmu pengetahuan itu berasal dari akal pikir atau logika.
Rumusan masalah
1. Apa itu logika materiil ?
2. Apa manfaat belajar Logika materiil ?
3. Bagaimana sejarah ilmu pengetahuan. ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Logika Materiil
1. Pengertian Logika Materiil
Logika Materiil disebut juga Kritik atau Epistemologi. Suatu cabang filsafat yang memandang isi/materi pengetahuan, dan bagaimana isi/materi itu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian Logika Materiil mempelajari perihal:
a. Sumber-sumber dan asalnya pengetahuan.
b. Alat-alat pengetahuan.
c. Proses terjadinya pengetahuan.
d. Kemungkinaan-kemungkinaan dan batas-batas(revalitas) pengetahuan.
e. Kebenaran dan kekeliruan.
f. Metode ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Logika Materiil inilah yang menjadi sumber timbulnya Filsafat mengenal (Kennisleer) dan Filsafat Ilmu pengetahuan (Wetenschapsleer – Philosophy of Scine). Logika formal disebut juga logika minor dan logika materiil disebut juga logika mayor. Logika Formal tidaklah mempelajari semua syarat yang harus dipenuhi oleh pemikira, melainkan hanya bentuknya saja (form nya). Bentuk atau form itu dibagi atas 3 unsur, yaitu:
a. Pembentuka pengertian/konsep
b. Keputusan (proposisi)
c. Pemikiran/penyimpulan (inference)
Logika Formal bermuara pada Logika Materiil, yang berarti bahwa pemikiran itu tidak hanya tepat menurut bentuknya, tetapi juga benar menurut isinya.
2. Objek Formal Logika Materiil
Objek formal (sudut pandangan) logika pada umumnya adalah sebagai berikut : “dari sudut mana kerja pikiran itu dilihat, yaitu sepanjang kerja-kerja pikiran manusia itu harus diatur sesuai dengantujuan yang seharusnya, yaitu kepada pencapaian kebenaran.”
Objek formal (sudut pandangan) Logika Formal adalah sebagai berikut : “Mempelajari asas-asas,kaidah-kaidah, norma-norma atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati agar kita dapat berpikir benar dan mencapai kebenaran.
Objek formal (sudut pandangan) Logika Materiil adalah sebagai berikut : “Mempelajari proses-proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang benar dan cara/teknik atau sarana yang membantu dalam mendapatkan pengetahuan yang benar itu.”
Jadi Logika Materiil mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari logika formal itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Dari situ dapat dilihat, apakah hasil logika formal itu konsisten dengan isi/materi dari realisasi yang sebenarnya itu. yang konsisten adalah yang menghasilkan pengetahuan yang bena/tepat/valid/sahih.
3. Kegunaan Pelajaran Logika
Tokoh Filsuf, Aristoteles, terkenal sebagai bapak logika. Tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Semua ilmuwan dan filsuf sebelum Aristoteles telah mempergunakan logika dengan sebaik-baiknya, karena tiap uraian ilmiah adalah berdasarkanm logika. Logika tidak lain dari berpikir secara teratur, konsistren (taat asas), setia pada aturan yang tepat atau setia kepada kausalitas. Jadi dalam berpikir kita selalu mempertautakn isi pikiran itu dalam hubungan yang tepat.
Aristoteles merupakan ilmuwan yang pertama kali memaparkan cara berpikir yang teratur itu serta suatu sistem, hukum-hukum yang menguasai jalan pikiran manusia, dan bagaimanakah caranya pengetahuan yang benar itu. itulah jasanya sebagai pembangun ilmu logika yang pada awalnya diberi nama analytica, dengan intisari ajarannya syllogism, yang berarti suatu uraian berkunci. Dalam menarik kesimpulan dari kenyataan yang bersifat umum atas hal yang bersifat khusus. Dalam bahasa arab dipakai isitilah natijah.
Adapun kegunaan pelajran logika sangat sering diperdebatkan orang. Disatu pihak orang-orang yang belum pernah mempelajari logika berperasaan mampu berdebat secara logis terhadap segala masalah tanpa berbekal pengetahuan logika. Di lain pihak orang-orang yang pernah belajar logika dihinggapi rasa kebosanan dan kejemuan dalam teknik serta analisisnya dalam proses logika tersebut dan kenyataannya bahwa seorang dapat pula berbuat kesalahan logis walaupun telah mempelajari logika.
Adapun tujuan pelajaran logika umumnya suatu studi ilmiah hanyalah memberikan prinsip-prinsip, hukum-hukum tentang berpikir yang tepat atau benar guna mencapai kebenaran. Pada dasarnya logika dapat menimbulkan kesadaran untuk menggunakan sistem-sistem, prinsip-prinsip,hukum-hukum tentang berpikir yang sistematis.
Dengan ini dapat dikatakan beberapa kegunakan pelajaran logika sebagai berikut:
a. Pelajaran logika menyatakan, menyeleraskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat diterapkan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan lainnya, bahkan bagi pengetahuan filsafat merupakan ilmu yang harus dikuasai terlebih dahulu.
b. Dapat menambah daya/kemampuan berpikir abstrak manusia, dapat melatih dan mengembangkan daya piker serta daya nalar manusia yang bermuara kepada tertib disiplin intelektual manusia.
c. Dapat membimbing daya pemikiran dan penalaran kita untuk tidak tersesat oleh sesuatu pola berpikir yang berdasarkan otoritas (kekuasaan).
d. Dapat mengembangkan daya atau kemampuan berpikir logis dan kritis manusia yang sangat dibutuhkan terutama bagi ilmuwan dan calon ilmuwan.
e. Dapat mengembangkan daya atau kemampuan imajinatif, kemampuan kreatif manusia dalam menghadapi fenomena ilmiah dan fenomena hidup dan kehidupan dunia ini.
f. Dapat mengembangkan daya intuitif manusia yang berdaya nalar dan berpikir kreatif tinggi dengan dukungan latar belakang potensial dan akademis yang baik.
g. Dapat meningkatkan daya problema solving manusia dalam setiap problema hidup yang dihadapi.
h. Menurut Aristoteles, tugas utama pelajaran logika ialah mengakui hubungan yang tepat antara yang umum dan yang khusus. karena itu keterangan-keterangan ilmiah berarti menunjukkan prinsip dasar tentang berlakunya uraian yang hanya bersumber dari keterangan-keterangan yang bersifat umum. Itulah pusat logika Aristetoles yang bersumber dari prinsip dasar berpikir dari sokrates.
4. Kegunaan Pelajaran Logika Materiil
Dengan memperhatikan penguraian tentang logika materiil dan objek formal dari logika materiil, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa logika pada umumnya, dan logika materiil khususnya, sangat berguna bagi para ilmuwan di segala bidang. Adapun kegunaannya dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Sebagai evaluator terhadap hasil karya, logika formal dalam pengungkapan kebenaran yang terhampar dalam realisasi kehidupan manusia.
b. Mempelajari hakikat ilmu pengetahuan atas dasar tiga landasan telaah kefilsafatan, yaitu landasan ontologism, epistemology dan axiologis secara konsekuen, serta displin dengan penuh tanggung jawab.
Dengan ontologism berarti mempelajari wujud hakiki dari sesuatu objek, hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusi (pengindraan perasaan dan pemikiran) yang membuahkan pengetahuan.
Dengan epistomologi berarti bagaimana kemnungkinan penimbaan pengetahuan yang merupakan ilmu, proses-prosesnya, dan faktor pendukungnya, agar memperoleh pengetahuan yang benar selanjutnya dapatlah menemukan tentang hakiki kebenaran dan kriterianya.
Dengan axiologis berarti dapat menemukan kegunaan ilmu pengetahuan itu,hubungan antara sistem penggunannya dengan norma-norma, moral, serta hubungan antara teknik operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional itu.
B. Asal Mula ilmu Pengetahuan
Menurut Aristoteles, pada diri manusia ada potensi untuk ‘ingin mengetahui’ sesuatu. Dan dari potensi untuk ‘ingin mengetahui’ tentang segala sesuatu dalam hidup inilah lahir (asal usul) suatu pengetahuan. Jadi, pengetahuan itu diperoleh (muncul) melalui media pikir manusia atau akal pikiran manusia yang jernih tentang sesuatu hal (fenomena hidup). Akal pikiran manusia dalam mencermati beragam fenomena hidup terus berkembang. Jadi, sifat dasar ilmu pengetahuan adalah ‘rasional’ dan ‘akumulatif’. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, manusia selalu ingin mencari kebenaran, kebahagiaan, selalu ingin melakukan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan dengan ilmu pengetahuan manusia merasa tidak puas terhadap karya budaya yang telah dimiliki, selalu ingin melakukan inovasi atau pembaharuan kehidupan. Keberadaan manusia dalam hidupnya sangat ditentukan oleh kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudian upaya-upayanya untuk selalu berubah, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebiha baik dari hari ini.”
Memang salah satu predikat penting yang melekat pada diri manusia adalah ‘manusia sebagai mahluk berpikir’ (homo thinking). Sebagai mahluk berpikir maka dalam hati dan pikiran manusia selalu ada keinginan untuk mengetahui sesuatu. Apabila ingin mengetahui tentang sesuatu tersebut dikumpulkan dan diolah secara teratur atau secara sistematis, kemudian diikuti dengan kesadaran dan perencanaan yang baik tentang keinginan untuk mengetahui sesuatu tersebut, maka apa yang semula hanya berupa bayangan dalam pikiran kemudian berubah menjadi pernyataan yang tertulis secara sistematis, kondisi mental dan sikap seperti itu disebut ‘refleksi’, dan salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah bersifat reflektif. Sebagai makhluk berpikir (homo thinking).manusia terus menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan baru melalui penelitian ilmiah. Jadi, asal usul pengetahuan adalah dari:
a. potensi diri manusia sebagai makhluk berpikir;
b. potensi berpikir tersebut terus dibangun, diolah, dikembangkan secara sistematik, logika dan objektif.
c. adanya dorongan internal pada diri setiap manusia untuk selalu tidak puas terhadap karya yang ada (setiap hasil research satu menuntut adanya research berikutnya), dan berjiwa inovator (ingin membaharui segala aspek kehidupannya).
dilihat dari hakikat usaha mencari kebenaran, sebenarnya sumber pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) pengetahuan yang didapat atau bersumber dari hasil usaha aktif manusia, baik melalui penalaran ilmiah atau melalui proses scientific research (penelitian ilmiah) maupun melalui perasaan intuisi; dan (2) pengetahuan yang didapat atau bersumber bukan dari usaha manusia (prosedur ilmiah), yaitu dari wahyu Tuhan melalui para Malaikat dan para Nabi atau Rasul. Hakikat penalaran ilmiah adalah merupakan gabungan dari penalaran deduktif (formal) dan penalaran induktif (material). Penalaran deduktif berorientasi pada pandangan positivisme atau rasionalisme, sedangkan penalaran induktif berorientasi pada pandangan konstruktivisme atau empirisme Penalaran deduktif adalah berpijak dari teori atau dalil ke contoh-contoh, atau dari prinsip umum ke khusus, sedangkan penalaran induktif adalah berpijak dari contoh-contoh ke teori atau dalil atau dari khusus ke umum.
Menurut para ahli ada beberapa cara yang dapat ditempuh manusia dalam memperoleh sumber pengetahuan, yaitu:
(1) cara tradisi (tenacity), yaitu gigih dalam memegang sesuatu yang dianggap benar oleh tradisi atau yang telah diwariskan oleh leluhur bahwa sesuatu itu benar;
(2) cara otoritas atau kewenangan, artinya seseorang bisa memperoleh pengetahuan baru dengan bertanya kepada individu-individu yang memiliki otoritas atau kekuasaan di masyarakat, misalnya, tokoh agama, ilmuwan, tokoh budaya, guru, dosen, dan sebagainya; (3) cara pengalaman sehari-hari, baik secara individu atau kelompok. Cara seperti ini biasanya tanpa bimbingan, oleh karena itu cara seperti ini sering disebut trial and error (coba dan salah dan mencoba lagi);
(4) cara logika deduktif dan induktif. Logika deduktif merupakan pola berpikir untuk mencari ilmu dari prinsip, teori ke contoh atau dari dalil ke contoh. Sedangkan logika induktif adalah pola berpikir untuk mencari ilmu dari contoh ke dalil atau dari fakta-fakta khusus ke prinsip umum; dan (5) cara atau metode ilmu pengetahuan atau dikenal dengan metode ilmiah atau melalui proses penelitian ilmiah. Diantara kelima cara dalam memperoleh ilmu pengetahuan tersebut di atas, cara keempat (logika deduktif-induktif) dan kelima (metode ilmiah) dianggap sebagai sumber atau cara memperoleh ilmu pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa uraian singkat tersebut di atas, tentang logika material (induktif) penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Pertama, bahwa logika material sering disebut epistemologi, yaitu suatu cabang filsafat yang memandang isi atau materi pengetahuan dan bagaimana isi atau materi pengetahuan tersebut diperoleh dan bisa dipertanggungjawabkan. Jadi, secara umum logika material mempelajari tentang sumber dan asal usul pengetahuan,alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan,kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas (relativitas) pengetahuan ,kebenaran dan kesalahan, makna kreateria dan teori metode mencari ilmu pengetahuan.
mempelajari logika material dapat mengetahui atau memahami bagaimana prosedur dan teknik atau metode penemuan ilmu pengetahuan secara benar , dapat mengetahui atau memahami bagaimana hubungan antara filsafat-teori-pendekatan-metode dalam proses penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi evaluasi dan penyempurna dari proses kerja logika formal (deduktif) dalam mengungkapkan hakikat kebenaran terhadap fenomena kehidupan. Jadi, logika deduktif dan logika induktif mempunyai hubungan yang sangat erat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
manusia dalam memperoleh sumber pengetahuan, yaitu: cara tradisi (tenacity); cara otoritas atau kewenangan, cara pengalaman sehari-hari, baik secara individu atau kelompok; cara logika deduktif dan induktif; dan cara cara atau metode ilmu pengetahuan atau dikenal dengan metode ilmiah atau melalui penelitian ilmiah.
Daftar pustaka
Hadi, A. S. 2008. Logika Filsafat Berpikir. LPP dan UPT. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Maram. R.R., 2007. Pengantar Logika. PT. Grasindo. Jakarta.
Mundiri.1994.Logika.PT RajaGrafindo Persada.Semarang.
Salam,burhanuddin,1997.Logika Material. Filsafat Ilmu Pengetahuan.Rineka Cipta.Jakarta.
Surajiyo, dkk. 2006. Dasar-Dasar Logika. Bumi Aksara. Jakarta.